Tengku Iskandar: Jejak Pengabdian Sang Penyuluh Teladan hingga Istana Negara.
Tidak semua orang mampu mengabdi dalam senyap dan tetap dikenal karena keteladanannya. Sosok Tengku Iskandar adalah salah satu dari sedikit penyuluh agama yang namanya harum karena dedikasi, integritas, dan kesungguhannya membina masyarakat. Tahun 2014 menjadi momen bersejarah dalam perjalanan hidupnya, ketika ia diundang langsung ke Istana Negara oleh Presiden Republik Indonesia sebagai penyuluh teladan nasional.
Awal Pengabdian dari Pinggiran Negeri
Tengku Iskandar bukan berasal dari pusat kota atau lingkungan elit. Ia lahir dari masyarakat biasa, tumbuh besar dengan nilai-nilai keislaman yang kuat, dan memilih jalan hidup sebagai penyuluh agama Islam. Sebuah profesi yang seringkali tak banyak disorot media, tapi sangat menentukan arah spiritual masyarakat di akar rumput.
Di desa-desa pelosok, di masjid-masjid kecil, di surau-surau kayu beratap seng, Tengku Iskandar menyampaikan dakwah dengan penuh kelembutan dan pendekatan persuasif. Ia tidak hanya berbicara soal ibadah, tetapi juga membimbing masyarakat tentang akhlak, ekonomi keluarga, pencegahan radikalisme, hingga pemberdayaan umat. Dalam setiap langkahnya, ia membuktikan bahwa penyuluh agama adalah jembatan antara ajaran langit dan kebutuhan nyata di bumi.
Menjadi Teladan, Bukan Sekadar Gelar
Prestasinya sebagai penyuluh teladan nasional bukanlah hadiah instan. Ia telah melalui berbagai tahapan penilaian: mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga nasional. Kriteria penilaian tidak hanya mencakup kemampuan menyampaikan materi, tetapi juga:
Kedalaman keilmuan
Kesesuaian metode dengan masyarakat binaan
Konsistensi kerja lapangan
Inovasi program penyuluhan
Tengku Iskandar dikenal memiliki metode pendekatan yang humanis dan kontekstual. Ia tidak memaksakan nasihat, melainkan mengajak. Ia tidak menyudutkan pelaku maksiat, melainkan merangkul untuk kembali. Karena itu, masyarakat pun merasa dekat dan nyaman dengan kehadirannya.
2014: Melangkah ke Istana Negara
Pada tahun 2014, puncak dari pengabdiannya selama puluhan tahun pun tiba. Tengku Iskandar bersama sejumlah penyuluh teladan lainnya dari berbagai bidang diundang secara resmi ke Istana Negara. Dalam acara tersebut, mereka disambut langsung oleh Presiden Republik Indonesia dan pejabat negara lainnya.
Di momen sakral tersebut, Tengku Iskandar bukan hanya membawa nama pribadi, tapi juga membawa marwah daerahnya dan mewakili ribuan penyuluh yang bekerja dalam senyap di seluruh penjuru tanah air. Ia membuktikan bahwa keikhlasan dan kerja keras pasti menemukan jalannya untuk dihargai, bahkan hingga ke pusat kekuasaan.
Dalam sambutannya, Presiden menyampaikan apresiasi kepada para penyuluh sebagai “ujung tombak pembangunan moral bangsa.” Ini memperkuat keyakinan Tengku Iskandar bahwa penyuluh bukan profesi rendahan, tapi pondasi ketahanan spiritual bangsa.
Menginspirasi Generasi Muda Penyuluh
Sepulang dari Istana, Tengku Iskandar tidak menjadi tinggi hati. Ia justru semakin semangat dalam membina masyarakat. Ia juga mulai aktif melatih generasi muda agar meneruskan estafet dakwah yang santun dan mencerdaskan. Banyak penyuluh muda yang menyebutnya sebagai mentor, guru, bahkan ayah ideologis.
“Penyuluh bukan hanya mengajar, tetapi mendidik dan membimbing. Kita tidak menanam di ladang orang, tapi di hati dan pikiran mereka,” begitu salah satu kutipan bijaknya yang dikenal luas di kalangan sesama penyuluh.
Warisan Teladan yang Terpatri
Kini, nama Tengku Iskandar tidak hanya tercatat dalam penghargaan nasional, tapi juga terukir dalam hati masyarakat yang pernah disentuhnya. Ia menjadi lambang dari:
Dakwah yang membumi
Penyuluhan yang membangun
Kehadiran negara yang nyata melalui penyuluh di garis terdepan
Meski zaman berubah, dan tantangan dakwah semakin kompleks dengan hadirnya media sosial, hoaks, dan paham-paham menyimpang, keteladanan Tengku Iskandar tetap relevan. Ia menunjukkan bahwa pengaruh terbesar berasal dari akhlak, bukan viralitas; dari ketulusan, bukan panggung sensasi.
Penutup: Dari Pinggiran ke Pusat Kehormatan
Kisah Tengku Iskandar adalah kisah tentang kesederhanaan yang menembus batas protokol kenegaraan. Seorang tokoh lokal yang tidak sekadar hadir di tengah umat, tapi juga menorehkan jejak di tingkat nasional.
Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi para penyuluh, da’i, guru ngaji, dan siapa saja yang bekerja dalam diam untuk kebaikan umat. Karena seperti kata pepatah, bekerjalah dalam sunyi, biar prestasi yang berbicara. (Tengku Iskandar)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
