Surau.co Pada saat melangkahkan kaki memasuki pelataran Pondok Pesantren tua ini, tepatnya di Dusun Jalen, Desa Setail, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, sebuah keteduhan segera menyergap. Ada suasana asri di sini. Sesuai Namanya Ponpes Asariyah.Entah kenapa, perasaan kuat muncul bahwa di tempat sederhana inilah, benih-benih Islam Nusantara dan berkemajuan pernah menyemainya. Memang pondok ini memang bersahaja. Usianya sudah lebih dari satu abad. Bangunan berarsitektur lawas berdiri kokoh. Ia berada di seberang aliran Sungai Kalisetail. Kesederhanaan masa lalu masih terlihat jelas. Beberapa bangunan masih menggunakan dinding gedek atau anyaman bambu. Sebuahkolam tua, yang dulunya tempat mandi santri, pun masih ada. Meski begitu,mereka sudah tak menggunakan kolam itu.
Pondok ini bukan sekadar bangunan tua biasa.
Belum lama pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bahkan mengakui keistimewaannya.Dan mereka menganugerahi pondok ini mendapat penghargaan khusus.Yaitu kategorinya Pondok Pesantren Berusia Lebih dari 100 Tahun.Dan PBNU memberikan penghargaan itu pada Peringatan Satu Abad NU.Dimana acara besar itu berlangsung pada 31 Januari 2023 di Jakarta. Tak hanya itu pengasuh Ponpes Al-Ashriyah, KH Imam Sadali, merasakan kebanggaan. “Alhamdulillah dapat (penghargaan) dari Jakarta,” ujar beliau bersyukur. Penghargaan itu perwakilan PCNU Banyuwangi yang mengantarkan langsung.
Baca juga:Abdullah bin Afif , Kisah Pelopor Percetakan Mushaf di Indonesia
Ziarah Bersama Sahabat, Kisah yang Mengalir
Saya berziarah ke tempat penuh sejarah ini, bersama Ra Lukman. Sahabat yang rendah hati ini adalah teman mondok saya dulu di pesantren Krapyak Yogyakarta. Perjalanan kami tidaklah jauh. Hanya sekitar 15 menit saja dari Pondok Pesantren Baitul Makmur, Genteng. Di sanalah Lora Lukman kini mengasuh. Meskipun sibuk tengah menerima banyak santri yang sedang mendaftar. Beliau rela mengantar ke tempat bersejarah ini. Selama perjalanan singkat itu, Lora Lukman menguatkan cerita yang beredar. Beliau menguraikan kisah mengenai jejak Syaikhona Kholil di Pondok Jalen ini.
Setibanya kami di pelataran pondok yang tenang, pemandangan ramai menyambut. Beberapa rombongan peziarah terlihat. Mereka datang menggunakan bis. Tentu bermaksud tafaul. Dan mencari berkah dari guru ulama besar ini. Nama Syaikhona Kholil begitu harum. Dan ajarannya terus menginspirasi jutaan umat hingga kini. Keberadaan rombongan itu, termasuk kami, menjadi bukti pengaruh beliau.Karena ramai kami menunggu sambil berkeliling pondok sepuh ini. Masih ada beberapa tinggalan termasuk kentongan besar di halaman.
KH Abdul Bashar: Akar Sanad di Tanah Blambangan
Pondok bersejarah ini punya akar yang kuat. KH Abdul Bashar yang mendirikan. Beliau seorang ulama perintis. Kiai Abdul Bashar berhijrah dari Pandeglang, Banten. Ia datang bersama tujuh pengikut setianya. Misi mereka jelas. Mereka ingin menyebarkan syiar Islam. Wilayah yang mereka tuju adalah Banyuwangi. Daerah itu kala itu masih berupa hutan belantara. Kiai Bashar mencoba beberapa lokasi lain. Namun tak satupun merasa cocok. Pilihannya akhir jatuh di tepi Kalisetail.
Surau sederhana
Pada tempat ini, belia mendirikan sebuah surau sederhana. Kemudian surau itu tumbuh. Ia berkembang menjadi Pondok Jalen. Pondok ini menjadi cikal bakal nama dusun ini. Selanjutnya masarakat masih menjaga tradisi keilmuan. Pengajian kitab Hikam rutin setiap hari Jumat. Kini Kiai Imam Sadali memegang tampuk kepemimpinan.
Dan legasi KH Abdul Bashar, sang pendiri pondok, masih hidup. Warga sangat menghormati hingga kini. Penghormatan itu terlihat jelas. Mereka merenovasi total kompleks pemakaman beliau. Renovasi itu selesai pada Ramadhan 1443 Hijriyah. Inisiatif ini datang dari PCNU Banyuwangi. Ini menunjukkan posisi penting Kiai Abdul Bashar. Beliau tokoh sentral NU perintis di wilayah ini. Kiai Abdul Bashar juga kakek buyut Kiai Anwar Iskandar. Kiai Anwar adalah Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Kediri.
Rombongan dzurriyah mengunjungi makam yang baru rekonstruksi. Kiai Anwar Iskandar mewakili keluarga besar. Beliau menyampaikan terima kasih yang mendalam. Ucapan itu ditujukan kepada Ketua PCNU Banyuwangi, KH Mohammad Ali Makki atau Gus Makki. Ia berterima kasih yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran PCNU Banyuwangi. Dimana mereka dengan penuh perhatian berijtihad merawat dan memperindah makam kakek buyutnya. Kiai Anwar kemudian menitipkan makam itu. Ia menyerahkan pemeliharaannya kepada Gus Makki dan PCNU. Karena beliau tidak tinggal di Banyuwangi. Oleh karena itu, beliau tidak bisa merawat makam itu setiap saat.
Gus Makki menyambut hangat rombongan dzurriyah. Beliau yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Hidayah, Srono, Banyuwangi. Gus Makki menjelaskan alasan rekonstruksi makam. Tindakan itu didasari oleh kecintaan dan penghormatan yang tinggi. Beliau menghormati KH Abdul Bashar sebagai tokoh NU Banyuwangi. Renovasi makam adalah wujud mahabbah dan hidmah. Itu penghormatan kepada almaghfurlah KH Abdul Bashar. Dan tindakan ini merekatkan ikatan antara pondok, dzurriyah, dan organisasi NU. Sebagaimana dilangsir NU online
Baca juga: Hasil Penulisan Ulang Sejarah Akan Dipublikasikan 20 Juli
Empat Tahun Terbentuknya Sang Calon Waliyullah
Syaikhona Kholil adalah guru para pendiri NU dan Muhammadiyah. Beliau menempuh perjalanan pendidikan yang panjang. Jejaknya tersebar di berbagai pesantren terkemuka di Jawa Timur. Beliau pernah belajar di Langitan, Tuban, sekitar tahun 1850. Setelah itu, beliau singgah di Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian, ia menimba ilmu di Ponpes Keboncandi. Beliau juga berguru kepada Kiai Nur Hasan di Sidogiri. Namun, di antara semua itu, ada satu persinggahan yang istimewa. Lokasinya di Pondok Jalen, Genteng, Banyuwangi.
Pada akhirnya, Syaikhona Kholil menghabiskannya empat tahun masa belajarnya. Beliau berguru kepada Kiai Abdul Bashar. Kisah ini, juga persis cerita Lora Lukman selama perjalanan kami , tentu menguatkan,Dan ini bukanlah catatan biasa. Merupakan potret kegigihan luar biasa sejak usia muda. Bayangkan, untuk sampai ke Kiai Bashar di Banyuwangi, Syaikhona Kholil muda dikisahkan berjalan kaki. Sebuah perjalanan yang sangat melelahkan. Namun, itu menunjukkan tekad bajanya. Beliau sangat ingin meraih cahaya ilmu. Perjuangan itu dimulai dari langkah-langkahnya di daratan.
Keluarga kiai Cholil sering mengunjungi tempat ini meskipun terkadang diam-diam,tambahnya.
Ketawadhuan yang Langka dan Berkah Tersembunyi
Selama mondok di Pondok Jalen, di tengah kesederhanaan bangunan berdinding gedek,yang lestari samping saar ini. Syaikhona Kholil menunjukkan sifat terpuji. Beliau memiliki ketawadhuan yang mengagumkan. Sifat ini sangat langka. Gus Makki mengisahkan salah satu wujud tawadhu ekstrem beliau. Konon, Syaikhona Kholil begitu menghormati area pondok. Saking hormatnya, beliau tidak pernah membuang hajat di sekitar pondok. Ini laku spiritual yang luar biasa. Ia mengajarkan makna penghormatan yang mendalam. Beliau menghormati tempat suci ilmu dan gurunya.
Selain tawadhu dalam urusan pribadi, beliau juga menegaskan hati melalui kerja fisik. Beliau membantu pekerjaan pondok yang sederhana namun vital. Ia mengambil kelapa di kebun pondok yang luas. Di dalamnya terjalin kisah mengharukan guru dan murid. Cerita ini melegenda di banyuwangi. Kiai Abdul Bashar melihat kesungguhan muridnya. Beliau menyaksikan kerja keras Syaikhona Kholil. Dengan penuh kasih sayang, Kiai Abdul Bashar melakukan sesuatu. Beliau tanpa sepengetahuan kiai Cholil menghemat hasil penjualan kelapa. Kelapa itu yang dipetik Syaikhona Kholil. Setiap butir kelapa, setiap tetes keringat, diubah Kiai Bashar. Ia menjadikannya “bekal rahasia”.
Dari Kebun Kelapa ke Tanah Suci
Empat tahun di Pondok Jalen menjadi titik balik krusial. Perjalanan dimulai dengan berjalan kaki penuh perjuangan. Masa mondok sketsa ketawadhuan yang mengagumkan. Ada kerja keras di kebun kelapa. Syaikhona Kholil juga mendapat bekal rahasia dari gurunya. Bekal dari “kebun kelapa” di Banyuwangi inilah yang berperan penting. Menurut narasi lokal yang kami dengar, bekal ini memungkinkannya melangkah. Ia bisa melanjutkan studi lebih tinggi dan monumental. Beliau menimba ilmu diMekkah Al Mukarramah. Itu selama belasan tahun lamanya.
Di Tanah Suci, beliau mendalami berbagai disiplin ilmu. Ulama-ulama terkemuka dunia Islam menjadi gurunya. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari di Makkah, ia bekerja. Beliau menjadipenyalin kitab-kitab. Kitab-kitab itu diperlukan untuk pelajar lain. Ini pekerjaan mulia. Ia menggabungkan kebutuhan fisik dengan khidmat pada ilmu. Belasan tahun di Makkah membentuk karakter dan keilmuan beliau.
Kembali ke Tanah Air dan Sinar Kebesaran
Setelah belasan tahun di Makkah, Kiai Kholil pulang. Beliau kembali ke tanah air. Beliau pulang dengan penguasaan ilmu yang mendalam. Keilmuannya sangat luas. Beliau ahli terkemuka dalam Nahwu, Fiqih, Thariqat, dan lainnya. Penguasaannya luas ini menjadikannya referensi utama. Beliau menjadi guru bagi para santri dari seluruh nusantara. Dua muridnya kelak arsitek menjadi organisasi Islam modern terbesar di Indonesia. Mereka adalah KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan. Warisan keilmuannya terus bersambung hingga kini.
Menelusuri jejak Syaikhona Kholil di Jalen Genteng adalah pengalaman yang mendalam. Kemudian terasa suasana asri pondok tua ini terasa begitu autentik. Selanjutnya melihat kesederhanaan bangunan gedek meninggalkan kesan. Kolam tua pun menjadi Saksi bisu sejarah. Menyaksikan rombongan peziarah datangan sungguh mengharukan. Kisah ini semakin bermakna. Apalagi setelahnyaceritanya dikuatkan oleh Lora Lukmanselama perjalanan singkat kami.
Ini bukan sekadar catatan sejarah belaka. Ini ziarah ke sumber inspirasi. Kisah ini mengingatkan kita banyak hal penting. Fondasi keagungan seringkali dibangun dari tempat sederhana. Laku yang paling membumi pun bisa sangat berarti. Keberkahan mengalir dari hubungan suci. Hubungan antara pencari ilmu dan gurunya. Pondok Jalen bukti hidup semua itu. Dari singkatnya, dengan ketekunan, lahirlah ulama besar. Sinarnya ditemukannya →peradaban Islam Nusantara. Warisan itu terus dirawat dan dihormati.
Ziarah ke sini meneguhkan kembali inspirasi abadi itu.(Samsul R Fausto)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
