SURAU.CO – Nuaiman termasuk sahabat Nabi yang ikut baiat Aqabah dan banyak pertempuran bersama Rasulullah SAW. Ia hadir dalam Perang Badar, Uhud, hingga peristiwa penting lainnya. Keimanannya tidak perlu diragukan lagi. Namun, yang membuatnya menonjol di antara sahabat lain bukan karena keberaniannya, melainkan sikap humorisnya yang unik.
Meski sering berbuat kelakar, cintanya kepada Allah dan Rasulullah tetap mendalam. Ia tidak menggunakan candanya untuk menyakiti. Sebaliknya, ia justru membuat suasana menjadi ringan. Banyak sahabat tersenyum karena ulahnya, dan Nabi pun beberapa kali ikut tertawa. Hal itu menunjukkan bahwa Islam menghargai sisi kemanusiaan yang penuh warna.
Dikutip dari buku Merasa Dekat dengan Tuhan itu Godaan yang Berat oleh Muhammad Zaid Su’di, Rasulullah SAW pernah berkata:
“Nu’aiman akan masuk surga sambil tertawa, karena dia sering membuatku tertawa.”
Ucapan ini menggambarkan betapa besarnya kasih sayang Nabi kepada Nu’aiman meskipun tingkah lakunya sering kali usil dan di luar dugaan.
Kisah Nuaiman Menjual Sahabatnya
Salah satu kisah terkenal tentang Nuaiman terjadi ketika seorang pedagang asing datang ke Madinah. Saat itu, Nuaiman dengan akalnya yang unik berkata sambil menunjuk salah satu sahabat:
“Apakah kamu ingin membeli seorang budak yang sangat pandai berbicara?”
Pedagang itu penasaran. Nuaiman lalu menunjuk sahabatnya, Suwaibith, dan berkata, “Itulah budaknya.”
Sang pedagang pun percaya dan segera menghampiri orang yang ditunjuk. Suwaibith menolak karena merasa bukan budak. Pedagang itu bingung. Ia kembali ke Nuaiman dan berkata, “Dia tidak mau ikut.”
Dengan wajah serius, Nuaiman menjawab, “Memang begitu tabiatnya. Ia pandai berbicara. Namun, jika kau berhasil membawanya, ia akan menjadi milikmu.”
Akhirnya terjadilah kegaduhan. Suwaibith marah, sahabat lain tertawa, dan Nabi pun tersenyum mendengar cerita tersebut. Candaan Nuaiman tidak menimbulkan kebencian, melainkan justru mengundang tawa bersama.
Hadiah Makanan yang Belum Dibayar
Kisah lain yang tak kalah menarik adalah ketika Nuaiman datang membawa makanan untuk dihadiahkan kepada Rasulullah. Dengan semangat, ia menghadap Rasulullah dan berkata, “Ya Rasulullah, aku membawakan makanan ini sebagai hadiah untukmu.” Rasulullah pun menerima makanan itu dengan senang hati.
Namun, setelah beberapa saat, datanglah pemilik makanan tersebut meminta Nuaiman untuk membayar harga makanan yang dibawanya sebagai hadiah tadi.
Karena tidak punya uang, Nuaiman membawa pemilik makanan itu langsung kepada Rasulullah. Dengan polos ia berkata, “Ya Rasulullah, hendaklah engkau membayar harga makanan tadi.”
Rasulullah pun bertanya-tanya dan berkata, “bukankah kamu telah menghadiahkan makanan itu untukku?”
Dengan jujur Nuaiman menjawab, “Benar, ya Rasulullah, tapi aku sebenarnya tidak punya uang.” kemudian Rasulullah tersenyum dan meminta salah seorang sahabat untuk membayarnya.
Rasulullah tidak merasa marah meski harus ‘dikerjai’ oleh Nuaiman. Bagi beliau, tingkah Nuaiman hanyalah lelucon yang membawa kebahagiaan. Inilah salah satu contoh bagaimana hubungan Rasulullah dengan para sahabatnya penuh kasih sayang dan kehangatan.
Menyembelih Unta Milik Orang Lain
Selain itu, ada pula kisah ketika Nuaiman dan beberapa sahabat melihat seorang Badui yang mengikat untanya di halaman masjid. Melihat hal itu, para sahabat bercanda dan menyarankan Nuaiman untuk menyembelih unta tersebut dengan alasan bahwa mereka semua sudah rindu makan daging unta.
Tanpa pikir panjang, Nuaiman benar-benar menyembelihnya sesuai dengan permintaan para sahabatnya.
Ketika Sang Badui keluar dari masjid, ia terkejut melihat untanya sudah disembelih. Dengan marah ia berteriak memanggil Rasulullah. Rasulullah pun bertanya siapa yang melakukannya, dan para sahabat memberi tahu bahwa pelakunya adalah Nuaiman.
Rasulullah kemudian menemukan Nuaiman bersembunyi di sumur, lalu beliau menanyakan alasan perbuatannya. Dengan tersenyum, Nuaiman menjawab bahwa ia melakukannya atas permintaan sahabat lainnya.
Rasulullah pun tertawa dan membayar ganti rugi kepada pemilik unta tersebut. Kejadian ini kembali menunjukkan bagaimana Rasulullah selalu menyikapi kejenakaan Nuaiman dengan lapang dada, sehingga terciptalah suasana persahabatan yang hangat.
Kejenakaan di Tengah Dakwah
Nuaiman tidak hanya membuat sahabat tertawa, tetapi juga sering membuat Nabi Muhammad SAW tersenyum. Nabi tidak pernah memarahi Nuaiman, karena candanya tidak melanggar syariat dan tidak menyakiti perasaan orang lain. Justru, Nabi menghargai sisi humor itu sebagai ikatan ukhuwah di antara para sahabat.
Dalam suasana dakwah yang penuh tantangan, canda Nuaiman menjadi penghibur. Saat para sahabat lelah dengan peperangan atau ujian hidup, kisah-kisah jenaka Nuaiman membuat mereka kembali semangat. Ia membuktikan bahwa dalam perjuangan, manusia tetap membutuhkan ruang untuk tertawa.
Nilai dari Kisah Nuaiman
Kisah-kisah Nuaiman memberikan beberapa pelajaran berharga bagi kita. Pertama, ia menunjukkan bahwa iman tidak membuat seorang muslim kehilangan rasa humor. Justru dengan kejenakaannya, ia menambah warna dalam kehidupan para sahabat. Nabi Muhammad SAW sendiri tersenyum melihat kelakarnya, dan para sahabat merasakan kehangatan darinya.
Kedua, kisah Nuaiman juga mengajarkan bahwa hubungan antara Rasulullah dan para sahabat dibangun di atas cinta dan kasih sayang. Rasulullah tidak mengekang sahabatnya dalam suasana yang serba kaku, tetapi memberikan ruang bagi mereka untuk berbahagia.
Ketiga, dari kisah Nuaiman kita memahami bahwa Islam bukan hanya perjuangan penuh air mata, melainkan juga senyuman kebahagiaan. Tawa yang lahir dari hati yang ikhlas dapat menjadi obat di tengah kepenatan hidup.
Di tengah kerasnya perjuangan dakwah, Allah menghadirkan sosok seperti Nuaiman agar umat belajar bahwa agama ini seimbang. Dari sosoknya kita mendapat pelajaran, bahwa menjadi muslim bukan berarti kehilangan keceriaan. Sebaliknya, justru menghadirkan tawa yang menyejukkan, persaudaraan yang menguatkan, dan cinta yang tulus kepada Allah dan Rasul-Nya
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
