Sejarah
Beranda » Berita » Selat Hormuz: Jalur Minyak Dunia yang Terus Memanas

Selat Hormuz: Jalur Minyak Dunia yang Terus Memanas

 

Surau.co Selat Hormuz dan Ketegangan global Iran, AS, dan Israel membuat kawasan ini kembali rawan konflik. Sejarah yang terus berulang

Kenapa Selat Hormuz Jadi Rebutan Dunia?

Selat Hormuz adalah perairan sempit yang menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab. Jalur ini dilalui oleh sekitar 17 juta barel minyak setiap hari. Artinya, lebih dari 20 persen perdagangan minyak global lewat perairan ini.

Dengan lebar tersempit hanya 33 kilometer, navigasi di Selat Hormuz menjadi tantangan tersendiri. Kapal-kapal tanker raksasa hanya bisa melewati jalur pelayaran selebar dua mil di tiap arah. Itulah mengapa Selat Hormuz disebut sebagai chokepoint energi dunia.

Mustafa Kemal Ataturk: Modernisasi dan Perkembangan Islam Modern

Iran dan Oman berbagi hak atas wilayah ini. Namun, Iran kerap tampil lebih dominan dalam konflik militer dan diplomatik.

Sejarah Panjang Selat Hormuz

Jalur ini sudah jadi pusat niaga sejak ribuan tahun lalu. Di era Kekaisaran Persia, Selat Hormuz menjadi jalur pelayaran penting menuju India dan Asia. Portugis sempat menguasai Pulau Hormuz pada 1507. Mereka membangun benteng dan mendominasi perdagangan laut hingga 1622.

Kekuasaan kemudian berpindah ke Dinasti Safawi Persia, lalu Inggris ikut campur tangan di abad ke-19. Di masa modern, Selat Hormuz makin penting karena menjadi jalur pengangkutan utama ekspor minyak Timur Tengah.

Baca juga : https://www.surau.co/2025/06/17498/sejarah-militer-iran-dari-puncak-kejayaan-hingga-era-modern/

Ketegangan Terbaru Juni 2025

Ketegangan meningkat setelah Iran kembali mengancam akan menutup Selat Hormuz. Pada 19 Juni 2025, anggota Komite Keamanan Nasional Iran, Behnam Saeedi, mengatakan:

Peran Pemikiran Al-Farabi; Pencerahan Filsafat Yunani dan Barat

“Menutup Selat Hormuz bukan sekadar opsi. Ia bisa jadi keniscayaan bila kepentingan kami terancam.”

Konteksnya adalah konflik yang terus memburuk antara Iran dan Israel, termasuk kekhawatiran atas intervensi Amerika Serikat.

Insiden Laut Tambah Kekhawatiran

Dua hari sebelum pernyataan Iran, dua kapal tanker—Front Eagle dan Adalynn—bertabrakan di perairan dkat Oman. Kapal terbakar, meski awak berhasil dievakuasi. Tidak ada tumpahan minyak, tapi analis mencatat adanya gangguan sistem navigasi.

Insiden ini kembali mengingatkan dunia bahwa perairan Selat Hormuz tidak pernah sepenuhnya aman dari ketegangan atau kecelakaan.

Kitab Taisirul Kholaq: Terobosan Pembelajaran Akhlak Metode Salafiyah

Baca juga: Dugaan Korupsi Kuota Haji Masuk Tahap Penyelidikan KPK

Dampak Ekonomi Dunia

Selat Hormuz dan ketegangan global ini segera mengguncang pasar energi. Harga minyak mentah melonjak sekitar 10 persen dalam waktu singkat. Menteri Keuangan Inggris, Rachel Reeves, mengatakan:

“Konflik Iran dan Israel bisa berdampak pada kenaikan harga energi global.”

Perusahaan seperti Shell mulai menyiapkan skenario darurat jika Selat Hormuz benar-benar ditutup. “Kami siapkan logistik untuk skenario terburuk,” kata juru bicara Shell.

 

Akankah Selat Ditutup?

 

Meskipun ancaman Iran terdengar serius, banyak pengamat menyebut itu hanya strategi tekanan. Iran sendiri menggantungkan pendapatan ekspor minyak pada selat ini.

Menutup jalur ini justru bisa menjadi bumerang. Iran bisa kehilangan pemasukan besar dan menghadapi kemungkinan perang terbuka dengan Amerika dan sekutu lainnya.

 

Selat Hormuz adalah titik krusial yang tak bisa diabaikan. Sejarah panjangnya sebagai jalur niaga dan kini sebagai pusat distribusi energi dunia membuat kawasan ini terus jadi sorotan global. Selama konflik regional belum mereda, stabilitas Selat Hormuz akan tetap menjadi taruhan bagi ekonomi global.(Abi elfausto)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement