Kisah
Beranda » Berita » Kisah Pohon Kurma di Surga Bukti Kedermawanan

Kisah Pohon Kurma di Surga Bukti Kedermawanan

Ini kisah tentang pohon kurma yang menjadi penyebab turunnya surat Al Lail
Sebuah kisah pohon kurma di surga yang dijanjikan Rasulullah SAW dan menjadi sebab turunnya Surat Al- Lail. ( Foto dok. pexels.com)

SURAU.CO. Ini kisah tentang seseorang yang sangat memukau dengan akhlaknya. Cerita sahabat Rasulullah SAW. yang mendiidk anaknya tentang halal haram yang berhadapan dengan pemilik pohon kurma yang pelit. Kisah pohon kurma ini kemudian menjadi penyebab turunnya surat al Lail dalam Al Quran.

Mengutip dari buku Muslimah dan Bidadari, kisah ini syarat akan makna dan dapat menjadi contoh dalam kehidupan. Manusia beragam sikapnya ada yang sangat dermawan, ada pula yang sangat pelit. Kisah ini menyoroti dua sifat yang kontras tersebut. Ini bukan sekadar cerita pengantar tidur namun  kisah tentang sebuah pohon kurma yang kekayaannya setara dengan pohon kurma di surga

.
Konflik Bermula dari Ranting Pohon Kurma

Cerita berawal dari seorang pria yang sangat kaya raya. Sayangnya, kekayaannya tidak membuatnya murah hati. orang tersebut terkenal sangat pelit walau memiliki banyak kebun kurma. Salah satu pohon kurmanya tumbuh sangat subur. Namun mayang pohon kurma itu bahkan sampai menjulur ke halaman rumah tetangganya.

Tetangganya adalah seorang pria miskin. Ia hidup dalam keterbatasan bersama anak-anaknya yang banyak. Setiap hari, keluarga miskin itu melihat buah kurma yang lebat yang tergantung di atas halaman rumah mereka. Terkadang, beberapa buah kurma matang jatuh ke tanah yang membuat anak-anak si miskin dengan polos akan memungutnya.

Namun, pemandangan itu membuat si kaya murka. Ia tega merampas kurma yang sudah di tangan anak-anak itu. Ia bahkan menancapkan jarinya ke mulut si anak. Ia mengambil paksa kurma yang ingin mereka makan. Peristiwa ini terjadi berulang kali. Hati si miskin pun hancur melihat anak-anaknya menangis.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Mengadu kepada Rasulullah SAW

Pria miskin itu tidak tahan lagi dan kemudian memberanikan diri untuk menghadap Rasulullah SAW. Ia menceritakan semua kejadian dengan sedih. Rasulullah SAW mendengarkan dengan penuh empati. Beliau merasakan kepedihan yang dialami keluarga tersebut. Beliau berjanji akan menyelesaikan masalah itu.

Rasulullah SAW kemudian menemui si pemilik pohon kurma yang pelit. Beliau menyapanya dengan lembut dan penuh hikmah.

“Saudaraku, pohon kurmamu yang mayangnya menjulur ke tetanggamu yang tidak punya itu berikanlah padaku. Sebagai ketidakseimbangannya, kamu akan mendapatkan pohon kurma di surga nanti,” sabda Rasulullah.

Tawaran itu sungguh luar biasa. Sebuah jaminan pohon di surga dari seorang Rasul. Namun, hati si kaya telah tertutup oleh cinta dunia. Ia menimbang tawaran itu dengan logika untung rugi duniawi.

“Ya Rasulullah hanya seperti itukah tawaranmu. Aku memiliki banyak pohon kurma, tetapi yang paling lebat buahnya hanyalah pohon kurma yang engkau minta,” ungkap orang pelit tersebut yang kemudian beranjak pergi. Ia menolak jaminan surga demi pohon kurma terbaiknya.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Sahabat Dermawan Mendengar Kabar Baik

Percakapan itu ternyata tidak berlalu begitu saja. Seorang sahabat Nabi yang kaya raya dan dermawan mendengarkan. Hatinya justru bergetar hebat. Ia melihat sebuah peluang terbaik di sisi Allah SWT. Hal ini kemudian membuat sahabat dermawan itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini.

Sahabat itu segera menghadap Rasulullah SAW.
”Wahai Rasulullah apakah tawaran tersebut berlaku untukku, sekiranya pohon kurma yang mayangnya menjulur ke tetangganya itu menjadi milikku,” tanyanya penuh harap.
Rasulullah pun menjawab, “Ya berlaku juga untukmu.”

Jawabannya membuatnya sangat menyenangkan. Ia segera bertemu dengan si pemilik kurma yang pelit. Ia bermaksud membeli pohon kurma istimewa itu.

Transaksi Agung yang Menguji Iman

Sang dermawan memulai negosiasi dengan pria pelit itu.

“Apakah kamu akan menjual kurma yang dijanjikan akan diganti di surga oleh Allah,” tanya sang dermawan.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Pria pelit itu melihat peluang untuk mendapat keuntungan besar.

”Tidak kecuali ada orang yang mampu memenuhi keinginanku,” jawabnya dengan angkuh.

”Berapa harga yang Anda inginkan?” tanya sang dermawan.

Si pemilik kurma lalu menyebutkan harga yang tidak masuk akal.

”Saya ingin pohon kurma itu ditukar dengan empat puluh pohon kurma lain yang lebat buahnya,” katanya.

Sang dermawan sejenak terdiam. Permintaan itu sangat berat. Namun, imannya jauh lebih kuat daripada hartanya.
”Kamu meminta sesuatu di luar kewajaran, namun aku akan penuhi apa yang menjadi permintaanmu. Datangkan Saksi dan aku akan menukar pohon kurmamu itu dengan empat puluh pohon kurma milikku,” tegasnya.

Transaksi pun terjadi. Pria pelit itu mendapatkan 40 pohon kurma. Sementara sahabat dermawan itu mendapatkan satu pohon kurma. Satu pohon yang nilainya adalah jaminan surga.

Hadiah untuk Keluarga Miskin

Setelah transaksi selesai, sahabat dermawan itu kembali menemui Rasulullah SAW.

”Ya Rasulullah pohon kurma yang Engkau kehendaki telah menjadi milikku. Mulai saat ini aku serahkan kepadamu,” katanya dengan tulus.

Wajah Rasulullah SAW berseri-seri penuh kebahagiaan. Beliau menerima pohon kurma itu dengan senang hati dan segera pergi ke rumah keluarga miskin tersebut. Beliau membawa kabar gembira yang tak terduga.

”Saudara ambillah pohon kurma itu untuk bersama keluarga,” sabda Rasulullah.

Keluarga miskin itu terperangah. Mereka tidak percaya dengan apa yang mereka dengar. Pohon kurma yang menjadi sumber kesedihan, kini menjadi milik mereka sepenuhnya. Rasa syukur yang luar biasa memenuhi hati mereka.

Latar Belakang Turunnya Surat Al-Lail

KH Mujab Mahalli menjelaskan peristiwa ini. Kejadian tersebut menjadi latar belakang turunnya (asbabun nuzul) Al-Quran Surah Al-Lail ayat 5-11. Ayat-ayat ini menggambarkan dua karakter manusia dalam kisah itu.

Orang dermawan yang menukar 40 pohon kurma demi janji surga adalah cerminan ayat 5-7:”Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, serta membenarkan yang baik maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.”

Sementara orang pelit yang menolak janji surga adalah cerminan ayat 8-11:”Sedang orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami menyiapkan segalanya jalan yang sukar, dan hartanya tidak bermanfaat bagi dirinya jika ia telah binasa.”

Kisah ini mengajarkan kita tentang nilai sejati sebuah pemberian. Harta dunia tidak akan ada artinya saat kita tiada. Namun, sedekah yang ikhlas akan menjadi jalan kemudahan di dunia dan akhirat.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement