Opinion
Beranda » Berita » Asal Energi dari Tumbuhan Perspektif Al-Qur’an, ulama dan Sains

Asal Energi dari Tumbuhan Perspektif Al-Qur’an, ulama dan Sains

Asal Energi dari Tumbuhan Perspektif Al-Qur'an, ulama dan Sains
Asal Energi dari Tumbuhan Perspektif Al-Qur'an, ulama dan Sains

 

SURAU.CO – Orang-orang Arab menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an pada masa turunnya wahyu dengan pemahaman bahwa pohon yang mengering dan dibakar dapat menjadi sumber api. Kayu dipahami sebagai medium yang menyimpan “daya panas” (harārah) yang dilepaskan ketika dibakar. Pemahaman ini selaras dengan pengalaman empiris masyarakat Arab dalam memanfaatkan kayu sebagai sumber energi.

Ulama dan ilmuwan Muslim klasik telah membahas hal ini jauh sebelum lahirnya sains modern. Ibn Sina (w. 1037 M) dalam Kitab al-Syifa’ menjelaskan bahwa panas dan energi berasal dari materi organik yang telah mengalami perubahan bentuk akibat pengeringan dan pemadatan. Ia menyebutkan bahwa unsur-unsur alami, termasuk tumbuhan, menyimpan potensi energi yang dapat dilepaskan melalui proses tertentu.

Al-Biruni (w. 1048 M) juga mengamati bahwa benda-benda organik yang tertimbun dalam tanah dalam waktu lama akan mengalami perubahan sifat akibat tekanan dan panas bumi. Ia menyinggung kemungkinan transformasi materi tumbuhan menjadi zat yang lebih padat dan keras, sebuah pemahaman awal tentang proses geologis pembentukan batuan organik.

Pemahaman ini kemudian diperkuat oleh temuan ilmiah modern bahwa pohon yang mengering akibat terik matahari dapat diubah menjadi arang kayu, dan apabila tertimbun di dalam tanah dalam waktu yang sangat lama, dapat berubah menjadi batu bara.

Hutan, Banjir dan Ekonomi yang Merobohkan Rumah Sendiri

Apabila arang kayu diproses melalui panas yang sangat tinggi, ia dapat berubah menjadi gas alam. Suhu tanah sendiri sesungguhnya meningkat seiring bertambahnya kedalaman. Hal ini menunjukkan bahwa semakin dalam sisa-sisa tumbuhan tertimbun di dalam bumi, semakin cepat proses perubahan menjadi gas alam yang tersimpan di sela-sela bebatuan di perut bumi. Fenomena semacam ini pernah ditemukan, antara lain, di delta Sungai Nil di Mesir.

𝗧𝘂𝗺𝗯𝘂𝗵𝗮𝗻, 𝗛𝗲𝘄𝗮𝗻, 𝗱𝗮𝗻 𝗣𝗲𝗺𝗯𝗲𝗻𝘁𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗠𝗶𝗻𝘆𝗮𝗸 𝗕𝘂𝗺𝗶

Tanaman hijau mengandung unsur lemak dan zat organik yang menjadi sumber energi. Al-Jahiz (w. 869 M) dalam Kitab al-Hayawan menjelaskan hubungan rantai makanan antara tumbuhan dan hewan, serta bagaimana zat makanan tumbuhan berubah menjadi bagian tubuh hewan. Ia menegaskan bahwa energi yang ada pada hewan pada hakikatnya berasal dari tumbuhan yang dimakannya.

Ketika tanaman dimakan oleh hewan, unsur lemak dan energi tersebut dipisahkan dan dimanfaatkan oleh hewan. Apabila hewan tersebut kemudian mati dan terkubur tanpa terkena udara, ia dapat berubah menjadi minyak bumi, dan selanjutnya menjadi gas alam ketika mengalami panas dan tekanan ekstrem di dalam perut bumi.

Dengan demikian, tumbuhan hijau dapat berubah menjadi kayu ketika mengering, sedangkan tumbuhan hijau yang lebih kecil dapat berubah menjadi jerami kering. Keduanya berpotensi menjadi sumber bahan bakar. Secara umum diketahui bahwa tanaman berubah dari kondisi hijau segar menjadi kering dan layu, lalu menjadi arang hitam. Kesimpulannya, tumbuh-tumbuhan merupakan asal mula terbentuknya batu bara.

𝗣𝗿𝗼𝘀𝗲𝘀 𝗚𝗲𝗼𝗹𝗼𝗴𝗶𝘀 𝗣𝗲𝗺𝗯𝗲𝗻𝘁𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗕𝗮𝘁𝘂 𝗕𝗮𝗿𝗮

Sejak ribuan tahun silam, jutaan hektare hutan menutupi permukaan bumi. Akibat peristiwa alam seperti gempa bumi dan pergeseran tanah, hutan-hutan tersebut terbenam ke dalam bumi dan mengalami proses geologis berupa pengeringan, pemanasan, dan tekanan dalam jangka waktu yang sangat panjang.

Psikologi Keluarga dalam Perspektif Islam

Ibn Khaldun (w. 1406 M) dalam Muqaddimah menyatakan bahwa alam bekerja melalui hukum sebab-akibat yang tetap (sunnatullah), dan perubahan materi terjadi secara bertahap dalam rentang waktu yang lama. Pandangan ini sejalan dengan konsep modern mengenai proses geologis yang berlangsung jutaan tahun hingga membentuk batu bara.

Proses ini menyerupai pematangan alami akibat tekanan dan suhu tertentu, hingga akhirnya menghasilkan batu bara yang keras dan berwarna hitam.

𝗣𝗲𝗿𝗮𝗻 𝗞𝗹𝗼𝗿𝗼𝗳𝗶𝗹 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗞𝗲𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽𝗮𝗻 𝗧𝘂𝗺𝗯𝘂𝗵𝗮𝗻

Allah ﷻ berfirman:

“Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak, dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah …” (Al-An‘am: 99)

Ayat ini menunjukkan bahwa zat hijau daun dalam tumbuhan memiliki peran sentral dalam menghasilkan biji-bijian dan buah-buahan. Ulama tafsir klasik seperti Fakhruddin ar-Razi menafsirkan “tanaman yang menghijau” sebagai tanda adanya kekuatan kehidupan yang Allah tanamkan dalam tumbuhan, yang memungkinkan materi mati berubah menjadi sumber kehidupan.

Laut Kaya Akan Tambang Mulia: Antara Wahyu Al-Qur’an dan Temuan Sains Modern

Dalam istilah sains modern, zat hijau ini dikenal sebagai klorofil, yang memungkinkan tumbuhan mengolah cahaya matahari menjadi energi dan bahan makanan.

𝗘𝗻𝗲𝗿𝗴𝗶 𝗕𝗲𝗿𝗮𝘀𝗮𝗹 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗧𝘂𝗺𝗯𝘂𝗵𝗮𝗻

Allah ﷻ berfirman:

“… yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, lalu kamu pun (bisa) menyalakan api dari kayu itu.” (Yasin: 80)

Para mufasir klasik seperti Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan kekuasaan Allah yang mengeluarkan sesuatu yang berlawanan dari asalnya, yakni api dari benda yang basah dan hijau. Dengan demikian, hal ini menjadi isyarat bahwa kayu menyimpan potensi energi yang dapat dilepaskan.

Kayu merupakan salah satu sumber energi utama yang telah dimanfaatkan manusia sejak dahulu, Sains modern kemudian mengungkap bahwa minyak bumi berasal dari tanaman yang tertimbun di dalam bumi dan mengalami tekanan serta suhu yang sangat tinggi dalam jangka waktu lama, hingga berubah menjadi cairan minyak. Proses lanjutan dengan tekanan ekstrem, sehingga mengubahnya menjadi batu bara yang keras dan berwarna hitam.

𝗧𝘂𝗺𝗯𝘂𝗵𝗮𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗠𝗲𝗺𝗯𝗮𝘁𝘂 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗞𝗮𝗷𝗶𝗮𝗻 𝗜𝗹𝗺𝗶𝗮𝗵 𝗱𝗮𝗻 𝗞𝗹𝗮𝘀𝗶𝗸

Perubahan tumbuhan menjadi batu telah dikenal di kalangan ilmuwan sejak masa klasik. Al-Biruni mencatat adanya kayu dan tumbuhan yang mengeras menyerupai batu akibat waktu dan tekanan alam. Oleh karena itu, dalam kajian modern, fenomena ini dikenal sebagai fosilisasi. Selain itu, di lokasi penggalian dalam, sering ditemukan fosil tumbuhan, serangga, dan hewan yang telah membatu akibat tekanan dan waktu yang sangat lama.

Allah ﷻ berfirman:

“… yang menumbuhkan rumput-rumputan, lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman.” (Al-A‘la: 4–5)

Ayat ini dipahami oleh para mufasir sebagai gambaran perubahan bertahap materi hidup menjadi kering, menghitam, dan kehilangan kehidupan sebuah isyarat proses alami yang kini dijelaskan secara ilmiah.

“𝗠𝗮𝗵𝗮 𝗕𝗲𝗻𝗮𝗿 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗦𝘂𝗯𝗵̣𝗮̄𝗻𝗮𝗵𝘂 𝘄𝗮 𝗧𝗮‘𝗮̄𝗹𝗮̄ 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗴𝗮𝗹𝗮 𝗳𝗶𝗿𝗺𝗮𝗻-𝗡𝘆𝗮.”

𝗗𝗔𝗙𝗧𝗔𝗥 𝗣𝗨𝗦𝗧𝗔𝗞𝗔:

  1. 𝗔𝗹-𝗤𝘂𝗿’𝗮𝗻 𝗮𝗹-𝗞𝗮𝗿𝗶𝗺.

  2. 𝗜𝗯𝗻𝘂 𝗞𝗮𝘁𝘀𝗶𝗿, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim (Penafsiran ayat tentang api dari kayu hijau dan perubahan alam).

  3. 𝗙𝗮𝗸𝗵𝗿𝘂𝗱𝗱𝗶𝗻 𝗮𝗿-𝗥𝗮𝘇𝗶, Mafatih al-Ghaib (Makna “tanaman yang menghijau” dan. kekuatan kehidupan dalam tumbuhan).

  4. 𝗜𝗯𝗻 𝗦𝗶𝗻𝗮, Kitab al-Syifa’ (Materi organik, panas, dan potensi energi laten).

  5. 𝗔𝗹-𝗕𝗶𝗿𝘂𝗻𝗶, Al-Athar al-Baqiyah & karya geologi alam (Perubahan materi oleh tekanan, panas, dan waktu).

  6. 𝗜𝗯𝗻 𝗞𝗵𝗮𝗹𝗱𝘂𝗻, Al-Muqaddimah (Sunnatullah, sebab-akibat, dan proses alam bertahap).

  7. 𝗗𝗿. 𝗡𝗮𝗱𝗶𝗮𝗵 𝗧𝗵𝗮𝘆𝘆𝗮𝗿𝗮𝗵 Buku Pintar Sains Dalam Al-Qur’an.

Seruan Tadabbur

Al-Qur’an tidak datang untuk menggantikan akal, tetapi untuk menuntunnya.

Mari kita tadabburi alam, karena di dalamnya terdapat ayat-ayat kauniyah yang menguatkan ayat-ayat qauliyah.

Energi yang kita gunakan hari ini, yaitu kehidupan yang Allah simpan dari masa lalu. Agar semakin banyak yang memahami bahwa: iman dan ilmu tidak bertentangan, tetapi saling menguatkan.

Bagikan, simpan, cetak, dan pajang di sekolah, kampus, masjid, serta media sosial. Untuk konten tadabbur Al-Qur’an, sains, dan peradaban Islam. Follow & dukung fanpage ini.
Agar dakwah ilmu terus menyebar dan bermanfaat.

“𝗦𝗲𝗯𝗮𝗶𝗸-𝗯𝗮𝗶𝗸 𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗽𝗮𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗺𝗮𝗻𝗳𝗮𝗮𝘁 𝗯𝗮𝗴𝗶 𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮 𝗹𝗮𝗶𝗻.” Jadi, mari sebarkan kebaikan! Satu klik Anda bisa menjadi sebab hidayah bagi orang lain. (Rakhmat Daily)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.