Beranda » Berita » Rafi bin Khadij, Sahabat Rasulullah yang Menjadi Pasukan Perang Sejak Remaja

Rafi bin Khadij, Sahabat Rasulullah yang Menjadi Pasukan Perang Sejak Remaja

Rafi bin Khadij, Sahabat Rasulullah yang Menjadi Pasukan Perang Sejak Remaja - Surau.co
Ilustrasi: Bylge

Surau.co – Rafi bin Khadij, ia adalah putra Khadij seorang sahabat Rasulullah SAW. Saat itu kaum muslimin sedang sibuk menyiapkan untuk pertempuran Uhud dan Rafi usianya baru 15 tahun kala itu. Kaum muslimin tengah giat menyiapkan segala peralatan dan kekuatan menghadapi perang uhud. Salah satu perang paling menyejarah dalam perjuangan umat Islam. Tak hanya para lelaki dewasa yang antusias. Para remaja belia pun tak mau ketinggalan. Mereka bergegas mengambil peran dalam perjuangan Islam.

Biasanya, apabila Rasulullah SAW memberangkatkan pasukan untuk berperang, beliau akan mengantar pasukan itu sampai keluar kota Madinah dan melepasnya dengan pelepasan terakhir. Sebelumnya beliau akan meneliti perlengkapan pasukan dan memperbaikinya jika ada yang kurang.

Ketika pasukan Muslim akan berangkat ke Perang Uhud. Rasulullah SAW melihat beberapa orang anak yang belum cukup dewasa menyertai pasukan yang akan diberangkatkan. Mereka ini berusia antara 14 hingga 24 tahun, di antaranya adalah Abdullah bin Umar, Zaid bin Tsabit, Zaid bin Arqam, Usamah bin Zaid, Barra bin Azib, Usaid bin Zhuhair, Amr bin Hazm, Urabah bin Aus, Abu Sa’id al Khudry, Sa’d bin Habbah RA, Rafi bin Khadij dan Samurah bin Jundub. Mereka ini dipulangkan oleh Rasulullah SAW karena usianya tersebut, tentu saja mereka menjadi kecewa.

Rasulullah SAW kemudian membujuk mereka agar pulang. Di antara mereka hanya Rafi bin Khudaij yang tidak mau pulang. Rafi bin Khudaij berlari menemui ayahnya, Khudaij, yang ada dalam barisan pasukan muslim. Rafi bin Khudaij meminta ayahnya menemui Rasulullah SAW. Sang ayah, Khadij kemudian menemui Rasulullah SAW dan memohon agar putra kesayangannya diperkenankan ikut berlaga di medan perang. Khadij menyampaikan kemampuan yang dimiliki Rafi yakni memanah dan memainkan tombak. Saat bertemu Rasulullah SAW, Rafi berdiri dengan berjinjit, itu ia lakukan agar terlihat lebih tinggi. Rasulullah SAW mengamati dengan seksama kemampuan Rafi, sebelum akhirnya beliau mengizinkannya.

“Ya, Rasulullah, Rafi bin Khudaij pandai memanah.” “Izinkanlah Rafi bin Khudaij ikut berjihad.” “Mudah-mudahan kepandaiannya itu dapat menambah kekuatan pasukan kita,” bujuk Khudaij. “Coba, engkau perlihatkan kepandaianmu dalam memanah itu,” perintah Rasulullah SAW pada Rafi bin Khudaij. Kemudian Rafi bin Khudaij pun memperlihatkan kepandaiannya memanah di depan Rasulullah SAW dan para sahabat Rasulullah SAW yang lain. Anak panah itu melesat kencang dan tepat mengenai sasaran. Rasulullah SAW dan para sahabat pun berdecak kagum melihatnya.

Mitos dan Fakta: Mengungkap Manfaat Air Kelapa untuk Ibu Hamil

Bersaing dengan Samurah bin Jundub (Sahabat Sebaya)

Sebenarnya, dalam Perang Badar, Rafi pernah meminta izin ikut, namun Rasulullah SAW dengan tegas melarangnya. Rafi bin Khudaij menemui Rasulullah SAW agar diizinkan ikut berjihad, tapi beliau keberatan karena Rafi bin Khudaij masih sangat muda. Namun, kali ini Rasulullah SAW mengizinkan Rafi bin Khudaij ikut berjihad. Melihat Rafi bin Khudaij diizinkan ikut berjihad, anak lainnya bernama Samurah bin Jundub, segera mengajak ayah tirinya, Muray bin Sinam menemui Rasulullah SAW untuk menyampaikan keinginannya ikut berjihad juga. Rasulullah SAW memanggil Samurah bin Jundub, “Wahai Samurah bin Jundub, jika engkau mampu mengalahkan Rafi, aku izinkan engkau ikut berjihad.”

Badan Samurah bin Jundub lebih besar dibanding Rafi bin Khudaij. Rasulullah SAW kemudian menyuruh mereka untuk bergulat. Samurah bin Jundub dan Rafi bin Khudaij saling menyerang dan menjatuhkan. Rafi bin Khudaij yang berbadan kecil, tidak mampu mengimbangi kekuatan Samurah bin Jundub. Berkali-kali, Rafi bin Khudaij dijatuhkan Samurah. Setelah melihat kekuatan Samurah bin Jundub, barulah Rasulullah SAW mengizinkan Samurah bin Jundub ikut berjihad.

Menjaga Tenda Rasulullah

Ketika malam tiba, Rasulullah SAW mengatur orang-orang untuk menjaga pasukan yang sedang tidur, juga memerintahkan 50 orang agar menjaga seluruh pasukan. Mereka adalah sukarelawan yang bersedia menjaga pasukan.

Catatan Panjang Islam di Tanah Papua: Dari Raja Empat Hingga Sekarang

Kemudian Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat, “Siapakah diantara kalian yang bersedia menjagaku?”

Maka berdirilah salah seorang sahabat, kemudian Rasulullah SAW bertanya, “Siapa namamu?”

Sahabat itu menjawab, “Namaku Dzakwan.”

“Baik duduklah kamu.” kata Rasulullah.

Rasulullah SAW pun bertanya lagi, “Siapa diantara kalian yang bersedia menjagaku malam ini?”

Gagal Lakukan Upaya Hukum di Singapura, Tersangka Kasus KTP Elektronik Paulo Tanos Akan Diekstradisi

Berdirilah salah seorang sahabat.

Rasulullah SAW bertanya lagi, “Siapa namamu?”

“Namaku Abu Saba.” jawab orang itu.

Rasulullah SAW pun berkata, “Baik duduklah kamu.”

Kemudian Rasulullah SAW bertanya lagi, “Siapa yang bersedia menjagaku malam ini?”

Seorang sahabat berdiri.

Rasulullah SAW bertanya, “Siapa namamu?”

“Namaku Rafi’” jawab orang itu.

Rasulullah SAW berkata, “Duduklah kamu.”

Setelah itu Rasulullah SAW memanggil ketiga sukarelawan tadi, tetapi yang tampil hanya satu orang.

Rasulullah SAW bertanya, “Kemana dua sahabatmu yang lain?”

“Wahai Rasulullah, ketiga orang itu adalah aku yang berdiri terus-menerus.” jawab Rafi bin Khadij.

Rasulullah SAW mendoakannya dan menyuruhnya untuk berjaga di depan tenda Rasulullah SAW selama satu malam penuh.

Memilih Mati Syahid

Dalam Perang Uhud itu, kaum muslim mengalami kekalahan. Kekalahan tersebut disebabkan ketidakpatuhan sebagian pasukan pemanah muslim kepada perintah Rasulullah SAW. Sementara itu, Rafi bin Khudaij dan Samurah bin Jundub terluka cukup parah. Dada Rafi bin Khudaij pun terkena panah. Dalam perang Uhud tersebut Rafi terkena panah di dada, di bagian bawah ketiak. Darah mengucur dari lukanya, seraya menahan sakit ia mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata, “Wahai Rasulullah, tolonglah anak panah ini dicabut.”

Rafi berharap dengan bantuan Rasulullah SAW agar lukanya lekas membaik dan ia bisa ikut meneruskan berperang. Rupanya Rasulullah SAW memberikan pilihan yang tak biasa. Beliau berucap, “Hai Rafi, aku bisa mencabut panah ini beserta mata panahnya dan engkau akan segera sembuh. Tetapi jika engkau mau, aku akan mencabut panah ini dan meninggalkan mata panahnya di tubuhmu, dan aku akan bersaksi pada hari kiamat bahwa engkau mati syahid.”

Kebanyakan dari kita mungkin agar segera memilih tawaran Rasulullah SAW yang pertama. Tetapi tanpa keraguan sedikitpun, Rafi bin Khadij memilih penawaran Rasulullah SAW yang kedua, dicabut panah yang menancap tetapi membiarkan mata panah tetap di tubuhnya. Akibatnya ia mengalami sakit berkepanjangan karena luka-lukanya ini. Namun demikian ia tetap berjuang dan berperang di jalan Allah (jihad fi sabilillah), baik di masa hidupnya Rasulullah SAW atau sepeninggal beliau, sampai akhirnya ia wafat di jaman khalifah Muawiyah.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement