Sejarah
Beranda » Berita » Tahun Baru Islam 1 Muharam

Tahun Baru Islam 1 Muharam

Malam 1 Suro

Tahun Baru Islam 1 Muharam 1447 H

SURAU.CO.Tahun Baru Islam 1 Muharam 1447 H yang jatuh pada 27 Juni 2025 telah ditetapkan sebagai hari libur nasional. Hal ini diatur dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri, yakni : Menteri Agama Nomor : 1017 Tahun 2024, Menteri Ketenagakerjaan Nomor : 2 Tahun 2024, dan Menteri PANRB Nomor : 2 Tahun 2024.

Asal Usul Bulan Muharam dalam Penanggalan Tahun Baru Islam atau Hijriah

Dalam kalender masehi, 1 Muharam pada tanggal 27 Juni 2025. Nah, wajib tahu seperti apa sejarah dan asal usul penamaan bulan Muharram. Sama seperti kalender masehi, kalender Hijriah juga terdapat 12 bulan. Di antaranya adalah Muharram, Safar, Rabiul awal, Rabiul akhir, Jumadil ula, Jumadil akhir, Rajab, Syakban, Ramadhan, Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah. Secara umum masyarakat menandai Tahun Baru Islam atau tahun baru hijriah setiap tanggal 1 muharam. Dengan demikian Muharam menjadi bulan pertama dalam penanggalan HIJRIAH.

Tradisi Malam 1 Suro

Mustafa Kemal Ataturk: Modernisasi dan Perkembangan Islam Modern

Kegiatan ini melambangkan penyucian diri dan awal dari tirakat atau laku spiritual yang dilakukan sepanjang bulan Suro. Tradisi lainnya termasuk ziarah ke makam leluhur dan tokoh masyarakat, serta pembacaan do’a-do’a sebagai ungkapan syukur dan permohonan keselamatan di tahun yang baru.

Tradisi malam Satu Suro berawal pada masa pemerintahan Sultan Agung. Pada masa itu, masyarakat umumnya mengikuti sistem penanggalan tahun Saka yang merupakan warisan tradisi Hindu. Sementara Kesultanan Mataram Islam telah menerapkan sistem kalender Hijriah. Bertujuan untuk memperluas ajaran Islam di Tanah Jawa, Sultan Agung memprakarsai penyatuan kalender Saka dan kalender Hijriah menjadi kalender Jawa.

Penyatuan kalender ini dimulai sejak Jum’at Legi pada bulan Jumadil Akhir tahun 1555 Saka atau 8 Juli 1633 Masehi. Satu Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa dan di bulan Suro bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.

Sebagian besar masyarakat Jawa masih meyakini bahwa malam 1 Suro merupakan malam istimewa. Di berbagai daerah, banyak tradisi yang diadakan untuk memperingati Tahun Baru Jawa sekaligus Tahun Baru Islam ini.

Dikutip dari berbagai sumber, Rabu (25/6/2025), masyarakat Jawa meyakini bahwa bulan Suro merupakan bulan yang sakral dan penuh makna. Masyarakat Jawa meyakini bahwa malam ini adalah waktu terbaik untuk menyepi, bertafakur, dan menjalani tirakat (laku spiritual) demi membersihkan diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam menyambutnya, berbagai ritual digelar oleh masyarakat sebagai bentuk rasa syukur dan do’a untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain ritual tradisional, Malam 1 Suro juga dimaknai dengan kegiatan positif seperti bersedekah, berbuat baik kepada sesama, dan mempererat tali silaturahmi. Tradisi malam 1 Suro diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat dan memiliki ragam pelaksanaan di berbagai daerah, berupa kegiatan spiritual seperti tirakat, do’a bersama, dan kirab pusaka. Tujuan utamanya mensucikan diri dari berbagai hal negatif selama setahun terakhir serta menyambut tahun baru dengan semangat pembaharuan diri.

Peran Pemikiran Al-Farabi; Pencerahan Filsafat Yunani dan Barat

Kepercayaan terhadap kekuatan spiritual di malam 1 Suro juga mendorong sebagian masyarakat untuk menghindari aktivitas besar, seperti pernikahan atau perjalanan jauh. Sebaliknya, mereka memilih untuk merenung, memperbanyak do’a, dan berdiam diri sebagai bentuk introspeksi diri.

Meski tradisi ini erat dengan budaya jawa, makna dibaliknya tidak berbau mistis. Malam 1 Suro justru menyimpan pesan moral yang tinggi untuk selalu mengevaluasi dan memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih baik untuk masa depan.

Pada zaman modern saat ini, tradisi Malam 1 Suro masih dilestarikan oleh masyarakat, namun dengan penyesuaian dan interpretasi yang lebih beragam dimasing-masing daerah. Misalnya di tengah arus modernisasi sekarang, tradisi malam 1 Suro tetap menunjukkan relevansinya dalam kehidupan masyarakat Jawa. Malam 1 Suro menjadi wadah spiritual dan tradisi ini juga menjadi bagian penting dari upaya pelestarian kearifan lokal yang patut dijaga keberlanjutannya ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

(Dikutip dari berbagai sumber-Budi-S)

Kitab Taisirul Kholaq: Terobosan Pembelajaran Akhlak Metode Salafiyah

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement