Tren Hijab Menyimpang dari Kaidah Islam: Saat Gaya Mengalahkan Syariat
SURAU.CO – Dunia fashion muslimah terus berkembang dengan sangat pesat. Terutama dalam beberapa dekade terakhir, tren hijab mengalami evolusi yang luar biasa. Hijab kini bukan lagi sekadar kain penutup aurat. Ia telah bertransformasi menjadi elemen penting dalam dunia mode global. Namun, di tengah gemerlapnya tren tersebut, muncul sebuah kekhawatiran. Banyak kalangan merasa cemas. Sebab, sebagian tren hijab masa kini dianggap telah menyimpang. Ia keluar dari kaidah syar’i yang telah ditetapkan oleh Islam.
Fenomena ini menjadi sebuah persimpangan yang membingungkan. Di satu sisi, ada keinginan tampil modis dan kekinian. Di sisi lain, ada kewajiban untuk taat pada aturan agama. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menelaah lebih dalam. Bagaimana seharusnya seorang Muslimah menyikapi tren yang ada? Mari kita bedah fenomena ini beserta tinjauan syar’i yang menyertainya.
Memahami Hakikat Hijab dalam Pandangan Islam
Sebelum jauh membahas tren, kita perlu kembali ke akarnya. Dalam ajaran Islam, hijab bukanlah sekadar simbol identitas. Ia memiliki makna yang jauh lebih mendalam. Hijab adalah sebuah perintah langsung dari Allah SWT. Tujuannya sangat mulia, yaitu untuk menjaga kesucian diri. Selain itu, ia juga berfungsi untuk melindungi kehormatan. Serta, menumbuhkan rasa sopan dan malu (haya’).
Allah SWT secara tegas menjelaskan hal ini dalam firman-Nya. Perintah tersebut tertuang dalam Surah An-Nur ayat 31:
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat…”
(QS. An-Nur: 31)
Ayat ini merupakan fondasi utama dari kewajiban berhijab. Hijab sejatinya adalah sebuah sistem perlindungan. Ia bukan bertujuan untuk mengekang, melainkan untuk memuliakan. Dengan berhijab, seorang wanita dinilai dari akal dan akhlaknya. Bukan dari penampilan fisiknya semata.
Syarat-Syarat Hijab Syar’i yang Sering Terabaikan
Berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, para ulama telah merumuskan syarat-syarat hijab yang benar. Sayangnya, banyak syarat ini yang justru terabaikan oleh tren modern. Berikut adalah rinciannya.
1. Menutupi Seluruh Aurat
Aurat wanita adalah seluruh tubuhnya. Pengecualiannya adalah wajah dan telapak tangan. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama. Namun, banyak model hijab modern tidak memenuhi syarat ini. Misalnya, model turban yang masih memperlihatkan leher dan telinga. Atau, hijab yang terlalu pendek sehingga bagian dada masih terlihat.
2. Kain yang Tidak Tipis atau Menerawang
Tujuan hijab adalah menutupi. Maka, menggunakan bahan yang transparan jelas menggugurkan fungsi ini. Kain yang tipis justru akan memperlihatkan warna kulit. Ia juga akan menunjukkan bentuk rambut di baliknya. Fenomena ini sering disebut sebagai “berpakaian tapi telanjang”. Ia memberikan ilusi menutup, padahal sejatinya masih menampakkan.
3. Pakaian yang Longgar dan Tidak Ketat
Selain tidak menerawang, hijab syar’i juga harus longgar. Ia tidak boleh membentuk lekuk tubuh. Inilah salah satu penyimpangan yang paling umum terjadi. Banyak Muslimah sudah menutup rambutnya dengan baik. Akan tetapi, mereka masih memakai baju atau celana yang sangat ketat. Pakaian ketat tersebut justru menonjolkan siluet tubuh. Tentu saja, hal ini bertentangan dengan esensi hijab itu sendiri.
4. Bukan Pakaian untuk Pamer (Tabarruj)
Tabarruj adalah berdandan atau berhias secara berlebihan. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian yang tidak semestinya. Hijab yang terlalu glamor dengan banyak hiasan mencolok bisa jatuh ke dalam kategori ini. Islam mengajarkan kesederhanaan. Hijab seharusnya membuat wanita lebih dihormati, bukan menjadi objek pandangan.
5. Tidak Menyerupai Pakaian Laki-Laki atau Ciri Khas Orang Kafir
Islam menjaga identitas pemeluknya. Muslimah dianjurkan memakai pakaian yang mencerminkan identitas keislamannya. Tren yang meniru gaya busana pria atau simbol-simbol non-muslim sebaiknya dihindari. Hal ini bertujuan untuk menjaga kejelasan identitas dan prinsip.
