Sosok
Beranda » Berita » Harun al-Rashid: Khalifah Legendaris Pembawa Zaman Keemasan Islam

Harun al-Rashid: Khalifah Legendaris Pembawa Zaman Keemasan Islam

SURAU.CO – Nama Harun al-Rashid menggema dalam sejarah sebagai salah satu pemimpin terbesar di dunia. Ia adalah Khalifah terkemuka dari Baghdad yang kepemimpinannya menandai puncak peradaban Islam. Pemerintahannya menciptakan periode paling cemerlang dalam sejarah Muslim di Asia. Sosoknya begitu ikonik hingga melegenda dalam karya sastra dunia. Sebagaimana dicatat oleh Ameer Ali, “Kisah-kisah 1001 Malam telah meminjam nama Khalifah yang berjalan-jalan di jalanan Baghdad di malam hari untuk melenyapkan ketidakadilan dan membebaskan yang tertindas dan miskin.”

Awal Kehidupan dan Kenaikan Takhta

Harun al-Rashid lahir di Rayy pada bulan Februari 763 M. Ia merupakan putra dari Mehdi, salah seorang Khalifah dari Dinasti Abbasiyah yang berkuasa. Sejak muda, ia mendapatkan pendidikan terbaik dari seorang mentor berbakat, Yahya bin Khalid dari keluarga Barmakid. Pendidikan ini membentuk karakter dan kecakapannya sebagai pemimpin masa depan.

Pada September 786 M, di usia 23 tahun, Harun al-Rashid naik takhta. Ia menggantikan saudaranya, Hadi, sebagai Khalifah Abbasiyah kelima. Langkah pertamanya sebagai pemimpin adalah menunjukkan kebijaksanaannya dalam memilih pembantu. Ia menunjuk gurunya, Yahya Barmaki, sebagai Perdana Menteri. Selama 17 tahun berikutnya, Yahya dan keempat putranya menjadi pilar utama pemerintahan. Mereka membantu Harun menjalankan kekhalifahan dengan kekuatan penuh dan visi yang jauh ke depan.

Pemerintahan dan Ekspansi Wilayah

Harun al-Rashid membuktikan kehebatannya baik di masa perang maupun damai. Administrasinya berjalan dinamis dan efisien. Di Afrika Utara, wilayah yang terkenal sebagai “Ifriqiya”, ia memberikan status otonom di bawah pimpinan Ibrahim bin Aghlab. Kebijakan ini menjaga stabilitas di wilayah yang jauh dari pusat kekuasaan.

Di Asia, kekuasaannya terus meluas. Pada tahun 171 H, wilayah Kabul dan Hansar berhasil digabungkan ke dalam Kekhalifahan Abbasiyah. Kerajaannya kini membentang hingga ke pegunungan Hindu Kush di Timur. Ia juga menunjukkan pemahaman strategis yang mendalam. Ia memisahkan daerah rawa-rawa di Asia Kecil dari pemerintahan sipil biasa. Daerah tersebut ditempatkan di bawah kontrol militer langsung untuk menjaga perbatasan. Kota Tarsus di Galicia ia ubah menjadi pangkalan militer yang tangguh.

Kisah Nama Abu Hurairah: Dari Pecinta Kucing Menjadi Penjaga Hadis

Konflik dengan Kekaisaran Bizantium

Gerakan militer terpenting pada masa Harun al-Rashid adalah perlawanannya terhadap Kekaisaran Bizantium. Para penguasa Bizantium kerap berkhianat dan melanggar perjanjian gencatan senjata. Pada tahun 791 M, mereka menginvasi wilayah Muslim dan membatalkan perjanjian yang ada di masa Khalifah Mehdi. Harun segera mengirim pasukan dan berhasil merebut kembali Matarah serta Ancyra. Pasukannya juga menaklukkan kembali Siprus dan menguasai Kreta. Bizantium akhirnya memohon perdamaian dan berjanji membayar upeti, namun janji itu kembali mereka ingkari.

Puncak konflik terjadi beberapa tahun kemudian. Nicephorus merebut takhta Bizantium dan dengan sombong mengirim surat tantangan kepada Khalifah. Harun al-Rashid memberikan balasan yang tegas dan legendaris. Ia menulis, “Dari Harun, Pemimpin orang-orang yang beriman, kepada Nicephorous, anjing Romawi. Aku sudah membaca suratmu, jawabannya akan kamu lihat, bukan kamu dengar.”

Harun membuktikan ucapannya. Pada hari yang sama, ia memimpin pasukannya tanpa henti menuju Heraclea, benteng utama Bizantium. Kaisar Nicephorus yang angkuh mengalami kekalahan telak di kandangnya sendiri. Ia kembali memohon damai, dan Harun lagi-lagi mengabulkannya dengan syarat pembayaran upeti. Meski Kaisar Bizantium melanggar janjinya hingga enam kali, Harun tetap menunjukkan kemurahan hatinya. Pada akhirnya, seluruh Kekaisaran Bizantium tunduk pada kekuasaan Harun, tetapi sang Khalifah bijaksana memilih untuk tidak menaklukkan Konstantinopel.

Fokus pada Kesejahteraan Rakyat

Kebaikan sejati Harun al-Rashid terletak pada usahanya menciptakan perdamaian dan kemakmuran. Kesejahteraan rakyat menjadi perhatian utamanya. Ia terkenal sering menyamar dan berkeliling jalanan Baghdad pada malam hari. Ditemani oleh pengawalnya, Masrur, ia mencari sendiri ketidakadilan untuk diluruskan dan penderitaan rakyat untuk diringankan.

Ameer Ali* menulis, “Seorang prajurit dengan insting dan latihan, dia berulang kali turun lapangan, dia sering melintasi wilayah-wilayah kekuasaannya untuk memberantas pelanggaran hukum dan mempelajari kondisi rakyatnya. Dia memeriksa perbatasan dan jalanan serta tak pernah membuang-buang waktunya dengan pekerjaan pemerintahan yang tak bermanfaat.”

KH. Abdullah Umar Al-Hafidz: Sosok Ulama Penjaga Al-Qur’an dari Semarang

Pemerintahannya membangun berbagai fasilitas publik. Mendirikan masjid, akademi, sekolah, rumah sakit, dan apotek di seluruh penjuru negeri. Ia juga membangun tempat peristirahatan kafilah, jalan raya, jembatan, dan bendungan. Semua ini menunjukkan betapa besar perhatiannya pada kemakmuran rakyat.

Permaisuri Zubaida, istri kesayangannya, juga berperan aktif. Ketika ia mengetahui penduduk Mekkah mengalami krisis air, ia membangun Bendungan Zubaida menggunakan hartanya sendiri. Proyek ini memberikan manfaat luar biasa bagi penduduk kota suci tersebut.

Diplomasi dan Akhir Hayat

Wawasan Harun al-Rashid melampaui batas kerajaannya. Ia membangun hubungan diplomatik dengan berbagai negara di Barat dan Timur. Ia adalah khalifah pertama yang menerima utusan dari Tiongkok dan Prancis di istananya. Hadiah sebuah jam air mekanis darinya untuk Raja Charlemagne menjadi benda yang sangat mengagumkan bagi masyarakat Barat saat itu.

Menjelang akhir hayatnya, ia sedang dalam perjalanan untuk menumpas pemberontakan di Khorasan. Namun, penyakit memaksanya berhenti di sebuah desa di Toos. Merasa ajalnya mendekat, ia mengumpulkan kerabatnya dan berpesan, “Semua orang yang muda akan tua, semua yang sudah hadir di dunia akan meninggal Aku memberi kalian tiga petunjuk, tepati janjimu, setialah pada Imam (Khalifah) kalian dan bersatulah di antara kalian.”

Harun al-Rashid wafat dua hari kemudian pada tahun 809 M. Ia meninggalkan warisan pemerintahan yang luar biasa selama 23 tahun 6 bulan. Ameer Ali menyimpulkan, “Istananya paling cemerlang di masanya, para cendekiawan dan orang-orang bijak datang ke istana dari seluruh penjuru dunia dan selalu diperlakukan dengan baik.”

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Encyclopaedia of Islam juga menegaskan warisannya, menyebutkan bahwa “Harun sangat memperhatikan seni dan ilmu pengetahuan, dan istananya yang cemerlang menjadi pusat semua cabang ilmu pengetahuan…dan kemasyhurannya tersebar luas ke Timur dan Barat dengan ‘Kisah-kisah 1001 Malam.'”

_________

*Syed Ameer Ali (1849-1928) adalah seorang ahli hukum, sejarawan, dan negarawan Muslim terkemuka yang memberikan kontribusi signifikan bagi kemajuan politik dan intelektual umat Islam di India Britania. Ia dikenang karena perannya dalam memperjuangkan hak-hak Muslim dan mempromosikan pemikiran Islam modern.

Referensi :

Haque, M. Atiqul, 2007, 100 Pahlawan Muslim yangMengubah Dunia (Terjemahan), Yogyakarta , Diglossia.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement