Opinion
Beranda » Berita » Bahagia Itu Sederhana

Bahagia Itu Sederhana

Bahagia Itu Sederhana

Bahagia Itu Sederhana.

 

Bahagia sering kita kira sesuatu yang besar dan mewah. Seolah hanya bisa dirasakan saat punya harta berlimpah, kedudukan tinggi, atau pencapaian gemilang. Ternyata, hakikat bahagia jauh lebih sederhana dari itu.

Pada dasarnya, bahagia itu ketika hati kita tenang, pikiran kita ringan, dan hidup terasa cukup. Maka, kebahagiaan itu saat bisa menikmati makanan sederhana bersama keluarga tercinta. Bahagia itu ketika masih diberi kesehatan, sehingga bisa bekerja, beribadah, dan berkarya tanpa banyak hambatan. Bahagia itu juga saat kita bisa memberi, bukan hanya menerima.

Setiap orang punya versi bahagianya sendiri

Ada yang bahagia ketika bisa bepergian ke tempat baru, ada yang bahagia ketika bisa tidur nyenyak setelah hari panjang, ada juga yang bahagia hanya dengan secangkir kopi hangat di pagi hari.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Namun, yang paling penting: bahagia sejati datang dari hati yang selalu bersyukur.
Karena tanpa rasa syukur, semua yang kita punya akan terasa kurang. Tapi dengan syukur, sekecil apa pun nikmat terasa begitu berharga.

Jadi, jangan tunggu kaya raya atau sukses besar untuk bahagia. Maka dari itu, mulailah dengan bersyukur atas napas hari ini, senyum orang yang kita sayangi, dan kesempatan untuk terus hidup lebih baik.

 

 

 

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan


Psikologi keluarga

Apa itu Psikologi Keluarga? Psikologi keluarga adalah cabang psikologi yang mempelajari dinamika, pola interaksi, komunikasi, serta kesehatan mental dalam keluarga. Fokusnya bukan hanya pada individu, tetapi juga bagaimana hubungan antaranggota keluarga membentuk kepribadian, emosi, dan perilaku.

Fungsi Psikologi dalam Keluarga

1. Menciptakan Keharmonisan
Menjaga keseimbangan antara kebutuhan individu dan kebutuhan keluarga.
2. Menguatkan Komunikasi
Membantu setiap anggota belajar menyampaikan pikiran dan perasaan secara sehat.
3. Mengatasi Konflik
Menemukan jalan keluar dari perbedaan pendapat atau gesekan tanpa melukai.
4. Mendukung Perkembangan Anak
Memberikan dasar emosional yang kuat agar anak tumbuh percaya diri dan mandiri.
5. Menjadi Tempat Pemulihan
Keluarga ideal adalah tempat kembali ketika seseorang merasa lelah, tertekan, atau terluka.

Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Psikologis Keluarga

Pola komunikasi: terbuka, penuh kasih, atau justru tertutup dan penuh konflik.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Kondisi ekonomi: cukup atau kurang, serta cara menyikapinya.

Nilai & agama: memberikan arah moral dan pegangan hidup.

Peran gender & peran sosial: bagaimana ayah, ibu, dan anak menjalankan fungsi masing-masing.

Trauma & stres: misalnya akibat kehilangan, perceraian, atau masalah sosial.

Prinsip Psikologi Keluarga Islami

Dalam perspektif Islam, keluarga bukan sekadar ikatan sosial, melainkan ibadah.
Allah ﷻ berfirman:

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar-Rum: 21)

Prinsip utamanya:

1. Sakinah – ketenangan dan ketentraman.
2. Mawaddah – cinta yang penuh kehangatan.
3. Rahmah – kasih sayang tanpa syarat.

Contoh Penerapan

Orang tua mendengarkan anak dengan penuh empati, bukan hanya menghakimi.

Suami-istri menyelesaikan masalah dengan musyawarah, bukan saling menyalahkan.

Menjadikan rumah sebagai tempat belajar, bercengkerama, dan ibadah bersama.

Mengajarkan manajemen emosi, agar setiap anggota keluarga mampu menahan amarah.

Tantangan Keluarga Modern

Gaya hidup individualis → membuat anggota keluarga kurang peduli satu sama lain.
Pengaruh media sosial → membandingkan kehidupan keluarga sendiri dengan orang lain.
Tekanan ekonomi → bisa memicu pertengkaran.

Kurangnya waktu berkualitas → orang tua sibuk, anak merasa kesepian.

Solusi Psikologi Keluarga

1. Bangun rutinitas positif – makan bersama, shalat berjamaah, berbincang setiap malam.
2. Perkuat komunikasi – jujur, terbuka, dan saling menghargai.
3. Kelola stres bersama – jadikan masalah sebagai tanggung jawab bersama.
4. Konseling keluarga – bila konflik tidak selesai, bisa dibantu oleh konselor atau ustadz yang bijak.
5. Perkuat spiritualitas – ibadah bersama memberi ketenangan batin dan memperkuat ikatan hati.

Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat (Tengku Iskandar, M.Pd)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement