SURAU.CO. Dunia saat ini sedang menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks. Krisis demi krisis seolah tak henti menghantam. Pandemi COVID-19 baru saja berlalu, kini kita berhadapan dengan krisis pangan dan energi. Ditambah lagi, konflik geopolitik yang memicu inflasi dan fluktuasi mata uang. Dampaknya terasa langsung di masyarakat. Harga kebutuhan pokok melambung, dan daya beli masyarakat menurun. Lalu, adakah solusi yang lebih baik? Jawabannya mungkin terletak pada Ekonomi Islam.
Prinsip Dasar Ekonomi Islam: Keadilan dan Keberlanjutan
Sistem ekonomi Islam yang berlandaskan nilai keadilan, keseimbangan, dan keberlanjutan sejatinya bukanlah hal baru. Ia hadir sebagai alternatif yang lebih manusiawi dibandingkan praktik konvensional yang kerap menimbulkan ketimpangan. Model ini menolak pola transaksi yang hanya menguntungkan segelintir pihak, terutama melalui spekulasi berlebihan yang tidak jelas arah manfaatnya. Dengan menekankan transparansi dan kesalingan, sistem ini berusaha menghadirkan mekanisme ekonomi yang lebih stabil sekaligus memberi ruang keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Prinsip utamanya adalah menjadikan aktivitas ekonomi terhubung langsung dengan sektor nyata. Setiap transaksi harus berlandaskan realitas, bersifat produktif, serta membawa manfaat yang bisa dirasakan bersama. Alih-alih mengejar keuntungan sesaat, sistem ini mendorong pertumbuhan yang inklusif, sehingga manfaat ekonomi tidak berhenti pada kalangan tertentu saja. Tujuannya jelas: menciptakan kegiatan ekonomi yang sehat, adil, dan menguntungkan semua pihak tanpa meninggalkan nilai kemanusiaan.
Pertumbuhan Pesat Ekonomi Syariah di Indonesia
Fakta di lapangan menunjukkan pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia sangat pesat. Bank Indonesia melaporkan peningkatan kontribusi sektor ini terhadap perekonomian nasional pada tahun 2023. Sektor makanan-minuman halal, fesyen Muslim, pariwisata ramah Muslim, dan keuangan syariah menjadi penggerak utama.
Global Islamic Economy Indicator 2023 menempatkan Indonesia di posisi ketiga dunia. Indonesia telah naik kelas menjadi pemain utama dalam ekonomi Islam global. Laporan Bank Indonesia tahun 2023 menyebutkan kontribusi sektor ini makin besar dalam perekonomian nasional.
Keunggulan Keuangan Syariah: Ketahanan di Tengah Krisis
Sektor keuangan syariah menawarkan potensi besar dengan pangsa pasar yang terus meningkat, meski belum mendominasi perbankan nasional. Ketika krisis ekonomi melanda, lembaga keuangan berbasis syariah terbukti lebih stabil karena tidak bergantung pada praktik spekulatif. Sistem bagi hasil yang diterapkan menciptakan hubungan yang lebih adil dengan nasabah—untung bersama, rugi pun ditanggung bersama—sehingga tercipta kepercayaan dan keberlanjutan dalam jangka panjang. Stabilitas inilah yang membuat keuangan syariah semakin mendapat tempat di hati masyarakat.
Kekuatan tersebut semakin terasa ketika dikaitkan langsung dengan kehidupan sehari-hari. Program Bank Wakaf Mikro di pesantren, misalnya, mampu memberi pinjaman modal usaha bagi pedagang kecil tanpa membebani mereka. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) juga hadir di desa-desa, menjadi penopang bagi petani dan pedagang yang kesulitan menjangkau perbankan besar. Sementara itu, industri halal tumbuh pesat melalui UMKM kuliner, tren busana Muslim, hingga pariwisata syariah. Semua ini menunjukkan bahwa keuangan syariah tidak hanya tangguh di level sistem, tetapi juga nyata menghadirkan manfaat bagi masyarakat luas.
Tantangan yang Perlu Diatasi
Tantangan pengembangan keuangan syariah di Indonesia masih cukup besar. Survei OJK 2022 menunjukkan literasi masyarakat masih rendah, pelaku UMKM sulit mengakses pembiayaan, dan ketersediaan SDM syariah masih terbatas. Meski begitu, peluang terbuka lebar. Kesadaran halal lifestyle makin meluas, tren global mendukung ekonomi berkelanjutan, dan digitalisasi menghadirkan fintech, dompet digital, hingga platform investasi syariah yang kian diminati.
Untuk mengoptimalkan potensi ini, sinergi seluruh pihak mutlak ada. Pemerintah harus melahirkan kebijakan yang berpihak, lembaga keuangan memperluas akses pembiayaan, pelaku usaha menghadirkan produk halal inovatif, akademisi menyiapkan SDM kompeten, dan masyarakat meningkatkan literasi. Jika langkah ini berjalan beriringan, sistem ekonomi berbasis keadilan dan keberlanjutan dapat tumbuh sebagai arus utama pembangunan nasional.
Potensi Besar Indonesia: Modal Menuju Kemandirian
Indonesia memegang modal besar untuk membangun ekonomi yang kuat. Populasi Muslim terbesar di dunia memberikan basis yang luas bagi penerapan nilai-nilai syariah. Masyarakat Indonesia juga terus menghidupkan budaya gotong royong yang sejalan dengan semangat keadilan dan kebersamaan dalam ekonomi. Pasar domestik yang luas semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain penting. Jika pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat mengelola modal ini dengan baik, sistem ekonomi berbasis nilai keadilan akan berkembang, bukan hanya sebagai harapan, tetapi sebagai jalan nyata menuju kemandirian bangsa.
Di tengah ketidakpastian global, ekonomi Islam menawarkan stabilitas dan keadilan. Dengan prinsipnya yang inklusif dan tahan krisis, ekonomi Islam dapat menjadi jangkar yang menenangkan dan kapal yang membawa kita menuju masa depan yang lebih baik.(kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