Potret Tren Hijab Masa Kini: Antara Gaya dan Pelanggaran
Jika kita amati media sosial, banyak sekali tren yang muncul. Sayangnya, tidak sedikit tren hijab menyimpang dari kaidah Islam. Beberapa contohnya sangat mudah kita temukan.
Pertama, penggunaan pakaian ketat bersama hijab. Kombinasi hijab dengan skinny jeans atau legging adalah pemandangan umum. Meski kepala tertutup, seluruh lekuk tubuh bagian bawah justru terpampang jelas.
Kedua, bahan hijab yang transparan. Bahan seperti sifon atau ceruti memang terlihat ringan dan indah. Namun, jika hanya digunakan satu lapis, ia menjadi tembus pandang. Rambut dan ciput di dalamnya akan terlihat.
Ketiga, model hijab yang minimalis secara keliru. Gaya “hijab Spanyol” atau lilitan pashmina yang hanya disampirkan di bahu seringkali gagal menutupi dada. Leher pun kerap kali masih terlihat jelas. Ini menunjukkan bahwa aspek gaya lebih diutamakan daripada fungsi menutup aurat.
Pengaruh influencer di media sosial juga sangat besar. Banyak dari mereka lebih menonjolkan sisi glamor. Mereka fokus pada popularitas dan jumlah pengikut. Akibatnya, nilai kesederhanaan yang diajarkan Islam menjadi terkikis. Mereka menciptakan standar baru yang seringkali jauh dari syariat.
Dampak Buruk yang Mengintai di Balik Tren
Fenomena ini bukanlah masalah sepele. Ia memiliki dampak sosial dan keagamaan yang serius.
-
Menimbulkan Salah Kaprah (Erosi Pemahaman): Generasi muda bisa salah dalam memahami makna hijab. Mereka mungkin berpikir bahwa hijab hanyalah sebatas kain penutup kepala. Mereka pun mengabaikan kaidah penting lainnya seperti pakaian yang longgar dan tidak transparan.
-
Mengaburkan Batasan Syariah: Ketika tren yang menyimpang menjadi normal, batasan syariat akan kabur. Masyarakat akan menganggap bahwa aturan hijab bisa dinegosiasikan. Mereka merasa bisa menyesuaikannya dengan selera dan mode. Padahal, hijab adalah ibadah yang memiliki aturan tegas.
-
Memicu Komodifikasi Agama: Hijab berisiko menjadi alat bisnis semata. Esensi ketaatan kepada Allah SWT tergantikan oleh nilai komersial. Industri fashion mengeksploitasi simbol agama untuk keuntungan materi, bukan untuk dakwah.
Solusi Cerdas Seperti Apa? Kembali pada Hakikat Hijab Syar’i
Lalu, bagaimana agar kita tidak terjebak dalam arus tren yang keliru? Muslimah perlu mengambil langkah sadar untuk kembali ke esensi.
1. Membangun Fondasi Ilmu yang Kuat
Langkah pertama dan utama adalah belajar. Dalami ilmu syariat dari sumber yang tepercaya. Pelajari tafsir ayat-ayat tentang aurat. Pahami penjelasan hadis dari para ulama. Dengan ilmu yang benar, kita tidak akan mudah terbawa arus tren yang salah.
2. Meluruskan Kembali Niat Berhijab
Tanyakan pada diri sendiri, untuk siapa kita berhijab? Apakah untuk mendapat pujian manusia? Atau untuk meraih rida Allah? Dalam memilih gaya berpakaian, selalu dahulukan ketaatan. Jadikan penilaian Allah sebagai prioritas utama.
3. Menjadi Teladan Kebaikan di Tengah Umat
Seorang Muslimah yang berhijab syar’i harus diiringi dengan akhlak mulia. Tunjukkan bahwa pakaian syar’i tidak menghalangi produktivitas. Jadilah contoh positif dan sumber inspirasi bagi sesama. Buktikan bahwa ketaatan membawa keindahan yang hakiki.
Dari Sekadar Fashion Menuju Iman Sejati
Tren hijab masa kini bukanlah sesuatu yang sepenuhnya keliru. Islam tidak melarang umatnya untuk tampil rapi dan menarik. Akan tetapi, ketika sebuah gaya mulai menabrak batasan syariat, evaluasi diri menjadi wajib. Inilah saatnya untuk berhijrah. Mari kita bergerak dari sekadar fashion menuju faith. Dari sekadar gaya menuju ketaatan yang sejati dan murni.
Ingatlah selalu pesan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis yang sangat relevan:
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari mereka.”
(HR. Abu Dawud)
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing hati kita semua. Semoga kita tetap istiqamah dalam menutup aurat sesuai dengan tuntunan syariat, bukan hanya sekadar ikut-ikutan tren sesaat. Aamiin.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
