Opinion
Beranda » Berita » Syirkah: Bisnis yang Seharusnya Bukan Hanya Untung, Tapi Juga Berkah

Syirkah: Bisnis yang Seharusnya Bukan Hanya Untung, Tapi Juga Berkah

Ilustrasi syirkah sebagai bisnis Islami penuh berkah
Ilustrasi simbolis tentang syirkah: bisnis yang dibangun dengan amanah dan doa.

Surau.co. Di warung kopi kampung, dua sahabat lama berbincang. Satu mengeluh tentang temannya yang kabur membawa modal usaha bersama. Yang lain tersenyum pahit:

“Katanya syirkah itu berkah?”
“Iya, kalau dijalankan dengan amanah. Kalau penuh tipu, jadinya musibah.”

Percakapan itu sederhana, tetapi sesungguhnya menggemakan apa yang sudah lama diingatkan dalam kitab Mukhtashar Quduri karya Abu al-Husain Ahmad bin Muhammad bin Ahmad al-Qudūrī al-Baghdādī. Syirkah (kemitraan usaha) bukan hanya tentang berbagi modal dan keuntungan, melainkan juga tentang kepercayaan, doa, dan keberkahan.

Nafas Kerjasama dalam Tradisi Lama

Syirkah adalah wajah sosial dari ekonomi Islam. Dalam Mukhtashar Quduri dijelaskan:

وَالشِّرْكَةُ تَصِحُّ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَعْمَالِ
“Syirkah sah dalam harta maupun dalam pekerjaan.”

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Artinya, syirkah tidak semata berbentuk modal uang, tetapi juga keterampilan dan tenaga. Di kampung, kita sering melihat petani berbagi sawah, nelayan berbagi perahu, atau pedagang berbagi lapak. Semua itu adalah syirkah dalam makna yang luas.

Namun, syirkah bukan hanya strategi dagang, melainkan persekutuan hati. Jika salah satu curang, maka syirkah hancur.

Al-Qur’an mengingatkan:

وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْؤُولًا (الإسراء: 34)
“Tepatilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawaban.”

Dalam syirkah, janji adalah pondasi. Bila janji dilanggar, keuntungan bisa tetap datang, tapi keberkahan hilang. Banyak riset modern tentang etika bisnis menegaskan hal yang sama: kepercayaan adalah modal sosial yang lebih berharga daripada uang. Tanpa kepercayaan, pasar runtuh.

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Mukhtashar Quduri menegaskan:

إِذَا اشْتَرَكَ رَجُلَانِ فِي مَالٍ عَلَى أَنْ يَعْمَلَا فِيهِ وَيَكُونُ الرِّبْحُ بَيْنَهُمَا عَلَى مَا شَرَطَا جَازَ
“Apabila dua orang berserikat dalam harta dengan syarat keduanya bekerja dan keuntungan dibagi sesuai kesepakatan, maka syirkah itu sah.”

Ada keadilan, ada keterbukaan, dan ada keberkahan ketika kesepakatan dijalankan dengan ikhlas.

Luka yang Lahir dari Pengkhianatan

Realitas di Indonesia menunjukkan sisi lain: banyak UMKM gagal karena konflik antar-rekan. Ada yang kabur membawa kas, ada yang memutus kerja sama sepihak.

Dalam Mukhtashar Quduri diingatkan:

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

وَإِذَا فَسَخَ أَحَدُهُمَا الشِّرْكَةَ انْفَسَخَتْ
“Apabila salah satu dari mereka membatalkan syirkah, maka syirkah itu batal.”

Hukum ini sederhana: syirkah adalah persetujuan, sehingga bila hati tak lagi bersatu, maka akad pun bubar. Namun, bubarnya akad jangan sampai melahirkan kebencian. Karena sesungguhnya, niat awal syirkah adalah mencari ridha Allah, bukan sekadar laba.

Berkah yang Lebih Besar dari Angka

Rasulullah ﷺ bersabda:

يَدُ اللَّهِ مَعَ الشَّرِيكَيْنِ مَا لَمْ يَخُنْ أَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ
“Tangan Allah (pertolongan-Nya) bersama dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati yang lain.” (HR. Abu Dawud)

Hadis ini seakan menegaskan: kerjasama usaha adalah doa yang hidup. Selama ada kejujuran, Allah ikut menjaga. Tetapi bila ada pengkhianatan, keberkahan pun lenyap.

Mukhtashar Quduri menambahkan gambaran tegas:

إِذَا اخْتَلَسَ أَحَدُ الشَّرِيكَيْنِ مِنَ الْمَالِ شَيْئًا فَهُوَ ضَامِنٌ لَهُ
“Apabila salah satu dari dua mitra mengambil harta secara sembunyi-sembunyi, maka ia wajib menggantinya.”

Ini bukan sekadar aturan hukum, melainkan cermin moral: bisnis tanpa amanah hanya menghasilkan dosa, bukan keberkahan.

Syirkah adalah perjanjian hati sebelum angka.
Keuntungan bisa dibagi, tapi keberkahan hanya lahir dari kejujuran.
Allah hadir dalam bisnis yang amanah, tapi pergi dari bisnis yang curang.

Langkah Praktis

  1. Tuliskan kesepakatan dengan jelas – jangan hanya mengandalkan “rasa percaya”.
  2. Transparansi sejak awal – laporkan modal, tenaga, dan keuntungan apa adanya.
  3. Libatkan doa dalam bisnis – jangan lupa memulai usaha dengan basmalah, karena bisnis bukan hanya soal angka.
  4. Selesaikan konflik dengan musyawarah – ingat bahwa syirkah bisa bubar tanpa permusuhan.

usaha bersama adalah wajah ekonomi Islam yang penuh rahmat. Ia mengajarkan bahwa bisnis bukan hanya berbagi untung, tetapi juga berbagi doa, amanah, dan keberkahan.

Di dunia yang sibuk menghitung angka, syirkah mengingatkan kita: ada keuntungan yang lebih besar daripada laba—yakni ridha Allah dan persaudaraan yang tidak ternilai.

Semoga setiap usaha kita, kecil atau besar, selalu diberi keberkahan dan dijauhkan dari khianat. Amin.

 

* Reza Andik Setiawan

Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement