Oleh: Masykurudin Hafidz, Mahasiswa Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta
SURAU.CO – Kelahiran Nahdlatul Ulama (NU) adalah bukti perjuangan umat untuk kejayaan bangsa. Kini setelah 82 tahun berjalan, NU kembali ditagih peranannya. Pertanyaannya adalah, apakah NU mampu menjaga keutuhan bangsa sekaligus membangkitkannya dari keterpurukan? Jawaban atas pertanyaan ini akan menentukan masa depan Nahdlatul Ulama.
Tanggung jawab sosial ini memang sangat beralasan. Sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan terbesar, NU menjadi garansi bagi perbaikan kondisi negeri. Keyakinan dan sikap NU yang kokoh terhadap Indonesia yang plural menjadi modal dasar bagi inisiatif-inisiatif politik dan ekonomi secara bersamaan. Dengan tulus, ulama NU terbukti memberikan sumbangan besar terhadap kesatuan bangsa ini. Sejarah NU adalah sejarah kesetiaan yang tinggi pada tradisi sekaligus kemampuan beradaptasi pada setiap perkembangan zaman.
Krisis Internal yang Mengancam
Akan tetapi, kondisi mutakhir menunjukkan, kebesaran NU tidak didukung oleh keseriusannya secara organisatoris. Sebuah organisasi mensyaratkan antara pengurus dan warganya selalu bersatu padu. Dari sini kita harus mengakui, hamparan warga NU di negeri ini adalah potensi besar yang sepenuhnya belum terorganisir. Ibarat masjid megah dengan jutaan warga, masing-masing justru membentuk jamaah sendiri di pojok-pojok masjid. Lemahnya sistem organisasi ini, ditambah dengan ancaman dari luar, mau tidak mau membuat jamaah NU mengalami penyusutan yang nyata.
Selain itu, menjadi pengurus NU lebih sering dimaknai secara politis daripada berkhidmat melayani umat. Dengan basis massa yang besar, NU memang potensial menjadi kendaraan politik praktis. Gejala ini jelas terlihat pada Pemilihan Kepala Daerah di berbagai tempat. Akibatnya, NU hanya bermain di tingkat isu parsial dan permukaan daripada persoalan yang lebih vital, yaitu pembelaan terhadap nasib warganya. Ciri khas peranan tokoh NU sebagai kekuatan pengimbang kekuasaan lantas makin mengendur. Fungsi kontrol sosial dari sudut etika dan moral untuk menghardik kebijakan publik yang tidak membela rakyat makin melemah seiring dengan kedekatannya kepada penguasa.
Menata Ulang Masa Depan Nahdlatul Ulama
Krisis internal di kalangan NU ini semestinya cepat kita atasi. Perbaikan kondisi internal NU setidaknya melewati tiga hal.
1. Membenahi Sistem Organisasi.
Langkah pertama adalah membenahi sistem organisasi di tubuh NU. Organisasi adalah wadah kolektivitas yang terstruktur untuk mewujudkan cita-cita bersama. Untuk itu, kita harus mengembalikan NU dengan serius sebagai organisasi sosial keagamaan (jam’iyah diniyah ijtima’iyah). Kegiatan organisasi harus kita arahkan pada peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat yang terjerat oleh keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan. Dengan kata lain, organisasi NU harus selalu mendampingi dan memberdayakan rakyat untuk mendapatkan hak-hak asasinya.
2. Melakukan Reorientasi Politik.
Sebagai bagian dari kehidupan berbangsa, memang NU tidak mungkin bersikap anti politik. Akan tetapi, kepentingan politik yang harus kita sapih dari NU adalah politik praktis, yaitu politik dalam arti perebutan kekuasaan. Sementara itu, politik kenegaraan untuk menjaga keutuhan NKRI dan politik kerakyatan untuk menjunjung tinggi kemaslahatan merupakan bagian esensial dari komitmen NU. Strategi politik NU adalah melalui advokasi kebijakan publik di berbagai level. Posisi NU dalam hal ini adalah sebagai lembaga kontrol terhadap negara atas ketidakadilan. Bagi NU, yang terpenting bukan siapa yang berkuasa, melainkan bagaimana kekuasaan itu diperoleh dan didayagunakan untuk kepentingan rakyat banyak.
3. Menyertakan Kalangan Muda.
Sejarah NU membuktikan, kalangan muda seringkali tampil sebagai penyelamat saat konflik internal berkepanjangan. Melalui Majelis 24 di bawah koordinasi Abdurrahman Wahid (1983), generasi muda NU menjadi katalisator yang menghimpun saran dan merumuskan konsep pengembangan NU ke depan. Generasi muda NU saat ini berserakan di mana-mana. Dengan paras intelektual dan profesionalisme di bidangnya masing-masing, mereka siap untuk membenahi NU dari dalam serta memberdayakan umat di segala bidang. Potensi mereka tidak lain adalah sebagai media transformasi bagi kemajuan organisasi.
Masa depan Nahdlatul Ulama adalah masa depan bangsa. Perbaikan internal sistem organisasi, reorientasi politik, serta menyertakan kalangan mudanya adalah prasyarat untuk membangun masa depan itu. Selamat Ulang Tahun NU. Kebangkitanmu sungguh-sungguh bangsa yang sedang terpuruk ini nantikan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
