Opinion
Beranda » Berita » Belum Punya Rumah Bukan Aib, Tapi Ujian Keimanan

Belum Punya Rumah Bukan Aib, Tapi Ujian Keimanan

Belum Punya Rumah Bukan Aib, Tapi Ujian Keimanan
Belum Punya Rumah Bukan Aib, Tapi Ujian Keimanan

 

SURAU.CO – Bagi banyak orang, memiliki rumah sendiri dianggap sebagai ukuran kesuksesan. Rumah yang megah, berpagar tinggi, dengan desain modern menjadi simbol kemapanan di mata manusia. Namun Islam mengajarkan sudut pandang yang jauh lebih dalam dan menenangkan: belum punya rumah bukanlah kehinaan, melainkan ujian keimanan.

Rumah Dunia Bukan Tolok Ukur Kemuliaan

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian.”
(HR. Muslim no. 2564)

Artinya, Allah tidak menilai seseorang dari seberapa luas rumahnya, seberapa mewah mobilnya, atau seberapa tinggi gajinya. Yang Allah nilai adalah ketulusan niat dan amal salehnya.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Banyak orang di dunia yang rumahnya kecil, bahkan menumpang atau menyewa, tetapi hati mereka lapang dan sabar. Sebaliknya, tidak sedikit yang rumahnya bak istana, namun hatinya sempit karena tidak pernah puas.

Rumah Bukan Sekadar Bangunan, tapi Tempat Pulang yang Diberkahi

Dalam Islam, rumah bukan sekadar tempat tinggal, tapi tempat menegakkan ibadah dan menumbuhkan ketenangan.
Rasulullah ﷺ mengajarkan doa ketika hendak masuk rumah:

> “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu sebaik-baik tempat masuk dan sebaik-baik tempat keluar. Dengan nama Allah kami masuk dan dengan nama Allah kami keluar, dan hanya kepada Allah kami bersandar.”
(HR. Abu Dawud no. 5096)

Doa ini menunjukkan bahwa keberkahan rumah bukan karena luasnya, tapi karena penghuninya mengingat Allah di dalamnya.

Rumah kecil namun penuh zikir, doa, dan kasih sayang jauh lebih mulia daripada rumah besar yang di dalamnya dipenuhi dosa dan pertengkaran.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Tidak Punya Rumah Bukan Dosa, Tapi Cicilan Riba Adalah Petaka

Sebagaimana disampaikan oleh Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA hafizhahullah:

“Anda tidak berdosa kalau tidak punya rumah, tapi anda berdosa kalau punya rumah di atas cicilan riba, karena riba adalah kesengsaraan di dunia sebelum di akhirat.”

Banyak orang terjerumus dalam sistem riba demi gengsi memiliki rumah. Padahal Allah telah memperingatkan dengan sangat keras:

> “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”
(QS. Al-Baqarah: 275)

Dan Allah berfirman pula:

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

> “Jika kamu tidak meninggalkan sisa riba, maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.”
(QS. Al-Baqarah: 279)

Rumah yang dibangun dari riba mungkin tampak indah di dunia, tetapi di sisi Allah, ia menjadi beban dosa yang berat. Maka jangan merasa hina jika belum mampu membeli rumah, sebab kehormatan bukan diukur dari kepemilikan, tapi dari ketaatan.

Rumah Sebenarnya Ada di Akhirat

Setiap rumah di dunia bersifat sementara. Sekuat apapun pondasinya, suatu hari akan rapuh. Tapi rumah di akhirat —yang Allah janjikan bagi orang beriman— abadi dan penuh kenikmatan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Barang siapa membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangunkan baginya rumah di surga.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Subhanallah, bahkan orang yang belum punya rumah di dunia tetap bisa memiliki rumah di surga, cukup dengan membantu membangun masjid, menegakkan shalat berjamaah, dan beramal ikhlas karena Allah.

Jangan Merasa Rendah, Tetaplah Bersyukur dan Berjuang

Bagi yang masih mengontrak, menumpang, atau belum mampu membangun rumah sendiri, tetaplah bersabar dan bersyukur.
Kesabaran hari ini akan menjadi kemuliaan di sisi Allah.

“Boleh jadi yang hari ini hina dan miskin, di akhirat kedudukannya lebih tinggi daripada orang kaya yang punya kedudukan di dunia.”
(Ustadz Firanda Andirja, MA)

Allah tidak pernah menilai keberhasilan dari status kepemilikan rumah, tetapi dari seberapa ikhlas kita menjalani takdir dan seberapa gigih kita berjuang tanpa melanggar larangan-Nya.

Rezeki Datang dengan Cara yang Halal dan Berkah

Islam tidak melarang seseorang memiliki rumah mewah. Bahkan Allah memuji hamba-Nya yang bekerja keras dan menggunakan harta di jalan kebaikan. Namun caranya harus halal dan penuh keberkahan.

> “Sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari barang haram. Neraka lebih pantas baginya.”
(HR. Ahmad)

Lebih baik menunggu dengan sabar, menabung perlahan, dan berdoa dengan sungguh-sungguh daripada terburu-buru mengambil jalan riba. Sebab yang halal meski sedikit akan membawa ketenangan, sedangkan yang haram meski banyak akan membawa kehancuran.

Penutup: Rumah Dunia Bisa Hilang, Tapi Rumah Surga Abadi

Saudaraku, jangan biarkan perasaan minder karena belum punya rumah menghancurkan ketenangan hati. Dunia hanyalah tempat singgah, bukan tempat tinggal selamanya.

Yang terpenting adalah memastikan kita sedang membangun rumah di surga —dengan amal saleh, sedekah, shalat, dan keikhlasan.

> “Dan Allah menyediakan bagi mereka rumah-rumah di surga yang penuh kenikmatan.” (QS. At-Taubah: 72)

Maka tetaplah berdoa dan berjuang. Jika hari ini kita belum punya rumah di dunia, semoga Allah sedang menyiapkan istana megah di akhirat sebagai balasan atas kesabaran dan ketaatan kita. #BelumPunyaRumah #BukanHina #AntiRiba #RumahSurga #TengkuIskandar #PenaDaiNusantara #DakwahLiterasi. (Oleh: Tengku Iskandar, M.Pd –
Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement