Kontribusi perempuan dalam pembangunan suatu bangsa seringkali dipandang sebatas ranah domestik. Dakwah perempuan (mubalaghah) kini tidak hanya bergerak di mimbar pengajian tradisional, tetapi juga merambah ruang publik, sosial, ekonomi, hingga digital. Peran ini menjadi fondasi yang kokoh bagi terciptanya masyarakat yang religius, berdaya saing, dan sejahtera.
Dakwah sebagai Pilar Pembentukan Karakter Daerah
Peran utama perempuan dalam dakwah adalah sebagai pendidik nilai dan karakter (edukator), dimulai dari lingkup keluarga. Seorang muslim berperan sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya, mengajarkan nilai-nilai keislaman serta keterampilan dasar yang mendukung perkembangan kognitif dan sosial.
Dalam Majelis Taklim, kelompok pengajian, dan kelompok arisan menjadi wadah sentral untuk menumbuhkan nuansa kehidupan religius di kalangan masyarakat. Di Kabupaten Indragiri Hilir, misalnya, keaktifan kaum perempuan dalam kegiatan keagamaan tersebut telah menjadi kunci dalam membangun masyarakat religius. Hal ini secara langsung berkontribusi pada pembangunan mental dan spiritual, yang merupakan prasyarat bagi pembangunan fisik dan ekonomi yang berkelanjutan.
Agen Perubahan Sosial dan Ketahanan Keluarga
Perempuan di daerah seringkali menjadi agen penyebar informasi yang paling efektif, terutama di level akar rumput. Dakwah mereka tidak terbatas pada masalah akidah atau ibadah, tetapi juga isu-isu sosial kekinian. Pertama, sebagai pencegahan isu negatif dimana perempuan memainkan peran penting sebagai agen perubahan (agent of change) dan pendakwah (campaigner) dalam menghadapi berbagai isu miring, fitnah, kejahatan, dan gejala sosial yang mengancam ketahanan keluarga dan stabilitas daerah.
Kedua, berperan dalam Literasi Hukum dan Kesehatan yakni peran dakwah ini meluas ke penyebarluasan informasi mengenai undang-undang penting, seperti Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT), yang bertujuan menciptakan perubahan budaya dari masalah privat menjadi isu publik.
Dengan demikian, dakwah perempuan berperan dalam memperkuat ketahanan keluarga dengan membina nilai-nilai keagamaan dan menjaga semangat kebangsaan di tengah modernisasi.
Kontribusi dalam Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Peran perempuan Muslim dalam pembangunan juga memiliki dimensi sosial-ekonomi yang luas. Penelitian menunjukkan bahwa partisipasi aktif dalam kegiatan keagamaan berdampak positif terhadap kemungkinan perempuan muslim untuk bekerja, bahkan di sektor pertanian atau paruh waktu. Jaringan sosial yang terbentuk melalui aktivitas dakwah (seperti Majelis Taklim) dapat berfungsi sebagai modal sosial keagamaan yang meningkatkan rasa percaya dan memfasilitasi peluang ekonomi. Seperti dalam Pilar UMKM yang menggerakan adalah mayoritas perempuan dan kontribusinya mencapai 60% secara nasional. Kemudian, lembaga-lembaga sosial yang berafiliasi dengan dakwah sering melakukan riset dan aksi pemberdayaan ekonomi, seperti pelatihan teknologi e-commerce yang bertujuan untuk memperluas akses pasar bagi UMKM. Sementara kemandirian dan kewirausahaan oleh perempuan dengan mendorong para da’iyah dan mengembangkan materi yang solutif dan aplikatif. Membuka wawasan jamaah yang mayoritas tertuju pada perempuan tentang pentingnya kewirausahaan dan kemampuan untuk bekerja dan berwirausaha. Hal ini selaras dengan sejarah Islam, dimana tokoh perempuan seperti Khadijah merupakan tokoh pengusaha perempuan yang sukses.
Tantangan dan Arah Dakwah Digital
Meskipun perannya krusial, dakwah perempuan menghadapi tantangan berupa stigma sosial, keterbatasan akses pendidikan, dan kurangnya akses terhadap sumber daya. Namun, di era Society 5.0, peran dakwah perempuan mengalami transformasi dan pergeseran yakni dari tradisi lisan/tulisan menuju media sosial.
Pendakwah perempuan kini aktif menggunakan platform digital (WhatsApp, Instagram, YouTube) untuk menyampaikan permasalahan fiqih kontemporer dan isu sosial. Peran di ruang digital ini memungkinkan perempuan di daerah untuk dapat mengakses layanan kesehatan dan pendidikan melalui platform telemedicine, dan dapat memulai bisnis dari rumah melalui e-commerce. Sementara tantangannya adalah memastikan bahwa dakwah digital ini tetap fokus pada kemaslahatan umat dan menjaga muru’ah atau etika dalam ruang publik.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
