SURAU.CO. Situasi di Jalur Gaza semakin memprihatinkan. Ribuan warga Palestina terancam mengalami kebutaan permanen. Pecahan peluru dan tembakan langsung menjadi penyebab utama hal tersebut. Selain itu kurangnya perawatan medis pasca-serangan Israel memperparah kondisi warga palestina. Menurut data ada sekitar 4.000 hingga 5.000 orang lainnya berisiko kebutaan dan parahnya lagi tidak bisa menerima perawatan yang sangat diperlukan.
Sementara itu Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan menyatakannya pada Sabtu (23/8), lebih dari 15.600 warga Palestina yang membutuhkan bantuan medis. Angka ini termasuk 3.800 anak-anak dan memerlukan perawatan khusus secepat mungkin.
Tedros menggunakan platform X miliknya untuk menyoroti krisis Gaza yang masih mengalami kelaparan dan pembunuhan massal. Zionis Israel terus melakukan serangan hingga puluhan ribu pasien di wilayah kantong Palestina ini tidak mendapatkan pengobatan. Tedros juga mendesak terkejutnya bantuan kemanusiaan harus bisa memasuki wilayah itu dan gencatan senjata.
Luka Akibat Konflik dan Data Mengerikan dari MSF
Luka-luka akibat bom dan peluru Israel telah meluluhlantakkan Gaza. Banyak yang cedera dan kemudian mendapatkan perawatan klinik rawat jalan yang dikelola oleh Medecins Sans Frontieres (MSF) di Gaza. Enam pusat kesehatan yang mendapat dukungan MSF mengumpulkan data ini menyebut bahwa selama tahun 2024, lebih dari 200.000 konsultasi jalan rawat terjadi. Lebih dari 90.000 di antaranya melibatkan luka. Kemudian hampir 40.000 luka karena mengalami “trauma kekerasan”. Hal ini terutama karena pengeboman, dan tembak menembak.
Data tersebut tidak mencakup layanan lain MSF. Contohnya ruang operasi dan ruang jaga darurat. Data ini juga tidak memperhitungkan korban tewas di lokasi serangan. Ini berarti jumlah korban bisa jauh lebih tinggi dari perkiraan.
Staf MSF menemukan fakta mengejutkan. Di dua rumah sakit, hampir 60 persen luka akibat dari senjata peledak. Luka ini sering disertai luka terbuka pada tulang, otot, atau kulit. “Senjata peledak dirancang untuk digunakan di medan perang terbuka,” lanjut laporan tersebut. “Namun, semakin banyak digunakan di wilayah perkotaan.” Tempat penampungan sementara kurang memberikan perlindungan. Orang-orang sering mengungsi ke sana. Namun, tempat itu rentan terhadap efek samping ledakan. Pecahan peluru dan dampak pembakaran sangat berbahaya,” seperti dilansir dari laman middleeasteye.net.
Serangan Israel di Gaza telah menewaskan hampir 63.000 warga Palestina. Sekitar setengahnya adalah wanita dan anak-anak. Angka ini berdasarkan Kementerian Kesehatan Palestina. Banyak organisasi dan pemerintah internasional menggambarkan hal ini sebagai genosida.
Dari semua pasien rawat jalan yang dirawat, hampir di ujungnya adalah anak-anak. Mereka berusia di bawah 15 tahun. Sepertiga lainnya adalah perempuan. Data ini dikumpulkan sebelum blokade total Israel. Blokade itu menghentikan pasokan makanan dan bantuan medis.
Runtuhnya Sistem Kesehatan dan Kebutuhan Mendesak
Bahkan sebelum blokade, staf MSF melaporkan kekurangannya. Mereka tidak memiliki persediaan dan peralatan penting yang sangat penting untuk merawat luka-luka kompleks. Hampir seperlima pasien mengalami luka menular. Ini terjadi saat mereka pertama kali datang ke pusat kesehatan.
“Di salah satu fasilitas kesehatan MSF, tingkat infeksi luka mencapai 28 persen,” kata laporan itu. Ini menunjukkan betapa parahnya situasi. Sistem layanan kesehatan Gaza telah hancur. Konflik antara Israel dan Hamas adalah penyebabnya. Separuh dari 36 rumah sakit telah tutup. Kemudian tercatat lebih dari 1.500 tenaga kesehatan Palestina telah terbunuh.
MSF menyatakan kekerasan militer Israel telah menyebabkan “kerusakan fisik dan mental.” Kerusakan ini dapat melumpuhkan sistem kesehatan terbaik di dunia. Konflik ini terus berlanjut dalam kondisi kemanusiaan. Dunia harus bertindak cepat.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
