Surau.co – Suasana akhir pekan atau weekend di berbagai kota-kota besar terasa berbeda. Jalanan yang biasanya penuh klakson dan desakan kendaraan kini lebih lengang. Sebaliknya, arus orang berjalan dengan fashion santai dan orang bersepeda lebih banyak dari biasanya.
Di tempat-tempat hiburan, suasana juga ramai. Dengan beragam aktivitas dan dinamikanya. Seru dan meriah.
Akhir Pekan Bukan Sekedar Libur
Akhir pekan adalah “surga kecil” bagi kelas pekerja. Bagi banyak pekerja, ini bukan sekadar hari libur, ini adalah jeda. Ruang bernapas di antara derasnya tuntutan hidup.
Bagi jutaan pekerja di kota-kota besar, akhir pekan bukan lagi soal bersenang-senang semata, tapi menjadi kebutuhan psikis. Mengisi ulang energi yang habis dalam sepekan. Sekaligus menyambung kembali koneksi yang sering terputus akibat pekerjaan. Koneksi keluarga, teman, bahkan dengan diri sendiri.
Di sudut lain, akhir pekan juga menjadi peluang untuk mengejar hal-hal yang tertunda. Ada yang Yoga, membaca buku, membersihkan rumah, atau sekadar maraton film di layanan streaming.
Tidak sedikit pula yang memilih mengisi waktu dengan aktivitas spiritual. Mengikuti kajian, mengaji, atau sekadar berdiam lebih lama di masjid. Ada yang menyebutnya “self-healing,” tapi bagi sebagian orang, ini adalah bagian dari menjaga fitrah.
Mengapa Manusia Perlu Jeda?
Mengutip Goodlife, jeda adalah kebutuhan psikologis manusia. Untuk bisa mengembalikan kesegaran pikiran dan tenaga, maka manusia perlu untuk mengambil satu waktu untuk beristirahat dari kegiatannya. Manusia perlu melakukan jeda sejenak bukan sekedar hanya untuk berhenti, tapi juga untuk mengevaluasi diri dan berefleksi.
Jeda juga merupakan sebuah proses kontemplasi sarat makna. Dengan melakukan jeda sejenak, kita akan bisa mulai berpikir. Misalnya terkait langkah apa yang telah kita lakukan selama ini, dan belum berjalan dengan baik. Lalu, langkah ideal apa yang bisa kita ambil berikutnya.
Jadi, jeda punya dua sisi dalam satu momen. Beristirahat di satu sisi, sambil melakukan sebuah refleksi di sisi lain.
Islam Memberi Ruang Jeda Akhir Pekan
Islam menganjurkan kita bekerja keras. Namun juga meminta kita untuk sekedar berlibur demi memompa semangat kerja. Hal itu sesuai hadits Nabi SAW.
لكل عامل شرة ولكل شرة فترة فمن كانت فترته إلى سنتي فقد اهتدى
Artinya: Setiap pekerja pastilah berapi-api (semangatnya di awal kerja), dan setiap yang bersemangat, pastilah ia akan melemah dan butuh istirahat sejenak, maka sungguhlah beruntung jika istirahatnya digunakan untuk melakukan kesunnahanku. (HR. Ahmad dan Thabrani dari Abdullah bin Amr. Dan berkata Al-Imam At-Turmudzi: Hadits Hasan Sahih)
Hadis ini menjelaskan, bahwa nabi menganjurkan jeda dan liburan akhir. Tujuannya untuk memompa semangat di awal pekan selanjutnya. Hal itu, bagian dari upaya meningkatkan profesionalitas dalam bekerja. Bekerja secara profesional, juga menjadi kewajiban bagi setiap muslim.
Namun demikian, Islam memberikan petunjuk bahwa momen jeda libur akhir pekan diisi dengan kegiatan positif. Karena dalam kaidah fiqih, sesuatu yang hukumnya mubah atau boleh akan berubah menjadi haram jika diisi dengan kemaksiatan.
Bagaimana dengan pekerja Informal?
Berbeda dengan pekerja formal yang berlibur di akhir pekan, pekerja informal punya ritme lain. Pada momen ini, mereka justru sibuk. Terlebih yang bekerja di sektor hiburan. Misalnya pedagang, pelayan toko, instruktur yoga dan sebagainya.
Mereka, sejatinya tetap bisa berakhir pekan di hari yang berbeda dengan pekerja formal. Karena secara substansi, akhir pekan hanyalah nama hari, bukan waktu libur. Mereka bisa menentukan akhir pekan di hari Senin, Selasa, dan lainnya.
Yang jelas, hidup harus ada jeda. Meski hanya sekedar beristirahat sejenak di warung kopi pinggir jalan. Sruputt, ahh nikmatnya..
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
