Khazanah
Beranda » Berita » Kenapa Sabar Lebih Berat daripada Move On?

Kenapa Sabar Lebih Berat daripada Move On?

manusia berdiri di tengah hujan diterpa cahaya lembut, simbol kesabaran dan kekuatan spiritual menghadapi ujian hidup
Ilustrasi realistik simbolik: seorang manusia berdiri di tengah hujan atau badai, tapi di atas kepalanya ada cahaya lembut yang menyinari. Gaya filosofis dan nyeni, menggambarkan kekuatan sabar yang menenangkan di tengah cobaan.

Surau.co. Setiap orang pernah disapa oleh rasa kehilangan. Kadang bentuknya sederhana—sebuah kegagalan, doa yang belum terkabul, atau seseorang yang akhirnya pergi. Saat itu, sebagian orang berkata, “Sudahlah, move on.” Tapi nyatanya, yang paling sulit bukan sekadar melupakan, melainkan bertahan tanpa menyerah.

Sabar sering terdengar indah di lisan, tapi terasa berat di dada. Tidak semua luka bisa cepat sembuh, dan tidak semua perpisahan bisa segera diterima. Namun, Islam mengajarkan bahwa sabar bukan sekadar menahan air mata, melainkan menata hati agar tetap yakin bahwa di balik kesedihan, ada hikmah yang Allah sembunyikan.

Allah ﷻ berfirman:

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.’”
(QS. Al-Baqarah: 155–156)

Sabar adalah seni merelakan dengan penuh keimanan. Ia bukan sekadar “move on” dari sesuatu yang hilang, tetapi bergerak bersama takdir Allah dengan hati yang tenang.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Move On Itu Melepas, Sabar Itu Menata

Banyak orang bisa move on — mereka menutup lembaran masa lalu, mencari kesibukan baru, bahkan memulai hubungan baru. Namun tidak semua orang mampu sabar, sebab sabar tidak hanya tentang meninggalkan, tapi juga menata batin di tengah kehilangan.

Move on adalah tindakan emosional, sedangkan sabar adalah tindakan spiritual. Orang yang sabar bukan hanya mengalihkan fokus dari apa yang hilang, tapi mengembalikan fokusnya kepada Allah yang memberi dan mengambil.

Dalam Kifāyatul Atqiyā’ wa Minhājul Ashfiyā’, Syaikh Abu Bakar bin Muhammad Syathā ad-Dimyāthī berkata:

الصَّبْرُ حَبْسُ النَّفْسِ عَنْ الجَزَعِ وَاللِّسَانِ عَنْ الشَّكْوَى وَالجَوَارِحِ عَنِ التَّسَخُّطِ
“Sabar adalah menahan diri dari keluh kesah, menahan lisan dari mengadu, dan menahan anggota tubuh dari menunjukkan ketidaksenangan.”

Dari definisi ini, sabar bukanlah diam tanpa rasa, melainkan kendali atas diri agar tetap elegan di hadapan ujian. Karena itu, sabar jauh lebih berat daripada sekadar “move on”. Ia membutuhkan kesadaran mendalam, bukan sekadar pelarian.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Kenapa Sabar Lebih Berat? Karena Butuh Iman

Move on bisa dilakukan siapa saja, bahkan oleh mereka yang tidak beriman. Tapi sabar hanya dimiliki oleh orang yang percaya bahwa hidup diatur oleh Zat yang Maha Bijaksana.

Orang yang sabar tidak menggantungkan ketenangan pada hasil, melainkan pada keyakinan bahwa apa pun yang terjadi sudah dalam rancangan terbaik Allah.

Allah ﷻ berfirman:

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”
(QS. Ali ‘Imran: 146)

Kalimat sederhana ini mengandung makna luar biasa. Allah tidak menjanjikan hidup tanpa luka, tetapi menjanjikan cinta bagi mereka yang bersabar. Sabar itu berat karena ia melawan naluri alami manusia yang ingin serba cepat dan ingin segera tahu “kenapa ini terjadi.”

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Berbeda dengan move on yang bisa selesai ketika hati mulai terbiasa, sabar adalah proses panjang — kadang bertahun-tahun, kadang seumur hidup. Namun justru di sanalah nilainya.

Sabar Adalah Ruang Sunyi Antara Doa dan Jawaban

Dalam hidup, ada masa ketika kita berdoa tanpa jawaban. Kita sudah berusaha, tapi hasil tak kunjung datang. Saat itulah sabar diuji.

Rasulullah ﷺ bersabda:

وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Ketahuilah, kemenangan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
(HR. Tirmidzi)

Sabar tidak selalu berarti menunggu pasrah. Ia adalah bentuk kepercayaan bahwa Allah sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik daripada yang kita minta.

Kadang, Allah menunda untuk memperindah hasil. Seperti bunga yang butuh waktu untuk mekar, doa pun butuh waktu untuk tumbuh menjadi kenyataan.

Move On Itu Tentang Lupa, Sabar Itu Tentang Ingat

Banyak orang mengira cara menyembuhkan luka adalah dengan melupakan. Padahal, sabar tidak menghapus kenangan — ia mengubah maknanya.

Move on berusaha menyingkirkan masa lalu, sedangkan sabar mengajarkan kita berdamai dengannya. Ia tidak memaksa untuk lupa, tetapi melatih untuk melihat masa lalu sebagai bagian dari takdir yang mendewasakan.

Dalam sabar, seseorang tidak menutup mata terhadap luka, tetapi belajar melihatnya sebagai guru.

Allah ﷻ berfirman:

وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Bersabarlah, dan kesabaranmu itu hanyalah dengan pertolongan Allah.”
(QS. An-Nahl: 127)

Ayat ini menegaskan bahwa manusia tidak mungkin sabar dengan kekuatannya sendiri. Sabar sejati lahir dari hati yang bersandar penuh pada Allah. Karena itu, sabar tidak membuat kita lupa, tapi membuat kita kuat.

Sabar Tidak Menyakitkan, Tapi Menyembuhkan

Sabar terasa berat di awal karena ia menuntut penundaan emosi. Tapi dalam jangka panjang, sabar justru menyembuhkan. Orang yang sabar tidak menimbun kemarahan, melainkan mengelolanya menjadi hikmah.

Dalam sebuah pepatah Arab dikatakan:

الصَّبْرُ مِفْتَاحُ الْفَرَجِ
“Sabar adalah kunci dari segala kelapangan.”

Maksudnya, sabar bukan sekadar bertahan, tapi membuka jalan bagi sesuatu yang lebih baik. Allah tidak membiarkan air mata yang jatuh sia-sia. Setiap tetes kesabaran akan diganti dengan ketenangan yang tidak bisa dibeli oleh apa pun.

Syaikh Abu Bakar ad-Dimyāthī juga menegaskan bahwa sabar adalah bentuk tertinggi dari iman yang aktif. Ia bukan tanda lemah, melainkan bukti kuatnya hubungan antara manusia dan Penciptanya.

Sabar Itu Jalan Panjang Menuju Ketenangan

Sabar bukan sekadar respon terhadap musibah, tapi gaya hidup seorang mukmin. Ia tumbuh dalam tiga bentuk: sabar dalam ketaatan, sabar menjauhi maksiat, dan sabar menghadapi ujian.

Dalam setiap bentuknya, sabar menuntut istiqamah — terus konsisten meski hati ingin menyerah.

Allah ﷻ berfirman:

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 153)

Inilah kalimat yang paling menenangkan dalam kesedihan. Ketika semua orang menjauh, Allah justru mendekat. Saat hati terasa sendiri, sabar membuat kita menemukan kembali makna kebersamaan dengan-Nya.

Ketika Sabar Tak Lagi Cukup, Ingatlah: Allah Melihat Usahamu

Ada kalanya seseorang merasa sudah cukup sabar, tapi ujian tak juga berakhir. Saat itu, bukan berarti Allah tidak peduli. Justru Allah sedang memperhalus jiwa kita agar layak menerima sesuatu yang besar.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memberinya ujian.”
(HR. Bukhari)

Jadi, ketika hidup terasa berat, bisa jadi itu tanda cinta Allah. Ia sedang mengajarkan kita kesabaran yang mendalam, bukan karena ingin menyakiti, tapi agar kita semakin kuat untuk menerima anugerah yang besar.

Penutup: Sabar Adalah Bentuk Tertinggi Cinta

Sabar adalah cinta yang tidak banyak bicara. Ia seperti akar pohon—tak terlihat, tapi menjadi penopang segalanya.

Move on bisa membuat hati tenang sementara, tapi sabar membuat jiwa matang selamanya. Karena dalam sabar, ada pengakuan bahwa manusia hanyalah hamba, dan Allah adalah Pengatur yang paling tahu apa yang terbaik.

Maka, jika hari ini hatimu sedang menahan sakit, jangan buru-buru menyerah. Biarkan sabar menumbuhkan ketenangan dalam dirimu. Sebab sabar bukan sekadar bertahan dalam luka, tapi cara paling lembut untuk percaya bahwa setiap luka sedang Allah ubah menjadi pahala.

اللهمَّ اجعلنا من الصابرين، وامنحنا قلبًا يطمئنُّ بقضائِك، ويرضى بحكمك، ولا يجزع من قدرك
“Ya Allah, jadikan kami termasuk orang-orang yang sabar, anugerahkan kepada kami hati yang tenang dengan ketentuan-Mu, ridha terhadap keputusan-Mu, dan tidak gelisah atas takdir-Mu.”

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement