SURAU.CO-Bulan Suro dikenal masyarakat Jawa sebagai waktu yang sakral. Banyak orang menghindari acara besar, memilih diam, dan menjalani tirakat. Sementara itu, umat Islam menyambut bulan Muharram dengan berbagai ibadah. Keduanya memiliki keterkaitan yang erat, baik dari sisi waktu maupun makna spiritual. Artikel ini akan menjelaskan hubungan antara Bulan Suro dan Muharram secara lengkap.
Muharram: Bulan Suci dalam Islam
Muharram membuka tahun baru Islam. Allah menyebutnya sebagai salah satu dari empat bulan haram, yaitu bulan yang dimuliakan. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa umat Islam sebaiknya menghindari konflik dan memperbanyak amal pada bulan ini.
Salah satu hari penting di dalamnya adalah Hari Asyura, yaitu 10 Muharram. Pada hari itu, Nabi Musa berhasil lolos dari kejaran Firaun. Nabi Muhammad SAW meneladani peristiwa itu dengan berpuasa dan menganjurkan umatnya untuk ikut serta. Selain itu, banyak muslim juga menyantuni anak yatim dan memperbanyak dzikir sepanjang bulan ini.
Suro: Bulan Pertama dalam Kalender Jawa
Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa pada abad ke-17. Ia menggabungkan unsur Islam dari kalender Hijriah dengan tradisi Hindu dari kalender Saka. Sejak saat itu, 1 Suro selalu bertepatan dengan 1 Muharram.
Masyarakat Jawa menyambut bulan Suro dengan cara berbeda. Mereka menjalani tapa bisu, tirakat, dan menghindari keramaian. Banyak orang percaya bahwa Suro adalah waktu terbaik untuk mendekatkan diri kepada kekuatan gaib dan membersihkan jiwa.
Kesamaan Nilai Spiritual
Muharram dan Suro sama-sama mengandung ajakan untuk berintrospeksi. Umat Islam berpuasa, berdoa, dan bersedekah. Sementara itu, masyarakat Jawa mengisi waktu dengan ritual hening, ziarah, dan kirab budaya. Walaupun cara mereka berbeda, tujuannya tetap serupa: mencari kedamaian dan membersihkan batin.
Contohnya, di Yogyakarta dan Surakarta, masyarakat menggelar kirab pusaka pada malam 1 Suro. Mereka berjalan tanpa bicara, menahan diri dari ucapan dan emosi. Tradisi ini sejalan dengan nilai Islam yang menganjurkan pengendalian diri dan ketenangan.
Perbedaan dalam Pelaksanaan
Perbedaan antara Muharram dan Suro terlihat jelas dalam praktik sehari-hari. Umat Islam menjalankan puasa Tasu’a dan Asyura. Mereka juga mengadakan pengajian, menyantuni yatim, dan memperdalam ilmu agama. Sebaliknya, masyarakat Jawa lebih menekankan unsur budaya dan leluhur.
Tradisi seperti larung sesaji, nyadran, dan doa leluhur menjadi bagian dari bulan Suro. Meskipun praktik ini tidak berasal dari ajaran Islam, sebagian orang tetap menjalaninya dengan keyakinan bahwa niat dan makna batinnya sejalan dengan nilai agama.
Islam dan Budaya: Menyatu Secara Seimbang
Islam tidak menolak budaya. Nabi Muhammad SAW pun menyerap beberapa tradisi Arab yang tidak bertentangan dengan ajaran tauhid. Demikian pula, masyarakat Jawa bisa menjaga warisan leluhur selama tidak melanggar akidah.
Misalnya, tirakat dalam bulan Suro bisa sejalan dengan puasa dalam Islam. Keduanya mengajarkan kesabaran dan pengendalian diri. Namun, praktik seperti meminta berkah pada benda pusaka perlu ditinjau kembali agar tidak mengarah pada syirik.
Tantangan Generasi Muda
Banyak generasi muda kini hanya mengetahui larangan menikah di bulan Suro. Mereka jarang memahami makna sejarah atau nilai spiritual di baliknya. Oleh karena itu, tokoh agama, guru, dan orang tua harus memberikan pemahaman yang tepat.
Melalui pengajian interaktif, seminar budaya, dan media sosial, pemahaman tentang Muharram dan Suro dapat tersampaikan secara menarik. Anak muda akan lebih mudah menerima nilai-nilai tersebut jika disampaikan dengan bahasa yang mereka pahami.
Bulan Suro dan Muharram bertepatan dalam penanggalan. Namun, keduanya memiliki kekayaan makna dari sisi agama dan budaya. Muharram menekankan ibadah, sedangkan Suro mengajak pada ketenangan batin melalui tradisi.
Memahami hubungan keduanya membuat kita lebih bijak dalam menyikapi perbedaan. Kita bisa melestarikan budaya tanpa melupakan akidah. Dengan begitu, tradisi tidak hanya bertahan, tetapi juga memberi makna baru dalam kehidupan modern.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
