Surau.co. Sifat salaf adalah cahaya yang menuntun hati menuju Allah. Mereka adalah teladan yang berjalan di bumi dengan penuh kesederhanaan, namun langkah mereka mengguncang langit. Dalam kitab Bustān al-‘Ārifīn karya Imam al-Nawawī, banyak kisah dan nasihat tentang kehidupan para salaf yang dihiasi dengan kerendahan hati, ketulusan ibadah, dan kesabaran yang kokoh. Mereka tidak mencari kemegahan dunia, melainkan keridhaan Allah semata.
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern di Indonesia, di mana manusia berlari mengejar status sosial, harta, dan pengakuan, sifat salaf menghadirkan telaga jernih untuk hati yang haus. Mereka mengajarkan bahwa satu langkah kecil dengan niat tulus bisa lebih berharga daripada ribuan langkah besar yang hanya untuk dipamerkan.
Keteladanan Salaf yang Menyentuh Jiwa
Imam al-Nawawī menuliskan nasihat berharga tentang keikhlasan para salaf:
“كانوا يعملون لله أعمالًا خفية لا يطلع عليها أحد من الناس”
“Mereka (para salaf) beramal kepada Allah dengan amal-amal tersembunyi yang tidak diketahui oleh seorang pun dari manusia.”
Dari nasihat ini, kita belajar bahwa kekuatan para salaf bukan terletak pada jumlah amal yang terlihat mata, melainkan pada ketulusan yang tersembunyi di balik amal itu. Amal mereka ibarat biji yang ditanam dalam tanah, tidak terlihat, namun kelak tumbuh menjadi pohon yang menaungi banyak jiwa.
Menghadapi Godaan Dunia dengan Keteguhan
Di masyarakat modern, godaan dunia semakin menggoda. Banyak orang beramal baik, tetapi terselip niat ingin dikenal. Imam al-Nawawī mencatat:
“ترك العمل لأجل الناس رياء، والعمل لأجل الناس شرك، والإخلاص أن يعافيك الله منهما”
“Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’, beramal demi manusia adalah syirik, sedangkan ikhlas ialah Allah menyelamatkanmu dari keduanya.”
Para salaf teguh menolak godaan itu. Mereka tidak beramal untuk mendapatkan sanjungan, juga tidak meninggalkan amal karena takut dicibir. Prinsip ini relevan bagi kita, terutama di Indonesia yang kerap menjadikan pengakuan sosial sebagai tolok ukur keberhasilan.
Kesederhanaan yang Menghidupkan Hati
Sifat salaf tidak terikat dengan kemewahan. Kesederhanaan mereka bukan sekadar pilihan hidup, melainkan cara menjaga hati agar tidak terikat oleh dunia. Imam al-Nawawī menulis dengan lembut:
“الزهد ترك ما لا ينفع في الآخرة”
“Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk akhirat.”
Di tengah budaya konsumtif, pesan ini bagai embun pagi. Betapa sering kita menumpuk barang yang tidak memberi manfaat, hanya demi gengsi. Para salaf justru memilih jalan sepi dari kemewahan, agar hati mereka lapang menerima cahaya Ilahi.
Doa Para Salaf yang Menggetarkan Langit
Doa adalah senjata utama mereka. Dengan doa, langkah kecil berubah menjadi cahaya yang menembus langit. Imam al-Nawawī mencatat ungkapan penuh makna:
“الدعاء سلاح المؤمن وعماد الدين ونور السماوات والأرض”
“Doa adalah senjata orang beriman, tiang agama, dan cahaya langit serta bumi.”
Mereka berdoa dengan penuh kesungguhan, bukan sekadar lisan. Air mata mengalir dalam sunyi malam, menyapu dosa dan melembutkan hati. Inilah kekuatan yang membuat langkah kecil mereka bergema hingga ke langit.
Cermin Kehidupan Sosial di Indonesia
Di negeri ini, sifat salaf dapat menjadi penyejuk dalam kehidupan sosial. Di tengah persaingan kerja, pendidikan, dan status, kita diajak belajar dari ketenangan mereka. Bayangkan jika para pemimpin beramal tanpa pamrih, guru mengajar dengan ikhlas, pedagang jujur tanpa tipu, dan masyarakat saling menolong tanpa pamrih. Maka kehidupan akan penuh harmoni.
Kearifan salaf dapat menjadi pondasi moral bangsa. Mereka tidak menilai seseorang dari tampilan, melainkan dari hati yang bersih dan amal yang tulus. Pesan ini penting di Indonesia, tempat keberagaman sering diuji oleh ego dan kepentingan.
Menghidupkan Sifat Salaf dalam Kehidupan Sehari-hari
Menghidupkan sifat salaf bukan berarti meninggalkan dunia sepenuhnya, melainkan menata hati agar dunia tidak menguasai diri. Bekerja tetap perlu, berusaha pun wajib, tetapi jangan sampai tujuan akhir hanya dunia.
Langkah kecil menuju sifat salaf bisa dimulai dengan:
Menjaga keikhlasan dalam amal kecil, seperti tersenyum tulus kepada tetangga.
Membiasakan doa di waktu sunyi, meskipun hanya sebentar.
Menanam kesederhanaan dalam hidup, mengurangi hal-hal yang tidak bermanfaat.
Menjadi teladan dalam kebaikan, meski tidak dikenal luas.
Penutup: Langkah yang Menggema ke Akhirat
Sifat salaf adalah pelita dalam kegelapan zaman. Mereka mengajarkan bahwa kekuatan bukan diukur dari sorotan mata manusia, melainkan dari pandangan Allah. Langkah kecil mereka, meskipun tidak dilihat dunia, mampu menggetarkan langit karena lahir dari hati yang ikhlas.
Bila sifat ini hidup kembali dalam diri setiap muslim, maka bumi akan dipenuhi kedamaian. Setiap amal akan menjadi jembatan menuju Allah, dan setiap langkah kecil akan meninggalkan jejak yang abadi di akhirat.
* Sugianto al-jawi
Budayawan kontemporer Tulungagung
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
