Berita Internasional
Beranda » Berita » Liga Arab Serukan Dunia Bersatu untuk Memerangi Islamofobia

Liga Arab Serukan Dunia Bersatu untuk Memerangi Islamofobia

Liga Arab menyerukan memerangi Islamofobia
Liga Arab mewakili dunia untuk memerangi Islamofobia, fenomena berbahaya yang merusak toleransi dan perlu kerjasama dunia internasional

SURAU.CO. Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, memberi peringatan keras tekait dengan islamphobia.  Ia menyoroti intoleransi agama dalam forum penting di Kairo. Menurutnya, dunia harus serius memerangi Islamofobia karena  fenomena ini menjadi isu berbahaya yang terus berkembang. Islamphobia secara aktif merusak nilai-nilai penting dalam masyarakat yaitu koeksistensi dan sikap saling menghormati.

Peringatan ini disampaikan dalam pidatonya di Konferensi Internasional tentang Memerangi Kebencian terhadap Islam yang berlangsung di Kairo, Mesir (8/7).  Di markas besar Sekretariat Jenderal Liga Arab, Kairo, Aboul Gheit mengidentifikasi akar masalah dengan jelas. “Akar permasalahannya terletak pada hasutan, kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai Islam, dan asosiasi keliru antara Islam dengan terorisme,” ungkapnya. 

Selain itu Gheit juga menyoroti peran media yang sangat signifikan. menurutnyua liputan media yang bias seringkali memperbesar kesalahan individu yang kemudian mempromosikan stereotip negatif tentang Islam. Akibatnya, wacana ekstremis mendapat panggung yang pada akhirnya dapat memecah belah keharmonisan masyarakat.

Untuk itu, lanjut Aboul Gheit harus ada respons yang komprehensif dan perlunya keterlibatan pemerintah dan organisasi internasional. Masyarakat sipil juga harus mengambil peran aktif.  Kemudian ia mengingatkan bahwa Liga Arab telah mengeluarkan berbagai resolusi. Resolusi tersebut secara tegas mengutuk segala bentuk yang tidak dapat ditoleransi beragama.

Seruan untuk Upaya Terkoordinasi

Pandangan serupa datang dari Ahmed Rashid Khattab. Ia adalah Asisten Sekretaris Jenderal dan Kepala Departemen Media Liga Arab menyatakan Islamofobia telah meluas pesat dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena ini telah berkembang menjadi ancaman serius. “Fenomena berbahaya yang tidak dapat lagi diabaikan,” tegasnya.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Khattab menekankan perlunya upaya yang terkoordinasi. Menurutnya semua pihak harus bekerja sama menyoroti dimensi masalah ini. Kemudian, lanjutnya, adalah menganalisis akarnya secara mendalam. Tujuannya adalah untuk mencari solusi yang jelas dan efektif. Solusi ini harus bisa menangani masalah secara tegas. Hal ini juga penting untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Rashid menghubungkan kebangkitan Islamofobia dengan berbagai faktor. Faktor tersebut meliputi aspek politik, sosial, dan budaya. Beberapa di antaranya adalah undang-undang yang lemah dan ketidaktahuan akan ajaran Islam. Hasutan media, ketakutan terhadap orang lain, dan kekhawatiran identitas nasional juga menjadi pemicu. Faktor-faktor ini berkontribusi pada sentimen anti-Muslim. Hal ini melahirkan penilaian berprasangka buruk dan stereotip palsu. Ujaran kebencian dan permusuhan pun menyebar luas tanpa kendali.

Memahami Apa Itu Islamofobia

Secara definisi, Islamofobia adalah ketakutan yang berlebihan terhadap Islam. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskannya sebagai fobia terhadap Islam atau penganutnya. Fobia sendiri berasal dari kata Yunani “phobos” yang berarti takut. Istilah ini merujuk pada ketakutan ekstrem yang menghambat kehidupan.

Penderita Islamofobia memiliki prasangka buruk. Mereka memandang Islam dan Muslim sebagai ancaman. Mereka takut nilai-nilai ruang publik akan terganggu. KO Dauda dalam karyanyaIslamofobia dan Intoleransi Beragama(2020) menguraikan beberapa penyebab. Di antaranya adalah persepsi keliru para orientalis tentang Islam. Pengetahuan yang mendalam tentang agama juga menjadi faktor utama. Penyebab lainnya termasuk kebencian dari tokoh masyarakat. Selain itu, industri Islamofobia yang diselenggarakan juga tumbuh subur.

Para ekstremis meningkatkan citra Islam. Mereka memakai nama agama untuk membenarkan aksi kekerasan. Tindakan mereka menimbulkan ketidakstabilan dan merusak perdamaian. Hal ini menciptakan ketakutan di masyarakat luas.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Jejak Sejarah Islamofobia

Islamofobia bukanlah fenomena baru. Bentuk kebencian ini sudah muncul sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Kala itu, kaum kafir Quraisy memusuhi Nabi dan para pengikutnya.

Istilah “Islamofobia” sendiri memiliki sejarah yang panjang. Menurut Oxford English Dictionary, istilah ini pertama kali muncul di media cetak Amerika pada tahun 1991. Namun, penggunaannya sudah ada jauh sebelumnya. Etienne Dinet dan Slima Ben Ibrahim pernah menggunakannya di Prancis. Mereka menulis frase‘mengakses delire islamofobia’pada tahun 1925.

Peneliti Tsaqifa Aulya Afifah dari UIN Sunan Kalijaga menyatakan Islamofobia menyebar sejak era kolonialisme. Pada tahun 1922, istilah ini muncul dalam tulisanL’Orient Vu De L’Occident. Narasi kebencian terus berlanjut hingga puncaknya pada peristiwa 9/11 di Amerika Serikat tahun 2001.

Konferensi di Kairo menjadi harapan baru. Forum ini mempertemukan perwakilan dari berbagai lembaga. Ada perwakilan dari Liga Arab, Al-Azhar, lembaga-lembaga Kristen, dan negara-negara Arab. Mereka berkumpul untuk membahas strategi konkret. Tujuannya adalah mempromosikan dialog, pemahaman, dan hidup berdampingan secara damai.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement