Opinion
Beranda » Berita » Terjebak dengan Ilmu Dunia: Ketika Kecerdasan Membutakan Hati

Terjebak dengan Ilmu Dunia: Ketika Kecerdasan Membutakan Hati

Di era digital ini, akses terhadap ilmu begitu mudah. Hanya dengan satu klik, kita bisa belajar apa saja—dari fisika kuantum hingga teori ekonomi. Dunia seolah membuka pintunya bagi siapa saja yang mau belajar dan bekerja keras. Tapi, di balik kemudahan dan kemajuan itu, ada satu bahaya yang sering tidak disadari: terjebak dengan ilmu dunia. Ketika ilmu yang kita kejar hanyalah untuk dunia, untuk status, gengsi, dan pujian manusia, tanpa disandarkan pada iman dan takwa, maka sejatinya kita sedang berjalan menuju kehampaan.

🌐 Ilmu Dunia: Penting, Tapi Tak Cukup

Islam tidak pernah merendahkan ilmu dunia. Bahkan, banyak ayat dan hadits yang mendorong umat Islam untuk belajar dan mencari pengetahuan. Namun, semua ilmu itu harus dijadikan sarana untuk mengenal Allah, menguatkan iman, dan memberi manfaat bagi sesama.

> “Barang siapa yang menuntut ilmu bukan karena Allah, dan ia menginginkan dengan ilmunya itu dunia, maka ia tidak akan mencium aroma surga.”
(HR. Abu Dawud, dinilai hasan oleh Al-Albani)

Betapa banyak orang yang gelarnya berderet, pikirannya cemerlang, tetapi hatinya kering. Ia tahu cara membangun kota, tapi lupa membangun akhlak. Ia pandai membuat algoritma, tetapi kehilangan arah dalam hidup. Ilmunya tinggi, tapi lupa sujud. Inilah tanda bahwa seseorang telah terjebak dalam ilmu dunia—ia mengejar cahaya, namun menjauh dari sumber cahaya sejati: Allah SWT.

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

🎓 Ilmu Dunia Tanpa Iman: Ibarat Pisau Tanpa Pegangan

Ilmu tanpa iman ibarat pisau tajam tanpa gagang. Bisa melukai siapa saja, termasuk pemiliknya sendiri. Berapa banyak orang cerdas yang justru menggunakan ilmunya untuk menipu, memanipulasi, bahkan menghancurkan? Ilmu itu tak salah, tetapi ketika hati tak terikat pada nilai-nilai langit, ilmu bisa menjadi petaka.

Contoh nyata bisa kita lihat dari sejarah: orang-orang seperti Qarun. Dia adalah simbol kekayaan dan ilmu dunia. Dalam Al-Qur’an, Allah menjelaskan bahwa Qarun adalah orang dari kaum Musa yang diberikan perbendaharaan harta dan ilmu. Tapi karena kesombongannya, ia lupa bahwa semua itu berasal dari Allah.

> “Qarun berkata, ‘Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.’ Maka apakah ia tidak tahu, bahwa Allah sungguh telah membinasakan generasi sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta?”
(QS. Al-Qashash: 78)

🧠 Kesombongan Intelektual: Wabah Orang Berilmu

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Salah satu ujian terbesar bagi orang berilmu adalah kesombongan intelektual. Merasa lebih tahu, lebih paham, dan lebih berhak dari orang lain. Padahal, dalam Islam, semakin tinggi ilmu seseorang seharusnya semakin rendah hatinya. Ilmu adalah amanah, bukan alat untuk pamer atau mendominasi.

Ada fenomena di masyarakat kita hari ini: orang yang cerdas seringkali menjadi sinis terhadap agama. Ia merasa sains bisa menjawab segalanya. Ia mempertanyakan syariat dengan logika sempit. Bahkan, sebagian dari mereka menganggap ajaran agama ketinggalan zaman. Ini bukanlah tanda kemajuan, melainkan tanda kesombongan. Ilmunya belum cukup dalam, tapi sudah merasa paling tahu segalanya.

📱 Ilmu Dunia dan Ego Digital

Di era media sosial, ilmu sering kali digunakan untuk validasi ego. Orang berbagi wawasan bukan karena ingin memberi manfaat, tapi agar tampak pintar. Diskusi berubah menjadi debat kusir. Ilmu digunakan bukan untuk mendekatkan diri pada Allah, tetapi untuk menundukkan orang lain.

Kita jadi sering bertanya: “Apa manfaat dari ilmu ini untuk followers-ku?” — daripada bertanya “Apakah ilmu ini membuatku lebih dekat pada Allah?”

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Inilah jebakan modern: ilmu yang seharusnya mencerahkan hati justru menjebak kita dalam ketenaran palsu.

🧎‍♂️ Solusi: Kembalikan Ilmu kepada Tuhannya

Lalu, bagaimana caranya agar kita tidak terjebak dengan ilmu dunia?

1. Luruskan niat sejak awal

Belajar bukan sekadar untuk karier, tapi untuk mencari ridha Allah.

2. Gabungkan ilmu dunia dengan ilmu akhirat

Jangan hanya tahu rumus, tapi juga tahu adab dan akhlak.

3. Belajar dari ulama dan ahli agama

Biar ilmu kita tidak liar dan tetap terjaga arah spiritualnya.
4. Bersujud lebih lama dari berdiskusi

Kunci keselamatan ilmu ada pada kerendahan hati di hadapan Allah.

5. Jadikan ilmu sebagai ladang amal

Aplikasikan ilmu untuk membantu sesama, bukan hanya untuk menyombongkan diri.

✨ Penutup: Jangan Terjebak dalam Ilmu Tanpa Hikmah

Ilmu adalah cahaya. Tapi cahaya bisa menyilaukan jika tidak dikendalikan. Jangan sampai kita menjadi orang yang tahu banyak hal, tapi lupa siapa diri kita sebenarnya. Jangan sampai kita fasih berbicara teori, tapi tak pernah memaknai hakikat hidup. Dan jangan sampai kita mengejar ilmu dunia, tapi kehilangan jalan menuju surga.

Karena pada akhirnya, yang akan menyelamatkan kita bukan seberapa tinggi gelar kita, tetapi seberapa ikhlas kita menuntut ilmu karena Allah.

> “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, jiwa yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak dikabulkan.”
(HR. Muslim)

Semoga kita semua menjadi penuntut ilmu yang rendah hati, ikhlas, dan selalu sadar bahwa ilmu hanyalah sarana untuk mencapai ridha Ilahi. (T. Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement