Beranda » Berita » Bid’ah Harus Dijelaskan, Bukan Didiamkan: Tanggung Jawab Ilmiah Umat Islam

Bid’ah Harus Dijelaskan, Bukan Didiamkan: Tanggung Jawab Ilmiah Umat Islam

Bid’ah Harus Dijelaskan, Bukan Didiamkan: Tanggung Jawab Ilmiah Umat Islam.

 

Dalam ajaran Islam, menjaga kemurnian agama adalah sebuah amanah besar. Tidak hanya kepada para ulama, tetapi juga kepada setiap Muslim yang memiliki ilmu. Salah satu bentuk penjagaan ini adalah dengan menjelaskan dan memperingatkan umat dari praktik-praktik bid’ah, yaitu hal-hal baru yang diada-adakan dalam agama yang tidak memiliki dasar dari Al-Qur’an maupun Sunnah Nabi ﷺ.

Perkataan Ibnu Taimiyyah rahimahullah yang dikutip dalam gambar di atas sangat jelas:

> “Kebid’ahan harus tetap dijelaskan kepada ummat. Sebab hal itu bagian dari amar ma’ruf nahi munkar yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya.” (Majmu’ Fatawa 35/414)

Ulama, Syariat Islam dan Tanggung Jawab Moral Di Bawah Konstitusi

Pernyataan ini menekankan bahwa menjelaskan bid’ah kepada umat bukanlah tindakan opsional, melainkan bagian dari tanggung jawab syariat. Diam terhadap kebid’ahan sama dengan membiarkan kerusakan berkembang di tengah masyarakat Islam.

Apa Itu Bid’ah?

Secara bahasa, bid’ah berarti sesuatu yang baru atau yang diada-adakan. Namun dalam terminologi syariat, bid’ah adalah setiap bentuk ibadah yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah ﷺ. Ibnu Rajab rahimahullah berkata:

> “Bid’ah adalah segala hal yang diada-adakan dalam agama setelah masa kenabian, yang tidak memiliki landasan dalam syariat.”

Misalnya, menambah bacaan tertentu dalam shalat yang tidak dicontohkan Nabi ﷺ, merayakan hari-hari yang tidak pernah dirayakan oleh generasi pertama umat ini, atau menetapkan tata cara ibadah yang tidak memiliki dalil.

Baik dan Buruk Seorang Isteri Menurut Islam

Mengapa Bid’ah Berbahaya?

Bid’ah memiliki potensi besar untuk merusak agama, karena ia mengubah bentuk ibadah menjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Dalam hadits shahih, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.” (HR. An-Nasa’i, Abu Dawud, dan lainnya)

Hal ini menunjukkan bahwa bid’ah bukan sekadar kesalahan ringan, tapi bisa berujung pada penyimpangan akidah dan pengabaian terhadap tuntunan Rasul ﷺ.

Bid’ah juga menumbuhkan perpecahan di tengah umat. Ketika orang-orang mulai membuat bentuk ibadah baru berdasarkan hawa nafsu, maka akan muncul banyak versi Islam yang tidak seragam, sehingga umat tercerai-berai.

Umat Terlena, Musuh Bekerja

Diam Terhadap Bid’ah, Tanda Lemahnya Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Diam terhadap praktik bid’ah bisa berbahaya. Bukan hanya bagi pelaku bid’ah, tetapi juga bagi masyarakat sekitar yang tidak diberi pemahaman. Ketika para penuntut ilmu dan da’i enggan menjelaskan bahaya bid’ah, maka masyarakat akan menganggap bahwa perbuatan tersebut baik-baik saja.

Inilah mengapa amar ma’ruf nahi munkar adalah prinsip utama dalam Islam. Allah ﷻ berfirman:

> “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

Tugas mencegah kemungkaran tidak hanya berlaku untuk maksiat terang-terangan seperti zina atau korupsi, tetapi juga termasuk kemungkaran dalam perkara ibadah, seperti bid’ah.

Menjelaskan Bukan Berarti Membenci

Perlu digarisbawahi bahwa menjelaskan bid’ah bukanlah bentuk permusuhan kepada pelaku bid’ah. Justru ini adalah bentuk kasih sayang terhadap sesama Muslim. Sebagaimana seorang dokter yang memperingatkan pasien tentang obat palsu atau pola hidup salah, seorang Muslim yang menjelaskan bidah sedang menyelamatkan saudaranya dari kesesatan.

Rasulullah ﷺ selama hidupnya selalu memperingatkan umat dari hal-hal yang bisa menyesatkan. Bahkan pada khutbah terakhir beliau, beliau bersabda:

> “Barangsiapa yang hidup setelahku, maka ia akan melihat banyak perselisihan. Maka wajib atas kalian untuk berpegang pada sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

Cara Menjelaskan Bid’ah dengan Hikmah

Menjelaskan bidah kepada umat harus dilakukan dengan ilmu dan hikmah. Allah ﷻ memerintahkan:

> “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” (QS. An-Nahl: 125)

Berikut beberapa adab yang perlu diperhatikan dalam menjelaskan bidah:

1. Gunakan Dalil yang Kuat
Sampaikan penjelasan dengan dalil dari Al-Qur’an dan hadits shahih, agar umat memahami bahwa ini bukan sekadar pendapat pribadi.

2. Jaga Akhlak dan Ucapan
Hindari celaan atau penghinaan. Fokuskan pada menjelaskan kebenaran, bukan menjatuhkan individu.

3. Sampaikan dengan Kasih Sayang
Ingatlah bahwa tujuan utama adalah menyelamatkan saudara kita dari kesesatan, bukan mempermalukan mereka.

4. Berdoa untuk Hidayah
Jangan lupakan kekuatan doa. Mohon kepada Allah agar saudara kita diberi petunjuk kepada kebenaran.

Kesimpulan: Jangan Diam, Tapi Jelaskan

Bid’ah adalah perkara serius dalam agama. Ia bukan hanya sekadar penambahan dalam ibadah, tapi bentuk penyimpangan yang bisa berujung pada kesesatan. Diam terhadap bidah bukanlah solusi. Justru itu bisa menjadi bentuk pengkhianatan terhadap amanah ilmu dan amar ma’ruf nahi munkar.

Sebagai Muslim, kita dituntut untuk menjelaskan kebenaran dengan hikmah, penuh kasih sayang, dan berlandaskan ilmu. Kita tidak boleh membiarkan umat larut dalam kebiasaan yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ.

Mari kita menjadi bagian dari penyuluh umat, bukan hanya dengan lisan, tetapi juga dengan hati yang tulus dan akhlak yang santun. Semoga Allah ﷻ menjadikan kita penjaga sunnah dan pembela agama-Nya. (Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement