Tidak Berpacaran Cara Allah Menyelamatkan Kita dari Jurang Neraka
SURAU.CO – Di era modern ini, beberapa orang sering menganggap pergaulan bebas sebagai hal yang biasa. Konsep pacaran bahkan telah menjadi sebuah norma sosial yang lumrah. Akibatnya, menjaga diri dari hubungan tersebut bukanlah perkara yang mudah. Seseorang yang memilih untuk tidak pacaran mungkin akan dicap ketinggalan zaman. Bahkan, ia bisa saja dianggap aneh oleh lingkungan sekitarnya.
Akan tetapi, di balik pilihan yang berat itu, terdapat sebuah kebaikan agung. Justru dalam usaha menjaga diri itulah tersimpan bentuk perlindungan Allah yang sangat besar. Memilih untuk tidak berpacaran bukanlah sebuah tanda keterbelakangan. Sebaliknya, inilah cara Allah menyelamatkan kita dari azab pedih di akhirat kelak. Keputusan ini adalah sebuah langkah sadar menuju keselamatan hakiki.
Mengapa Pacaran Bukan Jalan yang Diridai?
Untuk memahami hal ini, kita harus kembali pada ajaran Islam yang murni. Dalam kamus syariat, tidak ada konsep pacaran seperti yang kita kenal saat ini. Hubungan cinta tanpa ikatan halal sering kali menjadi gerbang utama. Ia membuka pintu-pintu kemaksiatan yang seharusnya tertutup rapat. Lebih jauh lagi, pacaran sangat mendekatkan pelakunya kepada perbuatan zina. Baik itu zina fisik, maupun zina hati dan pandangan.
Allah SWT telah memberikan peringatan yang sangat tegas. Peringatan ini bukanlah larangan untuk berzina saja, melainkan juga untuk mendekatinya. Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”
(QS. Al-Isra: 32)
Kata kunci dalam ayat ini adalah “mendekati”. Allah tidak hanya melarang hasil akhirnya. Namun, Dia juga melarang semua jalan yang mengarah kepadanya. Pacaran, secara praktis, hampir selalu melibatkan aktivitas-aktivitas tersebut. Misalnya, saling melontarkan rayuan yang menggoda. Kemudian, saling memandang dengan penuh syahwat. Belum lagi, aktivitas bersentuhan fisik yang jelas dilarang. Puncaknya adalah berkhalwat, yaitu berdua-duaan di tempat yang sepi. Semua itu adalah pintu-pintu dosa yang harus kita tutup dengan rapat.
Menjaga Diri: Sebuah Bentuk Ketakwaan Tertinggi
Dengan demikian, keputusan untuk tidak berpacaran adalah sebuah wujud ketakwaan. Ia adalah bukti keimanan seseorang kepada perintah Tuhannya. Seseorang yang mampu menahan diri di tengah derasnya arus godaan, sesungguhnya sedang berjuang di jalan Allah. Perjuangan ini tentu tidak akan sia-sia. Allah SWT menjanjikan balasan yang luar biasa bagi mereka yang bersabar. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis:
“Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik.”
(HR. Ahmad)
Janji ini adalah sebuah kepastian. Ketika kita meninggalkan pacaran karena takut kepada Allah, kita bukan hanya sedang menjaga diri. Kita juga sedang membangun sebuah fondasi yang kokoh. Fondasi untuk pernikahan suci yang penuh dengan keberkahan di masa depan. Pernikahan yang dimulai dengan ketaatan tentu akan terasa jauh lebih manis.
Bentuk Kasih Sayang Allah: Menyelamatkan dari Keburukan Dunia dan Akhirat
Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui segala kelemahan manusia. Oleh karena itu, Dia melarang setiap hal yang dapat membawa kita pada kehancuran. Baik itu kehancuran di dunia, maupun kebinasaan di akhirat kelak. Ketika kita dengan sadar memilih untuk tidak berpacaran, sesungguhnya kita sedang menerima perlindungan-Nya. Inilah wujud nyata tidak berpacaran cara Allah menyelamatkan kita.
Pertama, kita diselamatkan dari maksiat yang terus berulang. Hubungan pacaran seringkali menjebak pelakunya dalam siklus dosa. Dimulai dari dosa kecil, kemudian merembet ke dosa yang lebih besar. Setiap hari dipenuhi dengan interaksi yang mengundang murka Allah. Ini tentu akan mengikis keimanan secara perlahan.
Kedua, kita diselamatkan dari luka hati dan trauma. Hubungan tanpa ikatan yang sah sangat rentan terhadap kekecewaan. Janji-janji manis seringkali berakhir pahit. Akibatnya, banyak orang mengalami luka batin yang mendalam. Perasaan ini bisa menjadi trauma yang membayangi hubungan di masa depan, bahkan setelah menikah.
Ketiga, kita diselamatkan dari terkikisnya iman. Setiap dosa adalah noktah hitam yang menodai hati. Semakin banyak dosa dilakukan, hati akan semakin gelap. Akibatnya, seseorang akan sulit merasakan lezatnya ibadah. Ia akan merasa jauh dari Allah, meskipun lisannya masih menyebut nama-Nya.
Keempat, kita diselamatkan dari potensi zina dan aib. Puncak dari hubungan pacaran yang kebablasan adalah zina. Perbuatan ini tidak hanya mendatangkan dosa besar. Ia juga membawa aib bagi pelaku dan keluarganya di dunia. Dengan menjauhi pacaran, Allah sedang menjaga kehormatan kita.
Mungkin kita merasa ‘sendiri’ saat melihat teman-teman memamerkan pasangannya. Namun, kesendirian dalam ketaatan itu jauh lebih mulia. Ia jauh lebih berharga daripada kebersamaan dalam kemaksiatan. Kita sejatinya sedang berjalan di atas jalan yang diridai Allah. Dan itu adalah pencapaian tertinggi seorang hamba.
Islam Tidak Melarang Cinta, Namun Memuliakannya
Penting untuk dipahami, Islam tidak pernah melarang cinta. Cinta adalah fitrah yang Allah tanamkan dalam diri setiap manusia. Yang dilarang adalah cara mengekspresikan cinta yang salah. Islam justru datang untuk memuliakan cinta. Ia menyediakan sebuah wadah yang suci dan terhormat. Wadah itu adalah ikatan pernikahan yang halal. Rasulullah SAW memberikan solusi yang sangat indah:
“Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian mampu menikah, maka menikahlah, karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa pernikahan adalah solusi, bukan pacaran. Menjaga rasa cinta hingga waktunya tiba adalah sebuah bukti kesetiaan. Ia adalah cerminan ketakwaan sejati, bukan sebuah tanda kelemahan. Cinta yang dijaga akan terasa lebih nikmat saat dinikmati dalam bingkai yang halal.
Sebuah Penolakan yang Menyelamatkan
Pada akhirnya, jika hari ini kita masih sendiri, janganlah bersedih. Jika kita dijauhkan dari hubungan yang tidak halal, itu bukanlah sebuah kutukan. Anggaplah itu sebagai bentuk kasih sayang Allah yang luar biasa. Itu adalah cara Allah menjaga kita. Inilah bukti tidak berpacaran cara Allah menyelamatkan kita dari api neraka.
Dia ingin mempertemukan kita dengan jodoh terbaik. Di waktu yang paling tepat. Serta dengan cara yang paling suci dan terhormat. Bersabarlah dalam penantian yang penuh ketaatan. Sebab, Allah sangat mencintai hamba-hamba-Nya yang senantiasa menjaga kesucian diri.
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri.”
(QS. Al-Baqarah: 222)
Semoga kita semua termasuk hamba yang diselamatkan-Nya. Diselamatkan dari cinta yang salah arah. Dan akhirnya, dipersatukan dalam sebuah cinta agung yang diridai oleh-Nya. Aamiin.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
