SURAU.CO. Kabut pagi perlahan menyelimuti perbukitan Menoreh, menyambut perjalanan sejauh sekitar dua belas kilometer dari arah barat Kota Magelang menuju Kecamatan Salaman. Jalan berkelok menembus bukit-bukit hijau yang tenang, dan di ujung jalan lengang itu, tampak bangunan bercat hijau dengan menara menjulang setinggi dua puluh lima meter.
Bangunan itu adalah Masjid Langgar Agung Pangeran Diponegoro, yang berada di Dusun Kamal, Desa Menoreh, Salaman, Magelang. Meskipun kecil, masjid ini menyimpan kisah besar: Pangeran Diponegoro menunaikan doa di tengah Perang Jawa, menghadirkan perjuangan yang lahir dari keheningan.
Masjid itu berdiri di tengah kompleks MA dan MTs Diponegoro, menghadap lembah Menoreh yang asri, dan menjadi simbol kasih antara iman dan tanah air bagi warga sekitar. Di ruang pengimaman, Pangeran Diponegoro menunaikan mujahadahnya, sementara pohon belimbing di dekatnya menandai tempat beliau mengikat kuda—kisah yang terus melegenda melalui para sesepuh Menoreh.
Batu Sujud yang Menjelma Menjadi Langgar Agung
Kisah Masjid Langgar Agung Pangeran Diponegoro berawal dari batu-batu datar di hutan Menoreh, yang dulunya hanya semak belukar di lereng bukit. Saat hendak berunding dengan Belanda, Pangeran Diponegoro dan pasukannya berhenti untuk salat, menata batu-batu besar sebagai alas sujud—simbol bahwa ibadah tetap menjadi pusat kehidupan, bahkan di tengah perang.
Setelah perang, masyarakat bersama TNI mendirikan kembali musala di lokasi itu pada 1946. Pembangunan sempat tertunda akibat pemberontakan PKI tahun 1965, namun Jenderal Sarwo Edhie Wibowo melanjutkan pembangunan dan meletakkan pondasi tepat di atas batu tempat Diponegoro salat.
Pada 1972, masyarakat meresmikan masjid dengan nama Masjid Langgar Agung—disebut langgar karena kecil, namun agung karena maknanya besar dan jamaahnya selalu setia.
Warisan Iman yang Berharga
Masjid ini berukuran 8 x 18 meter dan menampilkan arsitektur unik yang memadukan gaya kolonial Belanda dengan Timur Tengah. Enam kubah menghiasi atapnya: empat kubah kecil menyerupai Gereja Blenduk Semarang, sementara kubah utama dan menaranya meniru Masjid Nabawi di Madinah.
Di dalam masjid, masyarakat meyakini bahwa Pangeran Diponegoro menulis sendiri mushaf Al-Qur’an yang tersimpan di sana. Masjid juga terdapat jam bencet, alat penunjuk waktu salat tradisional berbasis bayangan matahari. Warga menjaga semua peninggalan itu dengan cermat agar bentuk aslinya tetap utuh.
Di samping masjid ini berdiri lembaga pendidikan dan Pondok Pesantren Nurul Falah. Setiap Tanggal 8 Januari, masyarakat menggelar Haul Pangeran Diponegoro, dan dua tahun sekali mereka menyelenggarakan peringatan besar dengan kegiatan keislaman, seni hadrah, lomba tilawah, dan doa bersama. Di antara para peziarah, terasa kesan hening—mereka datang tidak hanya menapaktilasi sejarah, tetapi juga menyentuh doa yang pernah dipanjatkan di tempat yang sama.
Doa yang Tak Pernah Padam
Masjid Langgar Agung berdiri di atas bukit Menoreh, membentang sepanjang Kulon Progo–Magelang, menghadap langsung ke kota Magelang di timur. Dari menaranya, langit tampak lapang dan lembah terbentang luas. Dalam hening udara Menoreh, seseorang memahami mengapa Pangeran Diponegoro memilih tempat ini untuk berdoa: di sinilah langit terasa dekat, bumi terasa damai, dan kekuatan spiritual bertemu keteguhan perjuangan.
Dari langgar kecil ini, kita menjadi ingat bahwa perlawanan sejati terjadi tidak hanya di medan perang, tetapi juga di medan batin. Pangeran Diponegoro bukan sekadar panglima; ia pejuang yang memahami makna jihad dalam dimensi ruhani—melawan ketidakadilan, hawa nafsu, dan keserakahan kekuasaan. Di langgar inilah, sujudnya menjadi wujud tertinggi dari perlawanan, tunduk total hanya kepada Allah Swt.
Kini, setiap azan yang berkumandang dari menara hijau Masjid Langgar Agung membangkitkan gema masa lalu. Suara langkah kuda, desir dedaunan, dan bisik doa seolah kembali hidup di bawah langit Menoreh. Di sini, sejarah tidak sekadar menjadi pengingat semata; adab, zikir, dan cinta tanah air menghidupkannya kembali. (kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
