Internasional
Beranda » Berita » Selat Hormuz: Jantung Perdagangan Energi dan Geopolitik Dunia

Selat Hormuz: Jantung Perdagangan Energi dan Geopolitik Dunia

Geografi Selat Hormuz

Selat Hormuz memegang peran vital dalam panggung global. Jalur air sempit ini bukan sekadar lintasan kapal biasa. Ia adalah urat nadi utama bagi perekonomian energi dunia. Lokasinya yang strategis menjadikannya pusat perhatian. Kepentingan ekonomi dan politik bertemu di perairan ini. Akibatnya, stabilitas kawasan ini sangat memengaruhi pasar global.

Lokasi Geografis yang Sangat Strategis

Secara geografis, Selat Hormuz terletak di antara Iran di pesisir utara dan Oman (Eksklave Musandam) di pesisir selatan. Selat ini menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman. Selanjutnya, Teluk Oman membuka akses langsung ke Laut Arab dan Samudra Hindia. Dengan demikian, ia menjadi satu-satunya gerbang laut dari Teluk Persia menuju lautan lepas.

Panjang selat ini sekitar 154 kilometer. Lebarnya pun bervariasi di beberapa titik. Titik tersempitnya hanya sekitar 34 kilometer. Namun, jalur pelayaran yang aman untuk kapal tanker raksasa jauh lebih sempit lagi. Jalur ini terbagi menjadi dua koridor. Masing-masing koridor memiliki lebar hanya 3 kilometer untuk lalu lintas masuk dan keluar. Kedalaman perairannya cukup untuk mengakomodasi kapal-kapal terbesar di dunia. Beberapa pulau penting berada di dalam atau di dekat selat ini, seperti Pulau Qeshm, Hormuz, dan Hengam milik Iran.

Pentingnya Selat Hormuz bagi Ekonomi Global

Dunia mengenal Selat Hormuz sebagai titik cekik (chokepoint) maritim terpenting di dunia. Sebutan ini sangat beralasan. Hampir sepertiga dari total minyak mentah yang diperdagangkan melalui laut melintasi selat ini setiap hari. Selain itu, sekitar seperempat dari total gas alam cair (LNG) global juga bergantung pada jalur ini. Negara-negara produsen minyak utama seperti Arab Saudi, Iran, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Irak mengandalkan selat ini. Mereka mengirimkan sebagian besar ekspor energinya melalui perairan tersebut.

Gangguan sekecil apa pun di Selat Hormuz dapat memicu guncangan hebat. Harga minyak dunia bisa melonjak drastis dalam waktu singkat. Hal ini menunjukkan betapa rapuhnya ketergantungan dunia pada satu jalur air. Oleh karena itu, banyak negara, terutama Amerika Serikat, menempatkan keamanan Selat Hormuz sebagai prioritas utama kebijakan luar negerinya. Keamanan energi global sangat bergantung pada kelancaran lalu lintas di sini.

Festival Budaya Islam-Melayu, Perkuat Identitas dan Promosikan Keragaman

Sejarah Panjang Perebutan Pengaruh

Sejarah Selat Hormuz penuh dengan dinamika perdagangan dan perebutan kekuasaan. Sejak zaman kuno, selat ini telah menjadi jalur perdagangan yang sibuk. Berbagai kerajaan dan kekaisaran berusaha mengendalikannya. Pada awal abad ke-16, bangsa Portugis berhasil merebut kendali atas selat ini. Mereka membangun benteng dan mendominasi perdagangan rempah-rempah selama lebih dari satu abad.

Kemudian, pada abad ke-17, kekuatan Portugis mulai memudar. Bangsa Persia dengan bantuan Inggris berhasil mengusir mereka. Pengaruh Inggris di kawasan ini terus tumbuh hingga abad ke-20. Namun, setelah Inggris menarik pasukannya pada tahun 1971, Iran mulai membangun kekuatan militernya. Iran berambisi menjadi penjaga keamanan utama di Teluk Persia, termasuk di Selat Hormuz.

Pusat Ketegangan Geopolitik Modern

Saat ini, Selat Hormuz identik dengan ketegangan geopolitik. Posisi Iran yang dominan di pesisir utara memberinya keuntungan strategis yang signifikan. Iran sering menggunakan kontrolnya atas selat ini sebagai alat tawar politik. Ancaman untuk menutup Selat Hormuz berulang kali muncul, terutama saat hubungan Iran dengan negara-negara Barat memanas.

Selama Perang Iran-Irak pada 1980-an, kedua negara saling menyerang kapal tanker minyak di perairan teluk. Insiden ini dikenal sebagai “Perang Tanker” dan mendorong intervensi angkatan laut internasional. Amerika Serikat meluncurkan Operasi Earnest Will untuk mengawal kapal-kapal tanker berbendera Kuwait.

Dalam beberapa tahun terakhir, ketegangan kembali meningkat. Berbagai insiden, termasuk penyitaan kapal tanker oleh Iran dan serangan misterius terhadap fasilitas minyak, terus terjadi. Amerika Serikat dan sekutunya secara rutin melakukan patroli angkatan laut. Mereka berupaya menjamin kebebasan navigasi. Dengan demikian, Selat Hormuz tetap menjadi barometer stabilitas di Timur Tengah dan cerminan kompleksitas hubungan internasional. Nasib ekonomi global, untuk saat ini, masih sangat bergantung pada perairan sempit yang krusial ini.

Gaza Rumah Terbesar Penyandang Disabilitas


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement