Opinion
Beranda » Berita » Bahagia Itu Ketika Bisa Makan Apa Saja Tanpa Takut Kolesterol

Bahagia Itu Ketika Bisa Makan Apa Saja Tanpa Takut Kolesterol

Bahagia Itu Ketika Bisa Makan Apa Saja Tanpa Takut Kolesterol

Bahagia Itu Ketika Bisa Makan Apa Saja Tanpa Takut Kolesterol.

 

Bahagia itu sederhana. Kadang bukan soal punya banyak harta, jabatan tinggi, atau perjalanan mewah ke luar negeri. Bahagia bisa hadir dari hal-hal kecil yang mungkin sering kita anggap sepele, misalnya bisa makan apa saja yang kita suka tanpa harus mikirin kolesterol.

Pentingnya Keseimbangan

Bayangkan betapa nikmatnya duduk di meja makan, di depan kita terhidang sate padang yang gurih, rendang yang kaya rempah, gulai kambing yang aromanya menggoda, atau bahkan sekadar gorengan hangat yang kriuk. Semua bisa kita santap dengan penuh tawa, tanpa ada rasa was-was di kepala, “Aduh, ini kolesterol naik nggak ya?” atau “Waduh, habis ini pasti tensi melonjak.”

Sayangnya, bagi banyak orang, terutama yang sudah memasuki usia 30 tahun ke atas, kesehatan tubuh menjadi salah satu “alarm” yang membuat kita harus lebih berhati-hati dalam memilih makanan. Kolesterol, gula darah, asam urat, dan tekanan darah seolah menjadi daftar panjang yang mengiringi setiap kali kita hendak menikmati hidangan favorit.

Generasi Sandwich dan Birrul Walidain: Mengurai Dilema dengan Solusi Langit

Di sinilah pentingnya keseimbangan. Kita semua tahu bahwa hidup tanpa menikmati makanan favorit itu rasanya hampa. Namun kita juga tidak bisa memungkiri bahwa menjaga kesehatan adalah investasi jangka panjang. Jadi, apakah mungkin tetap bisa makan apa saja yang kita suka tanpa takut kolesterol? Jawabannya: mungkin, asal kita punya gaya hidup yang sehat.

Salah satu kunci utamanya ada pada olahraga

Tubuh manusia pada dasarnya diciptakan untuk bergerak. Ketika kita rajin berolahraga, metabolisme tubuh menjadi lebih baik, pembakaran lemak lebih optimal, dan peredaran darah pun lancar. Dengan begitu, tubuh lebih siap menerima berbagai jenis makanan tanpa harus langsung “protes” dalam bentuk kolesterol tinggi atau penyakit lainnya.

Olahraga tidak selalu harus berat. Kita bisa mulai dari hal-hal ringan seperti jalan kaki 30 menit setiap hari, bersepeda, berenang, atau sekadar melakukan senam ringan di rumah. Konsistensi jauh lebih penting dibanding intensitas sesaat.

Maka tidak salah kalau ada yang bilang: “Makanlah sesukamu, tapi jangan lupa bayar dengan olahraga.”
Itulah tiket menuju kebahagiaan yang sederhana: makan enak tanpa dihantui rasa. bersalah atau ancaman penyakit.

Jadi, bahagia itu ketika kita bisa seimbang—menikmati makanan favorit, tapi juga disiplin menjaga tubuh agar tetap sehat. Karena pada akhirnya, makanan enak hanya akan terasa nikmat kalau tubuh kita juga dalam keadaan sehat. Pertanyaannya, apa definisi bahagia versi kamu #makanyaolahraga #genfit #hidupsehat #bahagia

Hidup Lambat (Slow Living) ala Rasulullah: Menemukan Ketenangan di Kitab Nawawi

 

 

 


Lakukan yang terbaik, serahkan hasilnya pada Allah, dan jangan biarkan kesedihan berlarut-larut menguasai hati.

Hidup adalah rangkaian ujian dan perjuangan. Setiap hari kita dihadapkan pada pilihan, tantangan, bahkan hal-hal yang di luar kendali kita. Dalam kondisi seperti itu, sering kali hati manusia diliputi rasa cemas, khawatir, dan kesedihan yang berlebihan. Padahal, Islam telah memberikan pedoman yang sangat indah: lakukan yang mampu kita lakukan, kemudian serahkan hasilnya kepada Allah Ta’ala.

Kalimat di atas mengingatkan kita:

Riyadus Shalihin dan Fenomena FOMO: Mengapa Kita Takut Tertinggal?

“Tugas kita hanya berdoa dan berusaha. Sedangkan hal yang di luar kemampuan kita, kita serahkan pada Allah. Jangan terlalu dipikirkan, apalagi bersedih.”

Inilah inti dari tawakal. Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan bersungguh-sungguh melakukan yang terbaik, lalu menyerahkan hasilnya kepada Sang Pemilik Takdir.

1. Doa dan Usaha: Dua Sayap Kehidupan

Doa adalah senjata mukmin. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Doa adalah inti ibadah.” (HR. Tirmidzi)

Tanpa doa, manusia seakan berjalan tanpa arah, mengandalkan kekuatan diri yang sangat terbatas. Sedangkan usaha adalah wujud nyata kesungguhan kita. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka berusaha mengubah keadaan dirinya sendiri (QS. Ar-Ra’d: 11).

Keduanya harus berjalan seimbang: doa tanpa usaha hanyalah angan-angan, usaha tanpa doa hanyalah kesombongan.

2. Menyerahkan yang di Luar Kendali

Kita tidak bisa mengendalikan semua hal: rezeki, hasil kerja, kesehatan, bahkan takdir kehidupan. Jika kita terus memikirkan hal-hal di luar jangkauan, hati kita akan lelah, pikiran kacau, dan jiwa gelisah.
Oleh karena itu, Islam mengajarkan untuk menyerahkan perkara tersebut kepada Allah. Inilah makna sejati dari kalimat: “Hasbunallahu wa ni‘mal wakil” – Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Dia sebaik-baik pelindung.

Jangan Terlalu Dipikirkan, Apalagi Bersedih

Sering kali manusia larut dalam bayangan masa depan yang belum tentu terjadi, atau tenggelam dalam penyesalan masa lalu yang tak bisa diubah. Padahal hidup sejatinya adalah hari ini. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Seandainya engkau bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Allah akan memberi rezeki kepadamu sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung; ia pergi pagi dalam keadaan lapar, lalu kembali sore dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi)

Artinya, cukup lakukan bagian kita dengan ikhtiar terbaik, lalu percayakan sisanya kepada Allah. Hati pun menjadi lebih lapang, hidup lebih ringan, dan jiwa lebih tenang.

Penutup. Mari jadikan prinsip ini sebagai pegangan hidup

Jangan berhenti berdoa, karena doa adalah hubungan langsung kita dengan Allah.
>Jangan malas berusaha, karena usaha adalah bukti kesungguhan kita.
>Jangan terlalu larut dalam hal yang di luar kendali, karena Allah yang Maha Mengatur segalanya.

Dengan doa, usaha, dan tawakal, insya Allah hidup kita akan penuh keberkahan, hati kita lebih tenang, dan langkah kita lebih mantap. (Tengku Iskandar, M.Pd)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement