Opinion
Beranda » Berita » Bertarung Melawan Hawa Nafsu

Bertarung Melawan Hawa Nafsu

Hawa nafsu

BERTARUNG MELAWAN HAWA NAFSU.

Dalam diri setiap manusia, ada satu musuh yang paling dekat namun sering tidak disadari keberadaannya: hawa nafsu. Ia bukan sekadar dorongan keinginan, tapi juga sumber dari banyak keburukan jika tidak dikendalikan. Melawannya bukan pekerjaan sekali jadi, melainkan perjuangan seumur hidup. Inilah jihad terbesar yang disebut Rasulullah ﷺ sebagai “jihad an-nafs”, perjuangan melawan diri sendiri.

Hawa Nafsu: Musuh dari Dalam

Allah ﷻ berfirman:

> “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.”
(QS. An-Nazi’at: 40-41)

Hawa nafsu berasal dari dalam jiwa manusia. Ia mengajak kepada kesenangan dunia, يعبدmenginginkan pujian, kemewahan, kemalasan dalam يعبد, hingga keberanian melakukan maksiat secara terang-terangan. Jika tidak ditekan, ia akan menjadikan seseorang seperti hewan yang hanya mengikuti insting.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Jihad Akbar: Melawan Nafsu

Rasulullah ﷺ ketika pulang dari sebuah peperangan pernah bersabda:

> “Kita telah kembali dari jihad kecil menuju jihad besar.”
Para sahabat bertanya, “Apa jihad besar itu, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Jihad melawan hawa nafsu.”

Mengendalikan nafsu lebih berat dari mengangkat senjata. Mengapa? Karena musuhnya tak terlihat, selalu membisikkan tipu daya, dan sering menyamar dalam bentuk kebaikan semu. Maka para ulama salaf dahulu berkata:

> “Musuh terburukmu adalah nafsumu sendiri yang ada di antara dua rusukmu.”

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Jenis-Jenis Nafsu dalam Pandangan Islam

Para ulama menjelaskan bahwa nafs (jiwa) manusia memiliki tingkatan:

Nafsu Ammarah: Nafsu yang selalu memerintahkan kepada kejahatan. (QS. Yusuf: 53)

Nafsu Lawwamah: Nafsu yang mencela diri ketika berbuat salah. (QS. Al-Qiyamah: 2)

Nafsu Muthma’innah: Nafsu yang tenang, tunduk kepada Allah. (QS. Al-Fajr: 27-30)

Perjuangan kita adalah menaikkan derajat nafsu kita dari tingkatan yang terendah menuju yang tertinggi. Ini hanya bisa tercapai dengan mujahadah dan ketekunan dalam taat.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Cara Bertarung Melawan Hawa Nafsu

Berikut beberapa langkah yang bisa ditempuh:

a. Mengenali Nafsu dan Bisikannya
Pertama-tama, seorang Muslim harus mampu mengenali bentuk bisikan hawa nafsu:

Keinginan berlebihan terhadap makanan, seks, tidur, harta.
Malas beribadah, mudah marah, suka pamer amal.
Suka mengeluh, mudah putus asa, ingin disanjung.
Setiap kali kita terdorong melakukan sesuatu, tanyakan: Apakah ini karena Allah atau karena dorongan nafsu?

b. Meningkatkan Kualitas Ibadah
Ibadah adalah senjata utama melawan nafsu. Puasa, shalat malam, tilawah Al-Qur’an, dan dzikir bisa menundukkan keinginan buruk dari dalam. Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian mampu menikah, maka menikahlah. Namun siapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah perisai baginya.”
(HR. Bukhari & Muslim)

c. Menjaga Lingkungan dan Pergaulan
Lingkungan yang buruk bisa menguatkan nafsu. Sebaliknya, pergaulan dengan orang-orang saleh membantu menenangkan jiwa. Al-Ghazali berkata:

> “Jiwa itu seperti bayi. Bila tidak dididik, ia akan tumbuh liar.”

d. Bersabar dan Konsisten
Allah ﷻ mencintai orang-orang yang sabar dalam menahan diri:

> “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.”
(QS. Al-Ankabut: 69)

Melawan nafsu memerlukan kesabaran jangka panjang. Ada saat kita berhasil, ada saat kita kalah. Namun jangan berhenti berjuang.

e. Muhasabah (Evaluasi Diri)
Setiap malam, sempatkan menilai diri sendiri:

Apakah hari ini aku dikuasai nafsu atau akalku?
Apakah aku lebih banyak taat atau bermaksiat?
Langkah ini penting agar kita terus memperbaiki diri hari demi hari.

Kisah-Kisah Inspiratif dalam Menundukkan Nafsu

Yusuf ‘Alaihissalam
Saat digoda oleh istri Al-Aziz, beliau mampu berkata:

> “Sesungguhnya aku berlindung kepada Allah!” (QS. Yusuf: 23)

Padahal saat itu kondisi sangat mendukung untuk berbuat maksiat, namun rasa takut kepada Allah lebih kuat dari nafsunya.

Umar bin Khattab

Beliau dikenal sangat tegas kepada dirinya sendiri. Bahkan jika tidak melihat perubahan dalam dirinya usai membaca Al-Qur’an atau mendengar nasihat, beliau mencela diri:

> “Apakah engkau tidak takut kepada Allah, wahai Umar?”

Buah Kemenangan atas Hawa Nafsu

Apa hasil jika kita menang melawan nafsu?
Hati menjadi tenang dan lapang.
Ibadah terasa ringan dan nikmat.
Hubungan dengan sesama lebih sehat.
Hidup penuh barakah dan kebahagiaan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Orang kuat itu bukan yang menang dalam gulat, tapi orang kuat adalah yang mampu menahan amarahnya.”

Penutup: Jadilah Pejuang Nafsu

Kemenangan terbesar bukanlah saat memenangkan turnamen atau menguasai kekayaan dunia, tetapi ketika seseorang berhasil menundukkan hawa nafsunya demi taat kepada Allah.

Maka mari kita berjuang setiap hari:

Bangkit lebih pagi untuk tahajjud.
Menahan lidah dari ghibah dan dusta.
Menahan mata dari pandangan haram.
Menahan tangan dari yang bukan hak.
Menahan hati dari iri dan riya.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam golongan:

> “…Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.”
(QS. An-Nazi’at: 40-41)

Aamiin. Penyuluh Agama Islam – Aktivis Dakwah & Pendidikan Suluh Nusantara (Tengku Iskandar, M.Pd)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement