Perhiasan Dunia Terbaik: Perjuangan Menjadi Istri Saleha
SURAU.CO – Dalam bingkai ajaran Islam yang agung, posisi seorang istri memiliki kedudukan yang sangat mulia dan strategis. Ia bukanlah sekadar pendamping hidup bagi suaminya. Lebih dari itu, ia adalah seorang manajer andal bagi rumah tangganya. Kemudian, Ia adalah pendidik pertama dan utama bagi generasi penerus. Serta, ia adalah sumber ketenangan jiwa bagi pasangannya. Sebuah pepatah bijak sering kita dengar. Di balik setiap pria yang hebat, seringkali berdiri seorang istri yang saleha. Selain itu, Ia juga menjadi penopang utama dalam suka, dan menjadi penguat terkokoh di kala duka.
Menjadi istri yang saleha bukanlah pencapaian yang diukur dari standar duniawi semata. Kecantikan fisik atau kepandaian merangkai kata tidak menjadi tolok ukur utamanya. Sebaliknya, kemuliaan itu terpancar dari kedalaman takwanya kepada Allah SWT. Ia tecermin dari kesetiaan dan baktinya kepada suami. Dan ia terbukti melalui keikhlasan yang tulus dalam memikul setiap amanah rumah tangga yang dipercayakan kepadanya.
Keutamaan Istri Saleha: Anugerah Terindah di Dunia
Rasulullah ﷺ, dalam sebuah hadisnya yang sangat masyhur, memberikan sebuah perumpamaan yang luar biasa indah. Beliau menempatkan wanita saleha pada posisi yang sangat tinggi. Beliau bersabda:
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang saleha.” (HR. Muslim)
Sebagai penulis, saya merenungi hadis ini dengan takjub. Rasulullah tidak menyamakannya dengan emas atau permata. Kemudian, beliau menyebutnya sebagai sebaik-baik perhiasan. Ini berarti nilainya melampaui segala kemewahan materi yang ada di dunia. Kehadirannya membawa ketenangan yang tidak terbeli. Ia juga mendatangkan keberkahan yang tak ternilai. Serta, ia menjadi sebab turunnya rahmat Allah yang melingkupi seluruh isi rumah. Dengan demikian, Ia adalah anugerah terbesar yang dapat dimiliki seorang pria.
Potret dan Ciri Khas Istri yang Saleha
Karakter saleha bukanlah sesuatu yang abstrak. Ia dapat dikenali melalui ciri-ciri khas yang tecermin dalam sikap dan perbuatan sehari-hari.
1. Ketaatan kepada Allah sebagai Prioritas Utama
Fondasi utama dari kesalehan seorang istri adalah ketaatannya kepada Sang Pencipta. Ia senantiasa menjaga ibadah wajibnya dengan baik. Ia berusaha menjalankan perintah agama dengan sungguh-sungguh. Serta, ia menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh kesadaran. Ia memahami sebuah prinsip penting. Ketaatannya kepada suami adalah bagian dari ibadahnya kepada Allah. Namun, ketaatan ini memiliki batasan yang jelas. Ia tidak akan pernah taat pada perintah suami yang bertentangan dengan perintah Allah.
2. Ketaatan dan Penghormatan kepada Suami
Besarnya hak suami atas istrinya digambarkan secara kuat dalam sebuah hadis. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika aku boleh menyuruh seseorang sujud kepada selain Allah, niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi)
Hadis ini bukanlah perintah untuk bersujud. Namun, ia adalah sebuah kiasan yang menunjukkan betapa agungnya kedudukan dan hak seorang suami. Istri yang saleha menerjemahkan ini ke dalam bentuk penghormatan. Ia mendengarkan nasihat suaminya dengan saksama. Lalu, Ia tidak membantah dengan perkataan yang kasar. Ia juga senantiasa berusaha untuk tampil menyenangkan di hadapan suaminya. Maka dari itu, ini bukan tentang subordinasi, melainkan tentang harmoni dalam sebuah kepemimpinan.
3. Penjaga Kehormatan Diri dan Keluarga
Istri yang saleha adalah penjaga terpercaya. Saat suami berada di luar rumah, ia menjaga kehormatan dirinya dengan sangat baik. Ia tidak akan membuka auratnya kepada yang tidak berhak. Ia menjaga pandangannya dari hal-hal yang haram. Kemudian, Ia juga menjauhi pergaulan yang dapat menimbulkan fitnah. Lebih dari itu, ia adalah penjaga rahasia dan aib rumah tangga. Lisannya terkunci rapat dari menceritakan keburukan suami atau masalah keluarga kepada orang lain.
4. Sumber Ketenangan dan Penyemangat Suami
Dunia di luar rumah seringkali keras dan melelahkan bagi seorang suami. Oleh karena itu, istri yang saleha menjadikan dirinya sebagai oase. Ia adalah tempat suaminya menemukan keteduhan. Ia tidak hanya menjadi pendamping di saat lapang. Justru, ia menjadi penyemangat terdepan di saat sempit. Ia mendoakan suaminya dalam sunyi. Ia memberikan nasihat dengan tutur kata yang lembut. Ia juga tidak memperkeruh suasana dengan rentetan keluhan yang berlebihan.
5. Pribadi yang Penuh Kesabaran dan Keikhlasan
Tidak ada rumah tangga yang bebas dari ujian. Pastinya, akan ada riak dan gelombang yang datang silih berganti. Di sinilah kesabaran seorang istri mendapat ujian. Ia tidak mudah mengeluh atas kekurangan yang ada. Sebaliknya, ia menjalaninya dengan penuh kesabaran. Ia ikhlas dalam menjalankan perannya sehari-hari. Baik dalam mengurus pekerjaan rumah, mendidik anak-anak, maupun dalam melayani kebutuhan suaminya. Ia yakin setiap tetes keringatnya bernilai ibadah.
Langkah-Langkah Konkret Menuju Kesalehan
Menjadi istri saleha adalah sebuah proses. Ia adalah perjalanan yang membutuhkan usaha dan komitmen berkelanjutan.
-
Teruslah Menuntut Ilmu Agama
Ilmu adalah pelita yang menerangi jalan. Seorang istri harus terus belajar untuk memperbaiki diri. Ia sadar bahwa untuk menjadi lebih baik, ia perlu memahami agamanya dengan benar. Lalu, ikutilah kajian ilmu secara rutin. Bacalah buku-buku yang bermanfaat.Kemudian, jangan ragu untuk bertanya kepada guru yang tepercaya. -
Perkuat Hubungan Vertikal dengan Allah
Kualitas hubungan dengan suami dan keluarga sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan dengan Allah. Oleh karena itu, perbaikilah shalat. Perbanyaklah zikir dan doa. Dekatkan diri kepada Allah, maka Allah akan memudahkan segala urusan rumah tangganya. -
Jadilah Teladan Terbaik dalam Akhlak
Anak-anak belajar paling banyak dari apa yang mereka lihat. Maka, jadilah teladan dalam kelembutan, kejujuran, dan sifat pemaaf. Sikap yang rendah hati dan santun akan memikat hati suami sekaligus mendidik anak-anak tanpa perlu banyak berkata-kata. -
Bangun Komunikasi yang Sehat dengan Suami
Tidak semua masalah harus dihadapi dengan emosi. Istri yang saleha mampu berdialog dengan baik. Ia bisa menyampaikan pendapatnya dengan cara yang bijak. Ia juga berusaha memahami kondisi dan tekanan yang sedang dihadapi suaminya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
