SURAU.CO. Hidup kerapkali menantang. Ada masa ketika hati terasa perih, luka datang tanpa undangan, dan dunia terasa berhenti. Di saat seperti itulah, kita merasa kehilangan arah, bimbang antara ingin melupakan dan belum sanggup melepaskan. Dalam momen-momen inilah, buku “Ketika Hidup Melukaimu” karya Ira Puspitorini hadir.
Buku ini menjadi pelukan lembut, sebuah bisikan yang menenangkan, “Kamu tidak sendiri. Luka itu akan sembuh. Percayalah, waktu akan menyembuhkan luka batinmu.”
Identitas Buku
Penulis: Ira Puspitorini
ISBN: 978-623-6496-67-1
Halaman: 176
Ukuran: 14×20 cm
Penerbit: Shinyuu Japanindo
Ira Puspitorini, seorang mantan redaktur The Indonesian Daily News, tidak berbicara dari menara tinggi seorang motivator. Ia menulis dari hati seorang sahabat yang telah melewati berbagai ujian, yang belajar berdamai dengan dirinya sendiri. Pertanyaan pembuka yang ia lontarkan terasa begitu personal, namun universal: “Pernahkah batinmu terluka? Pernahkah kamu merasa baik-baik saja di luar, padahal di dalam dirimu ada bagian yang masih menangis?” Pertanyaan ini adalah undangan untuk memulai perjalanan batin yang jujur. Ia mengajak pembaca untuk menengok sisi diri yang selama ini mungkin kita abaikan atau bahkan kita sangkal.
Buku Penyembuh Luka Hati
Melalui 176 halaman, Ira mengajak pembaca untuk menelusuri berbagai bentuk luka hati. Ia membahas kekecewaan, kehilangan, pengkhianatan, dan rasa hampa yang sulit dijelaskan. Keistimewaan buku ini terletak pada keberanian penulis untuk menggali akar dari setiap rasa sakit itu. Ia membawa kita untuk menyusuri jejak masa kecil, pola asuh, dan pengalaman yang membentuk inner child—anak batin yang mungkin masih menyimpan tangis yang belum selesai. Buku ini memberikan kesempatan untuk menyelami lebih dalam tentang self-love dan menerima diri sendiri.
Ira menulis dengan empati yang menenangkan. Ia memahami bahwa tidak semua orang memiliki support system yang aman. Kita seringkali hidup di tengah lingkungan yang justru membuat kita takut membuka diri. Ira seolah bertanya, “Apakah kamu punya tempat aman untuk bercerita, tanpa takut dihakimi?” Refleksi ini terasa sangat dekat dengan kenyataan, mengingatkan kita akan pentingnya memiliki lingkungan yang mendukung.
Buku untuk Jiwa yang sedang Rapuh
Buku ini tidak terjebak dalam nasihat-nasihat kosong. Ira menolak untuk meromantisasi luka atau menjadikan kesedihan sebagai bahan hiburan. Ia berbicara apa adanya, bahwa penyembuhan bukanlah proses instan, dan kadang harus bersama dengan deraian air mata serta keheningan yang panjang.
Buku ini juga menyinggung pentingnya mencari bantuan profesional. Ira menulis dengan jujur bahwa tidak semua luka bisa sembuh dengan sendirian. Kadang kita membutuhkan bantuan dari luar. Ia mengajak pembaca untuk tidak malu meminta pertolongan. Ia menegaskan bahwa mengakui luka bukanlah kelemahan, melainkan langkah pertama menuju keberanian untuk penyembuhan diri.
Pada bagian akhir, buku ini membawa kita pada kesimpulan yang menenangkan. Penyembuhan adalah proses, bukan perlombaan. Waktu memang tidak bisa menghapus masa lalu, tetapi ia dapat menenangkan ingatan. Luka yang dulu terasa seperti jurang, perlahan berubah menjadi taman kecil yang kita rawat dengan doa dan penerimaan.
“Ketika Hidup Melukaimu” adalah seperti menyusuri jalan sunyi di tengah hutan batin sendiri. Ada tangis yang pelan, ada keheningan yang panjang, namun di ujung perjalanan ada cahaya kecil yang hangat. Cahaya itu adalah harapan—bahwa setiap rasa sakit yang kita peluk dengan sabar akan membawa kita lebih dekat pada diri sendiri, dan pada Tuhan yang Maha Menyembuhkan.
Dalam dunia yang serba cepat ini, buku Ira Puspitorini menjadi oase keheningan yang menuntun kita untuk berhenti sejenak. Ia mengajak pembaca untuk menatap luka tanpa takut, dan percaya bahwa setiap air mata punya tujuan. Buku ini adalah teman yang menemani perjalanan untuk self-healing, karena pada akhirnya, waktu akan menyembuhkan luka batinmu—pelan, tapi pasti.(kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
