Masjid Sejarah
Beranda » Berita » Masjid Sekayu: Jejak Islam Abad ke-15 di Jawa Tengah

Masjid Sekayu: Jejak Islam Abad ke-15 di Jawa Tengah

Masjid Sekayu setelah mengalami banyak renovasi (Foto : jatengprov.go.id)

SURAU.CO – Masjid Sekayu merupakan sebuah bangunan bersejarah. Masjid Sekayu merupakan salah satu masjid tua yang sudah berdiri sejak abad ke-15. Masjid ini terletak di Jalan Sekayu Masjid No.328, RT.05/RW.01, Kampung Sekayu, Kelurahan Sekayu Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Berdasarkan catatan di situs Kelurahan Sekayu, masjid ini  sebagai tempat ibadah umat Islam tertua di Jawa Tengah. Masjid ini dibangun oleh Kyai Kamal, ulama yang berasal dari daerah Cirebon, Jawa Barat pada tahun 1413 M. Kyai Kamal masuk ke wilayah Sekayu untuk mengembangkan agama Islam. Hal ini dapat terlihat dari pembangunannya yang selesai terlebih dulu sebelum Masjid Agung  Demak  pada tahun 1420 M. Pada awalnya, Masjid Sekayu berbahan dasar kayu. Lantainya dari tanah. Atapnya terbuat dari rumbia.

Arsitektur dan Koneksi dengan Masjid Agung Demak

Masjid Sekayu memiliki kemiripan dengan Masjid Agung Demak. Keduanya memiliki empat pilar utama. Bentuk atapnya tumpang tiga. Arsitekturnya menggabungkan unsur Hindu-Islam. Masjid ini juga memiliki ikatan kuat dengan Masjid Agung Demak. Sebagian kayu untuk Masjid Agung Demak berasal dari Sekayu.

Masjid ini dahulu bernama Masjid Pekayuan. Kyai Kamal mengirim kayu jati unggulan. Kayu-kayu ini kumpulan dari berbagai daerah. Pengirimannya melalui jalur darat ke Sekayu. Dari Sekayu, kayu dikirim ke Demak. Pengiriman melalui Kali Semarang yang dekat masjid. Area penampungan kayu berubah. Kini menjadi perkampungan padat. Letaknya di tengah kota Semarang dan kemudian diberi nama Sekayu.

Evolusi Bangunan Masjid

Masjid Sekayu ini telah di tetapkan menjadi Bangunan Cagar Budaya  pada 04 Februari 1992 dengan No. SK 646/50/1992 dan kode pengelolaan KB001871.41.  Masjid Sekayu menjadi BCB setelah bangunan berusia 5 abad. Resmi menjadi BCB, peruntukannya dapat berubah, tetapi bentuk asli bangunan tidak boleh diubah, hanya boleh direnovasi. Telah terjadi beberapa pemugaran pada bangunan Masjid Sekayu, renovasi dalam skala yang besar, tanpa menghilangkan atau mengubah keasliannya.

Mustafa Kemal Ataturk: Modernisasi dan Perkembangan Islam Modern

Masjid Sekayu mengalami banyak sekali pemugaran. Faktor pemugaran adalah kerusakan. Dinding kayu lapuk. Bangunan termakan usia.

Pemugaran sebelum 1814 M tidak tercatat. Dokumentasi yang tercatat ada pada tahun 1814 M, 1987 M, 2006, dan 2009. Tahun 1814 M, banyak pepohonan mengelilingi masjid ini. Bangunan masih satu lantai. Dinding dari kayu. Lantainya tanah. Alas sholat dari anyaman daun kelapa kering.

Tahun 1987, Masjid Sekayu masih satu lantai. Dindingnya sebagian papan dan kayu serta lantainya masih tanah. Renovasi pada beberapa bagian. Dinding yang semula kayu atau papan menjadi batu bata. Tujuannya agar lebih kuat. Awalnya masjid tidak punya serambi. Depan pintu masuk adalah lapangan. Kemudian direnovasi menjadi serambi. Menimbun sumur yang terlihat dan di luar masjid. Lahan digunakan untuk sholat. Kapasitas jamaah bertambah. Bangunan jadi lebih tinggi. Lantai direnovasi menjadi semen halus.

Pada tahun 2006, renovasi total terjadi. Bangunan diperluas menjadi dua lantai. Kapasitas jamaah bertambah banyak. Empat pilar inti bangunan dari balok kayu jati. Untuk melindungi kayu, pilar dibungkus lapisan kayu. Kini terlihat seperti tiang bulat.

Tahun 2009, makam digeser. Pergeseran ini demi kenyamanan sholat imam.

Peran Pemikiran Al-Farabi; Pencerahan Filsafat Yunani dan Barat

Fungsi dan Keunikan Masjid Sekayu

Masjid Sekayu berarsitektur khas Jawa. Masjid ini mampu menampung 600 jamaah. Fungsinya sangat beragam. Masjid ini tempat sholat lima waktu. Menyelenggarakan perayaan hari besar Islam juga. Ada pengajian rutin dan madrasah. Masjid menjadi pusat kegiatan masyarakat. Kegiatan sosial ekonomi juga berjalan.

Di sekitar masjid, ada bangunan lama. Bangunan ini mencirikan kekhasan Semarang. Masjid bukan hanya tempat ibadah. Ia juga institusi pendidikan dan sosial. Fungsi pemerintahan dan administrasi juga melekat.

Keunikan lain Masjid Sekayu adalah struktur kepengurusan. Ada dua Ormas besar di Indonesia. Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang mempunyai jaringan anggotanya sangat luas. Setiap organisasi memiliki peran dan kebijakan. Keduanya menjadi kekuatan dakwah.

Adanya dua ormas di Sekayu mempengaruhi ketakmiran. Ketakmiran terbagi dua: NU dan Muhammadiyah. Pembagian ini terjadi setelah tahun 1970-an. Tepatnya sekitar tahun 2000-an. Saat Ramadhan, masjid mengakomodir sholat tarawih. Bagi yang 11 rakaat, mereka sholat 8 rakaat. Kemudian ceramah, lalu witir. Bagi yang 23 rakaat, mereka beristirahat saat witir. Informasi ini melalui flyer. Jamaah saat Ramadhan bukan hanya warga setempat. Ada juga pendatang dan anak kos. Anak-anak mengaji juga menjadi dua bagian. NU dan Muhammadiyah bergantian hari.

Saat malam takbir, pihak masjid mengikuti arahan pemerintah. Jadwal takbiran disesuaikan resmi pemerintah. Tujuannya kerukunan dan kenyamanan masyarakat. Perbedaan justru mempererat ukhuwah. Kedamaian dan kebersamaan tercipta.

Kitab Taisirul Kholaq: Terobosan Pembelajaran Akhlak Metode Salafiyah

Referensi:

Isgianita, Nilam Lembayung. 2024. Skripsi. Kajian Sejarah Masjid Sekayu sebagai cagar Budaya di Kampung Sekayu, Kota Semarang Tahun 1992-2022. Salatiga. Universitas Islam Negeri Salatiga.

jatengprov.go.id


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement