SURAU.CO – Sejarah Islam menyimpan banyak kisah yang mengandung pelajaran mendalam. Salah satunya adalah kisah Harut dan Marut, dua malaikat yang disebut dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 102. Ayat ini kerap menimbulkan tanda tanya karena di dalamnya terselip isu tentang sihir, malaikat, serta ujian besar bagi manusia. Tidak sedikit orang yang salah memahami kisah ini sehingga memunculkan cerita-cerita pembohong yang terkadang jauh dari penjelasan ulama.
Artikel ini akan mengulas kisah Harut dan Marut secara runut, menyoroti misteri sihir yang terkait dengannya, serta menghadirkan klarifikasi dari para ulama agar kita memahami kisah ini dengan bijak.
Latar Belakang Turunnya Ayat
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 102 berbunyi:
“Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Padahal Sulaiman tidak kafir, hanya setan-setanlah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di Babil, yaitu Harut dan Marut. Keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan: ‘Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), maka janganlah kalian kafir.’ Maka mereka mempelajari keduanya apa yang dengan sihir itu dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya.Tetapi mereka tidak bisa mencelakakan seseorang dengan sihir itu kecuali dengan izin Allah…” (QS. Al-Baqarah: 102).
Ayat ini turun untuk membenarkan tuduhan orang Yahudi yang mengatakan bahwa Nabi Sulaiman as. adalah seorang penyihir. Tuduhan itu jelas salah, sebab Allah menegaskan bahwa Sulaiman tidak pernah kafir. Justru para setanlah yang mengajarkan sihir kepada manusia.
Siapa Harut dan Marut?
Menurut keterangan ulama tafsir, Harut dan Marut adalah dua malaikat yang Allah turunkan di Babilonia (Irak sekarang). Keduanya tidak datang untuk menyebarkan sihir, melainkan untuk menguji manusia . Mereka mengajarkan pengetahuan tentang sihir, namun selalu memberikan peringatan: “Kami hanyalah ujian, janganlah kamu kafir.”
Dengan kata lain, malaikat ini hadir sebagai bentuk ujian iman. Allah ingin melihat siapa yang tetap berpegang pada kebenaran, dan siapa yang berpura-pura menggunakan sihir sebagai jalan pintas dalam kehidupan.
Misteri Sihir dalam Kisah Harut dan Marut
Sihir sejak dulu menjadi bagian dari kenyataan kehidupan manusia. Orang yang terjebak sihir seringkali menderita penderitaan, baik berupa penyakit, perpecahan rumah tangga, maupun gangguan jiwa. Dalam ayat tersebut, Allah mengisyaratkan bentuk sihir yang bisa memisahkan suami dan istri.
Namun penting dicatat: sihir tidak memiliki kekuatan mutlak. Allah menegaskan, sihir hanya dapat mencelakakan seseorang dengan izin-Nya. Artinya, sihir tidak akan berpengaruh jika Allah tidak menghendaki. Hal ini menyatakan bahwa kekuasaan mutlak tetap milik Allah, bukan pada jin atau tukang sihir.
Cerita Liar tentang Harut dan Marut
Seiring berjalannya waktu, muncul berbagai kisah tambahan tentang Harut dan Marut. Ada cerita yang mengatakan keduanya turun ke bumi, kemudian dibayangkan oleh perempuan cantik hingga melakukan dosa besar. Cerita semacam ini banyak beredar dalam sastra Israiliyat (cerita yang bersumber dari tradisi Yahudi dan Nasrani).
Sebagian orang bahkan menukil kisah bahwa Harut dan Marut akhirnya dihukum gantung di sumur di Babilonia sebagai akibat dari dosa mereka. Namun mayoritas ulama tafsir menolak kisah ini karena dianggap tidak sesuai dengan keabadian malaikat.
Malaikat adalah makhluk yang selalu taat kepada Allah, tidak pernah bermaksiat. Allah berfirman: “Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim : 6). Oleh karena itu, kisah-kisah yang menggambarkan malaikat jatuh dalam dosa besar jelas bertentangan dengan nash Al-Qur’an.
Klarifikasi Ulama tentang Harut dan Marut
Para ulama tafsir memberikan penjelasan yang lebih hati-hati agar umat tidak terjebak dalam cerita bohong.
- Ibnu Katsir menegaskan bahwa Harut dan Marut tidak pernah memaksa manusia untuk mempelajari sihir. Beliau menulis:
“Keduanya (Harut dan Marut) tidak mengajarkan sihir kecuali setelah berkata: ‘Sesungguhnya kami hanyalah cobaan, maka janganlah kamu kafir.’ Yakni, keduanya memberi nasehat, peringatan, dan larangan.” (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Baqarah: 102).
2. Al-Qurthubi menolak kisah yang menuduh malaikat jatuh ke dalam dosa. Dia berkata:
“Semua riwayat yang menyebutkan bahwa Harut dan Marut melakukan maksiat adalah batil, tidak sah. Malaikat adalah makhluk yang Allah sucikan dari perbuatan maksiat.” (Tafsir Al-Qurthubi, QS. Al-Baqarah: 102).
3. Fakhruddin Ar-Razi dalam Mafatih al-Ghaib menjelaskan bahwa sihir pada dasarnya adalah sebuah ilmu. Ia menulis:
“Ilmu sihir itu sendiri tidak tercela. Yang tercela adalah menggunakannya untuk kebatilan. Sama seperti pedang, bisa digunakan untuk membela diri, bisa pula untuk menzalimi orang lain.” (Tafsir Ar-Razi, QS. Al-Baqarah: 102).
Dengan demikian, para ulama menegaskan bahwa Harut dan Marut bukanlah penyebar maksiat. Mereka hanya menjadi sarana ujian, sementara pilihan tetap ada di tangan manusia itu sendiri
Pelajaran dari Kisah Harut dan Marut
Meskipun kisah Harut dan Marut terjadi ribuan tahun yang lalu, pesannya tetap relevan hingga saat ini. Banyak orang modern yang masih mencari jalan pintas dalam hidup, termasuk melalui praktik perdukunan dan sihir. Padahal, Islam mengajarkan bahwa semua itu hanya menjerumuskan ke dalam kesyirikan.
Allah ingin kita menyelesaikan masalah dengan cara yang halal: berdoa, berusaha, dan bertawakal. Jika kita menghadapi kesulitan, kita seharusnya kembali kepada Allah, bukan justru mencari pertolongan dari jin atau sihir.
Dari kisah ini kita belajar untuk tidak mudah terjebak dalam cerita bohong, untuk memahami bahwa ilmu bisa menjadi ujian, serta menyadari bahwa hanya Allah-lah yang memiliki kuasa mutlak. Dengan pemahaman yang benar, kita bisa menjadikan kisah Harut dan Marut sebagai pengingat agar selalu berpegang pada tauhid dan menjauhi segala bentuk kesyirikan.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
