Kenapa Perlu Takhrij Hadis di Era Digital?
Media sosial memudahkan siapa pun membagikan kutipan agama. Namun, apakah semua benar sabda Nabi SAW? Banyak orang membagikan hadis tanpa mengecek sumbernya. Sayangnya, sebagian kutipan ternyata berasal dari hadis lemah, bahkan palsu.
Oleh karena itu, umat Islam butuh sikap ilmiah. Kita perlu menyaring informasi dengan metode terpercaya. Salah satunya adalah takhrij hadis.
Apa Itu Takhrij Hadis?
Secara bahasa, takhrij (تخريج) berarti “mengeluarkan.” Dalam konteks ilmu hadis, maknanya lebih luas. Takhrij adalah proses ilmiah untuk menelusuri asal hadis: dari kitab sumber asli, jalur periwayatan (sanad), hingga isi hadis (matan).Tujuannya jelas: menentukan apakah hadis tersebut sahih, hasan, daif, atau maudu‘ (palsu).
Imam al-Suyūṭī menyatakan:
“Takhrij adalah menunjukkan tempat hadis dalam sumber aslinya, beserta sanad dan perawinya, serta menjelaskan derajatnya.” Mahmud Ath-Thahhan menegaskan: “Menunjukkan asal suatu hadis dalam sumber aslinya yang meriwayatkannya dengan sanad, lalu menjelaskan derajatnya.”Lalu apa pentingnya mengetahui sumber asli?
Pentingnya Mengetahui Sumber Asli Hadis
tidak bisa melakukan tahrij tanpa memahami apa itu sumber asli. Dalam istilah ilmu hadis, sumber asli disebut al-maṣādir al-aṣliyyah. Artinya, kitab hadis yang ditulis langsung oleh para perawi utama.
Mereka mencatat hadis beserta sanadnya, tanpa menyalin dari kitab lain. Kitab-kitab inilah yang menjadi dasar dalam ilmu hadis.Ini ada beberapa contoh kitab induk hadis yang terpercaya:
Contoh Kitab Induk Hadis yang Terpercaya
Beberapa kitab induk yang sangat terkenal dan dipakai dalam takhrij adalah:
Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Sunan Abī Dāwūd, Sunan at-Tirmidzī, Musnad Aḥmad, Al-Muwaṭṭa’ Mālik, Tafsīr aṭ-Ṭabarī, Al-Umm
Para ulama menganggap kitab-kitab tersebut sebagai sumber primer dalam ilmu hadis.Lalu apa bedanya?
Apa Bedanya dengan Kitab Sekunder?
Sebagian kitab populer, seperti Riyāḍuṣ-Ṣāliḥīn dan al-Jāmi‘uṣ-Ṣaghīr, bukanlah kitab induk. Kitab-kitab ini hanya mengumpulkan hadis dari sumber lain. Penulisnya tidak selalu menyertakan sanad lengkap. Maka, jika kita hanya mengutip dari kitab semacam itu, itu belum disebut takhrij secara ilmiah.
Takhrij Bukan Sekadar Kutipan
Seringkali, banyak orang menyangka bahwa menyebut nama kitab sudah cukup. Padahal, takhrij menuntut lebih dari itu. Kita harus menyebut sumber utama, sanad perawi, dan derajat hadis. Tanpa proses ilmiah ini, kita hanya menyebarkan teks. Kita belum memastikan kebenarannya.
Mengapa Takhrij Hadis Relevan Hari Ini?
Saat ini, banyak orang menyebar informasi tanpa verifikasi. Apalagi, kutipan agama sering digunakan untuk mendukung kepentingan pribadi.
Dengan memahami takhrij, kita bisa:
Lebih berhati-hati sebelum membagikan hadis. Juga memastikan dalil yang kita sampaikan benar. Dan juga, bisa menghindari penyebaran hoaks agama.Dan menjadi umat yang ilmiah dan bertanggung jawab
Takhrij Adalah Bentuk Cinta terhadap Kebenaran
Dengan demikian takhrij bukan hanya kegiatan akademik. Ia adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai muslim. Dengan takhrij, kita menunjukkan rasa hormat kepada warisan keilmuan para ulama.Di balik satu hadis, ada perjalanan panjang, ada mata rantai sanad, dan ada usaha luar biasa para ulama.Tidak itu saja.
Takhrij sebagai Penjaga Kemurnian Islam
Pada Akhirnya, takhrij hadis bukan alat menyalahkan orang. Ia adalah penyaring yang menjaga ajaran Islam tetap murni. Dengan takhrij, kita bisa berkata dengan yakin:
“Inilah sabda Nabi SAW yang benar, dari jalur yang sahih.”
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
