Berita Nasional
Beranda » Berita » Gus Azmi dan Khansa Mariska Menyatukan Cinta

Gus Azmi dan Khansa Mariska Menyatukan Cinta

Saat senja mengalir lembut di Probolinggo pada 12 Juni 2025, rintik hujan menari. Gus Azmi Khansa Mariska Pernikahan  Angin membawa melodi doa yang lembut, dan dua nama muda bersiap menapaki babak baru,momen sakral dua insan muda. Gus Azmi, vokalis Syubbanul Muslimin, resmi menikahi Khansa Mariska, selebgram dan mahasiswi hijab stylish, dalam acara sederhana namun penuh khidmat.

Suasana Akad Nikah yang Mendalam

Acara akad berlangsung dalam keheningan yang bermakna. Gus Azmi tampil elegan dengan beskap putih modern dan peci, menegaskan kesederhanaan nan tegas. Khansa Mariska tampak anggun dalam gaun pastel berbordir payet dan manik-manik, dihiasi ronce melati panjang di hijab—kasih sayang visual yang menyatu sempurna. Pemake up artist yang meriasnya menulis:

“Masya Allah, cantiknya Kak Aca, baik banget Kak Aca dan Keluarganya.”

Kutipan itu tidak hanya pujian estetika. Ia mencerminkan ketulusan keluarga dan aura spiritual yang mengalir sepanjang prosesi.

baca: https://www.surau.co/2025/06/15902/pelakor-dalam-pandangan-islam/

Peduli Sumatera: Saat Saudara Kita Menjerit, Hati Kita Harus Bangkit

Dua Dunia dalam Harmoni

Gus Azmi, lahir 23 April 2004, tumbuh dalam lingkungan pesantren, anak dari ulama KH Ahmad Ulil Abshor Ishomuddin dan Nyai Laila Syadzili. Ia  menggabungkan dakwah dan seni melalui shalawat sehingga mashur.
Sementara itu, Khansa Mariska, lahir 31 Juli 2006 di Surabaya, terkenal sebagai figur berpengaruh di TikTok dan Instagram. Ia memiliki lebih dari 480 ribu followers di Instagram dan lebih dari 600 ribu di TikTok

Kedua sosok ini bertemu di titik pertemuan budaya: Gus Azmi sebagai vokalis shalawat, Khansa sebagai simbol hijab modern yang tetap berpegang pada nilai agama dan pendidikan di Universitas Ciputra, jurusan International Business Management

Mahar Bermakna: Bangunan Spiritual

Dalam media pesantren, mahar biasanya bersifat simbolis. Pada pernikahan ini, Gus Azmi memberikan mahar untuk pembangunan masjid—bukan perhiasan materi. Itu lebih dari sekadar simbol, tapi investasinya untuk akhirat—implementasi nilai tanggung jawab sosial dan spiritual

Proses Pernikahan: Hening, Shalawat, dan Rintik

Alunan hadrah mengiringi prosesi akad. Musiknya sederhana: rebana, gendang, doa lirih, dan rintik hujan yang menambah atmosfer keheningan penuh makna. Pelataran dan gapura dipenuhi kelopak bunga melati dan kembang sepatu yang tertiup angin, selaras dengan doa yang meresap ke hati.

Suara ijab kabul dalam bahasa Arab menggema khusyuk. Video itu segera viral di TikTok dan Instagram. Banyak netizen membagikannya sebagai wujud doa massal khusus bagi pasangan ini

Asosiasi Ma’had Aly Dorong PenguatanDirektorat Jenderal Pesantren

Usia Muda, Tujuan Matang

 

Usia Khansa saat menikah adalah 18 tahun. Gus Azmi sendiri baru 21 tahun. Usia itu sempat menimbulkan diskusi: apakah pernikahan dini terlalu berat bagi keterikatan emosional dan tanggung jawab? Namun pasangan ini menegaskan kesiapan spiritual, intelektual, dan nilai pesantren mereka. Mereka memilih komitmen dini bukan karena tekanan eksternal, melainkan kesadaran nilai hidup dan agama.

baca: https://kaltengpos.jawapos.com/daerah/palangkaraya/14/06/2025/17-asn-pemko-palangka-raya-kedapatan-positif-narkoba-apa-sanksinya/

Citra Publik dan Digitalisasi Ritual

Acara lilin, rintik doa, dan video ijab kabul cepat tersebar. Mereka berhasil menghadirkan ritual sakral dalam bentuk konten digital. Ini bukan eksploitasi; sebaliknya, sebagai bentuk inspirasi bagi generasi muda muslim yang ingin menikah dengan nilai dan kesungguhan. Hal ini memperlihatkan cara baru menyebarkan nilai religius lewat platform online .

Hikayat yang Menggetarkan: Menyelami Kitab Al-Mawa’idhul Ushfuriyah

Konteks Sosial: Generasi Hybrid

Gus Azmi Khansa Mariska Pernikahan ini merepresentasikan pergeseran budaya di kalangan anak pesantren dan generasi Z. Mereka menjalani kehidupan hybrid:mengkobinasikan  tradisi pesantren dengan keterlibatan digital dan kiprah edukatif. Kini anak pesantren tak lagi tertutup dari dunia luar; mereka tampil sebagai influencer dengan gaya hidup islami yang tetap low profile dan berpendidikan tinggi.

Epilog: Awal Cinta yang Tumbuh

Acara malam ditutup dengan kopi tubruk dan doa bersama. Pelataran pelaminan perlahan sepi, tetapi aroma spiritual dan kebersamaan masih tercium. Di antara senyum malu, genggaman tangan yang baru bersatu, mereka menapaki babak baru kehidupan.

Gus Azmi dan Khansa Mariska menunjukkan bahwa cinta muda berkemungkinan berjalan dalam dua lintasan: cinta personal dan cinta sosial. Ia didasari nilai dakwah, tanggung jawab spiritual, dan pengaruh digital positif. Di antara rintik senja dan doa malam, keduanya menyalakan harapan bagi banyak remaja muslim: bahwa menikah bukan kemewahan, tetapi jalan spiritual yang bisa ditempuh dengan kesungguhan dan kematangan.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement