Masjid Sejarah
Beranda » Berita » Masjid Perak Kotagede: Jejak Perjuangan dan Modernisme Islam di Jantung Mataram

Masjid Perak Kotagede: Jejak Perjuangan dan Modernisme Islam di Jantung Mataram

Masjid Perak Kotagede (Foto/ areajogja.wordpress.com)

SURAU.CO – Di tengah denyut kawasan Kotagede yang bersejarah, berdirilah sebuah bangunan megah yang menjadi saksi bisu berbagai babak penting perjalanan bangsa. Masjid Perak Kotagede, yang beralamat di Jalan Mondorakan, bukan sekadar tempat ibadah. Ia adalah monumen perjuangan, pusat gerakan pembaruan Islam, dan simbol kemandirian umat yang riwayatnya terukir sejak era pra-kemerdekaan. Sejarahnya yang kaya menjadikannya salah satu tengara modernisme Islam yang paling berpengaruh di Yogyakarta.

Akar Pembaruan: Latar Belakang Pendirian Masjid

Pada awal abad ke-20, semangat pembaruan Islam  oleh Muhammadiyah mulai beresonansi kuat di Kotagede. Organisasi yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan ini menumbuhkan benih-benih modernisme, termasuk gagasan untuk memurnikan praktik keagamaan dari unsur-unsur yang -menurut Muhammadiyah- tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Kala itu, pusat kegiatan keagamaan masyarakat adalah Masjid Gedhe Mataram, peninggalan Panembahan Senopati. Lokasi masjid ini yang menyatu dengan kompleks makam raja-raja Mataram membuatnya sering menjadi lokasi ritual yang oleh kaum modernis menganggapnya sebagai sinkretisme. Selain itu, penggunaan Masjid Gedhe Mataram memerlukan izin birokratis yang rumit dari Keraton Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

Kondisi ini mendorong para ulama dan tokoh Muhammadiyah setempat untuk memprakarsai pembangunan masjid baru. Mereka mendambakan sebuah pusat dakwah yang mandiri, bebas dari aturan birokratis keraton, dan menjadi benteng purifikasi akidah. Gagasan inilah yang melahirkan Masjid Perak sebagai wujud kemerdekaan umat dalam berpikir dan beribadah.

Dua Tafsir di Balik Nama “Perak”

Nama “Perak” yang melekat pada masjid ini seringkali memicu perdebatan menarik mengenai asal-usulnya. Terdapat dua pandangan utama yang sama-sama memiliki akar sejarah yang kuat.

Mustafa Kemal Ataturk: Modernisasi dan Perkembangan Islam Modern

Pandangan pertama mengaitkan nama tersebut dengan komoditas utama yang menghidupkan perekonomian Kotagede pada era 1930-an: kerajinan perak. Saat dunia terjadi depresi ekonomi, industri perak Kotagede justru mencapai puncak kejayaannya. Para pengusaha dan perajin perak menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat. Dengan kemakmuran tersebut, mereka menjadi donatur utama dalam pembangunan masjid. Sumbangsih besar dari komunitas perak inilah yang menginspirasi nama masjid.

Namun, ada tafsir lain yang lebih filosofis. Para santri dan beberapa sejarawan berpendapat bahwa “Perak” merupakan adaptasi fonetik dari kata Arab “Firoq” (فِرَاق) yang berarti “pemisah” atau “pembeda”. Makna ini merefleksikan semangat pendirian masjid sebagai garis pemisah yang tegas. Ia memisahkan kaum reformis dari ikatan tradisi dan kekuasaan keagamaan lama. Masjid ini menjadi simbol pembebasan umat dari pemikiran yang dianggap jumud dan praktik ibadah yang telah bercampur dengan adat.

Gotong Royong Membangun Rumah Tuhan

Pembangunan Masjid Perak mulai pada tahun 1937 di atas tanah wakaf seluas 400 meter persegi. Prosesnya merupakan cerminan nyata dari semangat gotong royong masyarakat. Tiga ulama kharismatik, yaitu KH Mudakir, KH Amir, dan KH Muhsin, menjadi pemrakarsa sekaligus donatur utama. KH Mudzakir sendiri merupakan ayah dari Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakir, seorang tokoh penting Muhammadiyah yang kelak menjadi anggota BPUPKI.

Para pengusaha menyumbangkan harta mereka untuk pembebasan lahan dan material bangunan. Masyarakat lainnya menyumbangkan tenaga dan keahlian, mulai dari mengukir hingga pekerjaan konstruksi. Buku karya Mitsuo Nakamura mencatat peran penting para perempuan Kotagede yang aktif mengumpulkan dana dan menjadi inti tatanan ekonomi saat itu. Berkat kerja kolektif ini, bangunan masjid selesai pada tahun 1939 dan resmi untuk digunakan beribadah pada 12 Januari 1940.

Benteng Perjuangan di Era Revolusi

Memasuki era revolusi fisik, Masjid Perak bertransformasi menjadi markas perjuangan. Halamannya menjadi saksi bisu pembekalan dan pelepasan Laskar Hizbullah/Sabilillah. Di bawah komando Drs. H. Zubaidi Bajuri, para pejuang ini mengumandangkan takbir sebelum berangkat ke garis depan untuk melawan tentara NICA. Masjid ini tidak hanya menjadi pusat spiritual, tetapi juga sumber kobaran semangat jihad mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Peran Pemikiran Al-Farabi; Pencerahan Filsafat Yunani dan Barat

Andilnya terus berlanjut hingga akhir era Orde Lama. Saat terjadi konflik politik yang melibatkan PKI, para aktivis Masjid Perak turut serta menjaga persatuan bangsa. Masjid ini menjadi pusat pembinaan bagi para pemuda Islam, membekali mereka dengan wawasan keislaman dan ilmu bela diri untuk menghadapi tantangan zaman.

Kebangkitan dari Reruntuhan dan Wajah Baru

Bencana gempa bumi dahsyat yang melanda Yogyakarta pada 27 Mei 2006 menyebabkan kerusakan parah pada bangunan Masjid Perak. Sebagai bangunan cagar budaya, kerusakannya sangat serius hingga membahayakan lingkungan sekitar dan mengambil keputusan untuk merenovasi total bangunan ini.

Pada 15 Februari 2009, bangunan lama dirobohkan sebagai penanda dimulainya pembangunan kembali. Dengan tetap mempertahankan desain asli sebagai penghormatan terhadap nilai sejarahnya, masjid ini dibangun ulang dengan struktur yang lebih kokoh. Proses pembangunan akhirnya rampung dan diresmikan kembali oleh Ketua PP Muhammadiyah saat itu, Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin, pada 31 Januari 2013.

Kini, Masjid Perak berdiri dengan anggun, melanjutkan semangat perjuangan dan pembaruannya. Di sampingnya, telah berdiri sebuah sekolah di atas tanah wakaf, menjadi sarana untuk membina generasi muda Islam. Masjid Perak Kotagede tetap menjadi landmark penting, sebuah pengingat abadi akan sejarah panjang pergerakan Islam modernis di tanah Mataram.

Kitab Taisirul Kholaq: Terobosan Pembelajaran Akhlak Metode Salafiyah

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement