SURAU.CO – Setiap manusia tentu pernah merasa ingin menang sendiri atau mengutamakan kepentingan pribadi di atas orang lain. Dalam bahasa sederhana, kita menyebut sikap itu sebagai egois. Sifat egois wajar muncul karena manusia memiliki hawa nafsu. Namun, jika kita tidak mengendalikan ego, maka egoisme akan merusak hubungan dengan orang lain, memicu konflik, bahkan menjauhkan kita dari nilai-nilai kebaikan yang Islam ajarkan.
Oleh karena itu, Al-Qur’an dan hadis memberikan banyak tuntunan agar umat Islam menjauhi sifat egois dan melatih diri menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan memahami petunjuk itu, kita bisa belajar menekan ego, memperluas empati, serta membangun akhlak mulia.
Egoisme dalam Pandangan Islam
Dalam Islam, egoisme jelas bertentangan dengan ajaran akhlak mulia. Allah mencela orang yang hanya sibuk dengan kepentingan dirinya sendiri, tidak peduli dengan sesamanya, dan enggan berbagi.
Al-Qur’an mengingatkan kita dalam surat Al-Hasyr ayat 9 tentang keutamaan kaum Anshar yang lebih mengutamakan orang lain:
“Dan mereka mengutamakan orang lain di atas diri mereka sendiri, padahal mereka kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikirannya, maka merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)
Ayat ini menegaskan bahwa orang yang mementingkan diri sendiri mencerminkan kekikiran hati. Sebaliknya, orang yang mendahulukan kepentingan orang lain merupakan tanda keberuntungan.
Selain itu, Rasulullah ﷺ juga bersabda:
“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menegaskan bahwa orang yang mampu mengendalikan ego dan menumbuhkan kepedulian terhadap orang lain telah merupakan bagian dari keimanan.
Cara Mengurangi Sifat Egois Menurut Al-Qur’an dan Hadis
Islam mengajarkan banyak cara agar manusia menekan ego dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Berikut beberapa langkah yang bisa kita lakukan:
1.Melatih Keikhlasan
Pertama, kita perlu melatih keikhlasan. Egois biasanya muncul karena hati dipenuhi kepentingan diri sendiri. Al-Qur’an mengajarkan agar setiap amal dilakukan dengan ikhlas hanya karena Allah.
Allah berfirman:
“Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya…” (QS. Al-Bayyinah: 5).
Jika kita melatih keikhlasan, kita belajar berbuat tanpa pamrih. Dengan begitu, hati yang ikhlas akan lebih mudah menekan ego karena tujuan kita bukan mencari keuntungan pribadi, melainkan ridha Allah.
2. Membiasakan Sedekah dan Berbagi
Kedua, kita bisa membiasakan diri untuk bersedekah. Rasa egois sering lahir dari cinta berlebihan pada harta. Untuk mengatasinya, Islam menegakkan perintah sedekah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta.” (HR.Muslim).
Dengan membiasakan berbagi, kita melatih hati agar tidak kikir. Lambat laun ego akan melemah karena kita terbiasa mendahulukan kebutuhan orang lain.
3. Melepaskan Sakit Hati di Masa Lalu
Selain itu, kita juga perlu belajar melepaskan sakit hati. Banyak orang menjadi egois karena menyimpan kebencian, iri hati, bayangan negatif masa lalu, atau emosi negatif lainnya. Hati yang penuh amarah membuat seseorang tidak bisa melihat pentingnya welas asih.
Oleh karena itu, jika kita ingin lepas dari sifat egois, kita perlu melihat ke dalam hati: adakah emosi negatif yang masih kita genggam? Jika kita mampu melepaskannya, maka kita akan lebih mudah berbaik hati kepada sesama.
4. Belajar Mendengarkan
Mendengarkan juga menjadi cara efektif untuk mengikis ego. Ketika kita menjadi pendengar yang baik, kita belajar bersabar, menghargai orang lain, memberikan perhatian, dan menikmati momen.
Lebih dari itu, mendengarkan mengajarkan kita untuk tidak semaunya sendiri, tidak merasa paling benar, dan tidak selalu ingin menang. Apalagi dari mendengarkan, kita bisa memetik pelajaran hidup tanpa harus mengalaminya secara langsung.
5. Melatih Sabar dan Menahan Amarah
Tidak hanya itu, kita juga perlu melatih kesabaran. Sifat egois sering muncul ketika kita marah dan ingin menang sendiri. Islam mengajarkan kita untuk menahan amarah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Bukanlah orang kuat itu yang pandai bergulat.Tetapi orang kuat adalah orang yang mampu menahan diri ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan menahan amarah, kita berhasil menekan ego. Sabar membuat kita lebih tenang dan tidak terburu-buru mengambil keputusan yang merugikan orang lain.
6. Mendahulukan Kepentingan Orang Lain
Kemudian, kita juga bisa melatih diri dengan mendahulukan kepentingan orang lain. Orang egois biasanya lebih mementingkan dirinya sendiri dan mengabaikan orang lain. Jika kita ingin mengurangi sifat egois, kita harus menumbuhkan empati dan kepedulian.
Misalnya, kita tidak menyerobot antrean hanya karena ingin didahulukan atau tidak memaksa untuk lewat lebih dulu saat jalanan macet. Dengan mengutamakan kepentingan orang lain, kita sekaligus belajar menghargai sesama.
7. Menumbuhkan Rasa Syukur dan Belajar Memafkan
Terakhir, kita bisa menumbuhkan rasa syukur. Orang egois sering merasa kurang sehingga selalu ingin mengambil lebih banyak dari orang lain. Orang seperti ini biasanya sulit memaafkan dan sulit bersyukur terhadap nikmat yang ia terima.
Padahal, jika kita mau memaafkan dan bersyukur, kita bisa mengikis rasa egois. Dengan rasa syukur akan membangkitkan kepuasan batin.
Allah berfirman:
“Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kamu…” (QS. Ibrahim: 7).
Dengan mengucapkan terima kasih, hati menjadi lebih tenang dan tidak mudah dikuasai egois.
Menjadi Pribadi yang Lebih Baik
Pada akhirnya, memperbaiki sifat egois tidak bisa kita lakukan secara instan. Kita harus berlatih, menyadari kelemahan, dan berpegang pada nilai-nilai Islam. Jika kita konsisten, maka sedikit demi sedikit ego akan terkikis.
Islam menginginkan umatnya memiliki akhlak mulia. Rasulullah ﷺ diutus untuk menyempurnakan akhlak. Beliau memberikan teladan nyata dengan selalu mengutamakan orang lain, berkorban demi umat, serta hidup sederhana.
Dengan meneladani beliau, kita belajar bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada memuaskan ego, melainkan pada memberi manfaat kepada orang lain.
Ketika kita berhasil mengurangi sifat egois, hati akan terasa lapang, hubungan dengan sesama semakin harmonis, dan iman menjadi lebih sempurna. Pada akhirnya, kita bukan hanya menjadi pribadi yang lebih baik di mata manusia, tetapi juga lebih mulia di sisi Allah.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
