Opinion
Beranda » Berita » Wakaf: Menanam Pohon yang Berbuah Sampai Setelah Mati

Wakaf: Menanam Pohon yang Berbuah Sampai Setelah Mati

Ilustrasi wakaf sebagai pohon berbuah abadi
Ilustrasi wakaf sebagai amal jariyah; pohon simbol harta yang tumbuh terus-menerus meski pewakaf sudah tiada.

Surau.co. Di sebuah kampung di Jawa, ada seorang kiai sepuh yang meninggalkan wakaf berupa tanah untuk mushala kecil. Saat wafat, mushala itu masih sederhana, hanya dinding bambu dan tikar pandan. Puluhan tahun kemudian, mushala itu berubah jadi masjid megah. Suara azan tetap menggema, anak-anak masih belajar mengaji, dan orang-orang masih sujud di atas tanah yang dulu ia wakafkan. Kiai itu sudah lama tiada, tapi amalnya tetap mengalir.

Itulah wajah wakaf: sebuah pohon yang terus berbuah, meski penanamnya telah kembali ke tanah. Dalam kitab Mukhtashar Quduri karya Abu al-Husain Ahmad bin Muhammad bin Ahmad al-Qudūrī al-Baghdādī, wakaf dijelaskan bukan sekadar sedekah, melainkan sebuah ikatan amal yang langgeng.

Amal yang Tak Terputus oleh Kematian

Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلاَثَةٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Wakaf adalah wajah nyata dari ṣadaqah jariyah. Ia bukan amal sekali jadi, tapi terus mengalir. Dalam Mukhtashar Quduri dijelaskan:

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

وَإِذَا وَقَفَ رَجُلٌ عَيْنًا فَصَحِيحٌ وَيَلْزَمُ
“Apabila seseorang mewakafkan suatu benda, maka sah dan berlaku mengikat.”

Ini artinya, begitu seseorang mewakafkan sesuatu, ia tidak lagi milik pribadi, melainkan milik Allah, dimanfaatkan untuk umat.

Tanah yang Hidup dengan Doa

Di Indonesia, wakaf sering berupa tanah untuk masjid, sekolah, atau pemakaman. Namun, kini banyak juga wakaf produktif: sawah, toko, hingga saham. Semua dikelola agar hasilnya bisa terus menghidupi masyarakat.

Mukhtashar Quduri menegaskan:

وَلَا يَجُوزُ بَيْعُ الْوَقْفِ وَلَا هِبَتُهُ وَلَا إِرْثُهُ
“Tidak boleh menjual, menghadiahkan, atau mewarisi harta wakaf.”

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Inilah yang membedakan wakaf dengan hibah biasa. Harta wakaf tetap abadi, tidak bisa diwariskan atau dijual, karena ia telah menjadi pohon amal yang tumbuh di tanah Allah.

“Pak, kenapa tanah yang Bapak wakafkan tidak Bapak wariskan saja ke anak-anak?”
“Saya ingin anak-anak saya punya warisan lebih besar dari sekadar tanah: doa orang-orang yang shalat di atas tanah itu.”

Dialog semacam ini menggambarkan betapa wakaf bukan hanya soal benda, tetapi soal visi panjang: meninggalkan kebaikan yang terus hidup.

Di kota-kota besar, manusia sibuk mengejar properti. Tanah dibeli, rumah dijual, harga melonjak. Namun, ada yang berbeda dengan wakaf: ia tidak masuk hitungan spekulasi pasar. Ia tak bisa ditawar dengan uang. Ia abadi, bukan untuk diperjualbelikan, tapi untuk menjadi titipan ibadah.

Kitab Mukhtashar Quduri menyebutkan:

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

وَمَنْ وَقَفَ مَسْجِدًا فَقَدْ صَارَ مَسْجِدًا بِالْحَقِيقَةِ
“Barang siapa mewakafkan suatu tempat untuk masjid, maka ia benar-benar menjadi masjid.”

Bayangkan, sebuah tanah biasa bisa berubah status menjadi rumah Allah. Dari yang fana, ia menjadi abadi.

Wakaf adalah investasi akhirat, hasilnya tak pernah merugi.
Harta bisa habis, tapi wakaf menjadikannya abadi.
Di balik setiap sujud di tanah wakaf, ada doa yang kembali pada pewakaf.

Langkah Praktis

  1. Niatkan harta dengan ikhlas – wakaf adalah amal hati sebelum benda.
  2. Pilih yang bermanfaat jangka panjang – tanah, buku, ilmu, bahkan teknologi.
  3. Libatkan lembaga terpercaya – agar wakaf terkelola amanah.
  4. Tanamkan semangat wakaf di keluarga – agar anak-anak belajar berbagi, bukan hanya memiliki.

Sedekah jariyah adalah cara Allah memberi kita kesempatan kedua: hidup setelah mati. Ia menjadikan harta fana berubah menjadi amal abadi.

Kita mungkin akan dilupakan sebagai nama di batu nisan, tetapi wakaf menjadikan kita doa yang terus disebut dalam sujud orang-orang.

Semoga Allah memberi kita kesempatan untuk menanam pohon amal ini, agar kelak buahnya bisa kita nikmati di akhirat. Amin.

 

* Reza Andik Setiawan

Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement