Kisah
Beranda » Berita » Kisah Abu Hurairah dan Pencuri: Ketika Ilmu Mengalahkan Amarah

Kisah Abu Hurairah dan Pencuri: Ketika Ilmu Mengalahkan Amarah

Ilustrasi

SURAU.CO – Abu Hurairah RA dikenal sebagai sahabat Nabi yang memiliki cinta luar biasa kepada Rasulullah SAW. Kecintaannya tidak hanya dalam bentuk kesetiaan, tetapi juga dalam semangatnya mencari ilmu. Para sahabat bahkan memberinya gelar Abu Hurairah (bapak kucing kecil). Julukan ini muncul karena ia selalu mengikuti Rasulullah SAW. Ia bagaikan anak kucing yang tak pernah jauh dari tuannya. Ia melakukannya agar bisa terus menimba ilmu dari Rasulullah SAW. Karena itu, wajar jika ia menjadi sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits.

Kisah Abu Hurairah dan pencuri ini menjadi salah satu bukti kecintaannya pada ilmu. Peristiwa ini juga mengajarkan kita tentang keutamaan sebuah ayat Al-Qur’an yang agung.

Tugas Menjaga Baitul Mal dan Pertemuan Pertama

Suatu ketika, Rasulullah SAW menugaskan Abu Hurairah untuk menjaga baitul mal (kas negara). Selama beberapa malam, ia melaksanakan amanah tersebut dengan penuh tanggung jawab. Pada suatu malam, datang seorang tak dikenal. Orang itu mencoba mencuri harta umat Islam dari baitul mal. Dengan kesigapannya, Abu Hurairah berhasil menangkap pencuri itu.

Abu Hurairah berniat melaporkan pencuri tersebut kepada Rasulullah SAW untuk dihukum. Namun, pencuri itu memohon belas kasihan. “Tolong, jangan bawa aku kepada Rasulullah,” katanya. “Maafkan dan lepaskanlah aku kali ini. Aku orang miskin dengan beberapa anak yang kelaparan. Aku tidak punya pilihan lain selain mencuri untuk memberi makan mereka.” Hati Abu Hurairah luluh mendengar pengakuan itu. Ia pun melepaskannya.

Keesokan paginya, Abu Hurairah menceritakan kejadian semalam kepada Rasulullah SAW. Setelah mendengar ceritanya, Rasulullah SAW bersabda, “Dia adalah pembohong, nanti malam dia akan datang lagi untuk mencuri.”

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Kebohongan Terungkap dan Pertemuan Kedua

Pada malam berikutnya, Abu Hurairah kembali berjaga dengan kewaspadaan penuh. Benar seperti sabda Nabi, pencuri itu datang kembali untuk mengulangi perbuatannya. Abu Hurairah yang sudah siaga dengan sigap menangkapnya lagi. “Kali ini aku tidak akan melepaskanmu. Aku akan membawamu kepada Rasulullah,” tegas Abu Hurairah.

Mendengar itu, pencuri tersebut kembali ketakutan. Ia memohon, “Tolong maafkan saya untuk yang terakhir kalinya. Mulai hari ini saya berjanji tidak akan mencuri lagi.” Rasa kasihan kembali menyelimuti hati Abu Hurairah, sehingga ia melepaskannya untuk kedua kali.

Ketika pagi tiba, ia kembali melapor kepada Rasulullah SAW. Reaksi Nabi pun sama, “Dia adalah pembohong, nanti malam dia pasti datang lagi.”

Pertemuan Ketiga dan Rahasia Ayat Kursi

Pada malam ketiga, Abu Hurairah telah membulatkan tekadnya. Ia tidak akan tertipu lagi. “Kali ini aku benar-benar tidak akan melepaskanmu,” gumamnya dalam hati.

Seperti yang perkiraan, pencuri itu benar-benar muncul setelah lewat tengah malam. Abu Hurairah langsung menangkapnya dan memegangnya dengan sangat kuat. Pencuri itu meronta sekuat tenaga, namun cengkeraman Abu Hurairah jauh lebih erat. “Sekarang aku akan membawamu kepada Rasulullah untuk memperoleh hukuman!” serunya.

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

Dalam keadaan terdesak, pencuri itu memberikan sebuah tawaran. “Maukah engkau melepaskan saya? Sebagai imbalannya, saya akan mengajarkanmu suatu kalimat. Jika engkau membacanya ketika akan tidur, maka Allah pasti menjagamu sampai pagi. Setan juga tidak akan bisa mengganggumu.”

Tawaran ilmu ini membuat Abu Hurairah tertarik. Ia pun melepaskannya dan bertanya, “Kalimat apakah itu?” Pencuri itu menjelaskan, “Kalimat itu adalah Ayat Kursi. Jika engkau membacanya saat akan tidur, Allah akan menjagamu sampai pagi dan setan tidak akan bisa memasukimu.”

Penjelasan Rasulullah dan Hikmah Berharga

Keesokan harinya, Abu Hurairah kembali menceritakan seluruh kejadian kepada Rasulullah SAW. Ia menjelaskan bahwa ia melepas pencuri itu karena diajari sebuah kalimat yang sangat berharga. Rasulullah SAW tersenyum dan berkata, “Kali ini pencuri itu berkata benar, sekalipun dia tetap pembohong.” Nabi kemudian bertanya, “Tahukah engkau siapa pencuri itu?” Abu Hurairah menjawab, “Saya tidak tahu ya Rasulullah.” Rasulullah menjelaskan bahwa yang datang kepadanya selama tiga malam itu adalah setan.

Dari kisah Abu Hurairah dan pencuri ini, kita dapat memetik beberapa pelajaran penting:

Pertama, keutamaan Ayat Kursi. Setan sendiri mengakui bahwa siapa pun yang membaca Ayat Kursi sebelum tidur akan berada dalam perlindungan Allah SWT hingga pagi. Setan tidak akan bisa mendekati dan mengganggunya.

Penaklukan Thabaristan: Merebut Negeri Kapak Persia di Masa Utsmaniyah

Kedua, kejujuran dalam nama Allah. Setan, makhluk yang paling durhaka, tidak berani berbohong atas nama Allah. Namun, sebagian manusia justru berani melakukannya. Mereka bahkan bersumpah palsu dengan nama-Nya. Allah SWT berfirman:

Artinya: “Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Munafiqun: 2)

Ketiga, objektivitas dalam menuntut ilmu. Abu Hurairah menunjukkan sikap seorang pencinta ilmu sejati. Ia tidak melihat siapa yang membawa kebenaran. Ia bersedia menerima ilmu bahkan dari seorang pencuri yang merupakan jelmaan setan. Sikap ini sejalan dengan perkataan Imam Ali bin Abi Thalib kw., “Perhatikanlah apa yang disampaikan seseorang kepadamu, dan jangan kamu lihat siapa yang menyampaikannya.”

Keempat, cinta pada ilmu mengalahkan amarah. Amarah Abu Hurairah kepada si pencuri seketika mereda ketika ia ditawari ilmu. Sikap mulia ini juga pernah ditunjukkan oleh Nabi Sulaiman AS. Amarahnya yang besar kepada burung hud-hud yang menghilang menjadi lunak ketika burung itu datang membawa sebuah informasi penting yang belum ia ketahui, seperti yang diceritakan dalam Al-Qur’an:

Artinya: “Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.” (QS. An-Naml: 22)

Kisah Abu Hurairah dan pencuri ini akan selalu relevan. Ia mengajarkan kita untuk selalu waspada terhadap tipu daya setan, memegang teguh amalan pelindung seperti Ayat Kursi, dan yang terpenting, mendahulukan kecintaan terhadap ilmu di atas segalanya.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement