Cinta Alam, Cinta Kehidupan: Menggenggam Amanah sebagai Khalifah di Bumi.
“Tidak ada satu pun daun yang gugur kecuali Allah mengetahuinya.” — QS. Al-An’am: 59
Alam adalah ayat-ayat Allah yang terbentang. Pepohonan, sungai, burung-burung, hujan, dan angin adalah makhluk-makhluk Allah yang senantiasa bertasbih. Menyayangi alam adalah bentuk cinta pada kehidupan, karena kehidupan yang sejati tak bisa terlepas dari keseimbangan ekosistem yang Allah titipkan pada manusia sebagai khalifah fil ardh (wakil Allah di muka bumi alam semesta).
Mengapa Mencintai Alam adalah Bagian dari Iman?
Dalam Islam, cinta kepada alam bukan sekadar tren “go green”, melainkan bagian dari ibadah. Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang. Dan salah satu cabang iman adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.”
(HR. Muslim)
Hadits ini memberi isyarat: menjaga kebersihan, tidak merusak lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, semuanya bagian dari manifestasi iman.
Manusia dan Amanah Ekologis
Allah menciptakan bumi dengan penuh keseimbangan (al-mīzān), dan melarang manusia merusaknya.
> “Dan janganlah kamu merusak di bumi setelah (Allah) memperbaikinya…” — Quran Surah qs. Al-A’raf: 56
Ketika kita menebang pohon sembarangan, mencemari air, membuang plastik ke laut, kita sedang merusak sistem kehidupan yang Allah ciptakan dengan penuh kebijaksanaan.
Cinta Alam, Awal dari Cinta Kehidupan
Apa yang dimaksud dengan cinta kehidupan? Yakni mencintai keberlangsungan makhluk, memberi manfaat, menebar maslahat, merawat kehidupan, dan hidup dalam harmoni.
Karena itu, anak-anak yang sejak dini diajarkan untuk mencintai tanaman, menyayangi hewan, tidak menyakiti lingkungan, sejatinya sedang dibimbing untuk menjadi manusia rahmah — pembawa kasih sayang bagi semesta.
Sebagaimana Nabi Muhammad ﷺ yang digelari:
> “Rahmatan lil ‘alamin” – Rahmat bagi seluruh alam.
Langkah-langkah Kecil yang Bernilai Besar
Cinta kepada alam bukan hanya tentang proyek besar penghijauan. Ia dimulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil yang bisa dilakukan siapa saja:
Tidak membuang sampah sembarangan.
Hemat air dan listrik.
Menanam satu pohon atau tanaman obat.
Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Memberi makan burung atau kucing jalanan.
Menyirami tanaman sebagai sedekah sunyi.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
> “Sungguh, seorang laki-laki melihat seekor anjing kehausan, lalu ia mengambil air dengan sepatunya dan memberinya minum. Maka Allah mengampuni dosanya.” (Hadist Riwayat hr. Bukhari & Muslim)
Ini bukan sekadar cerita kebaikan kecil, tapi pelajaran akidah tentang cinta dan welas asih kepada makhluk Allah.
Pendidikan Cinta Alam di Lembaga Islam
Sudah saatnya pesantren, sekolah Islam, dan komunitas dakwah membangun budaya “cinta alam” sebagai bagian dari pendidikan akhlak. Menanam pohon bisa menjadi bagian dari program Amal Yaumi. Membuat taman hijau bisa menjadi proyek gotong royong. Bahkan lomba puisi atau kaligrafi tentang alam bisa menjadi ruang kreatif Islami.
Menjaga Alam, Menjaga Kehidupan
Cinta kepada alam adalah investasi jangka panjang yang tidak hanya menyelamatkan ekosistem, tapi juga menyelamatkan hati manusia dari kerakusan dan egoisme.
> “Sesungguhnya dunia ini hijau dan indah. Dan Allah menjadikan kalian sebagai pengelolanya (khalifah). Maka berhati-hatilah terhadap dunia dan wanita.” (Hadist Riwayat Muslim)
Hijau dan indah, tapi juga penuh tanggung jawab. Karena itulah, siapa pun yang mencintai alam dengan benar, insya Allah akan mencintai kehidupan dengan tulus.
Mari tumbuhkan rasa cinta kepada bumi, bukan karena sekadar wacana lingkungan, tapi karena ia adalah bagian dari ibadah dan penghambaan kita kepada Rabbul ‘Alamin. (Tengku Iskandar, M. Pd)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.