Opinion
Beranda » Berita » Mengendalikan Emosi: Kunci Kedamaian dan Kemenangan Sejati

Mengendalikan Emosi: Kunci Kedamaian dan Kemenangan Sejati

Mengendalikan Emosi: Kunci Kedamaian dan Kemenangan Sejati

Mengendalikan Emosi: Kunci Kedamaian dan Kemenangan Sejati

 

Emosi adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Ia seperti air dalam gelas jiwa: bila tenang, ia memantulkan cahaya dengan indah, tetapi bila bergelombang, ia bisa tumpah dan merusak sekeliling. Dalam Islam, pengendalian emosi bukan hanya soal etika sosial, tetapi merupakan bentuk kematangan iman dan akhlak.

1. Emosi: Anugerah yang Perlu Dikelola

Allah SWT menciptakan manusia dengan berbagai perasaan: marah, cinta, takut, sedih, bahagia, kecewa. Semua ini tidaklah sia-sia. Namun, keberhasilan seseorang dalam hidup tidak ditentukan oleh apakah ia memiliki emosi atau tidak, melainkan bagaimana ia mengelola emosinya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

> “Bukanlah orang yang kuat itu yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya saat marah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada fisik, tapi pada pengendalian diri. Dalam dunia modern, kemampuan ini disebut emotional intelligence atau kecerdasan emosional — dan Islam telah mengajarkannya sejak 14 abad lalu.

2. Penyebab Emosi Meledak

Mengapa seseorang mudah marah, menangis tanpa kendali, atau kecewa hingga bertindak ceroboh? Di antaranya:

Kurangnya kesadaran diri (self-awareness)
Ego yang besar: ingin selalu menang, selalu benar
Kondisi fisik dan mental yang lelah
Lingkungan dan pergaulan yang tidak sehat
Kurang ilmu dan dzikir

Semua faktor ini membuat hati sempit, dan ketika hati sempit, ucapan dan tindakan mudah menyakiti.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

3. Cara Islam Mengajarkan Pengendalian Emosi

a. Berwudhu dan Shalat

Ketika marah, Rasulullah ﷺ menganjurkan kita untuk berwudhu:

> “Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api. Api itu dapat dipadamkan dengan air, maka apabila seseorang marah hendaklah ia berwudhu.”
(HR. Abu Dawud)

Shalat juga menjadi sarana utama dalam menenangkan jiwa. Allah berfirman:

> “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu…”
(QS. Al-Baqarah: 45)

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

b. Diam saat Marah

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Jika salah seorang di antara kalian marah, hendaklah ia diam.” (HR. Ahmad)

Banyak konflik yang bermula dari kata-kata saat emosi tak terkendali. Diam adalah perisai terbaik saat emosi memuncak.

c. Mengubah Posisi Tubuh

Jika marah dalam posisi berdiri, duduklah. Jika duduk, berbaringlah. Cara ini terbukti menurunkan ketegangan fisik yang memperburuk emosi.

d. Berdzikir dan Memohon Perlindungan

> “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.”

Ini bukan sekadar bacaan, tapi bentuk kesadaran bahwa kemarahan bisa menjadi celah masuknya setan.

4. Emosi Negatif Bisa Merusak Segalanya

Seorang pemimpin, ayah, guru, atau da’i — jika tak mampu mengendalikan emosi, bisa menghancurkan kepercayaan orang-orang di sekitarnya. Emosi yang tidak dikelola bisa memutus silaturahmi, merusak rumah tangga, meruntuhkan reputasi, bahkan membunuh orang tak berdosa.

> “Sesungguhnya orang yang paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan manusia karena takut terhadap kejahatannya.”
(HR. Bukhari)

Orang seperti ini menjadi berbahaya karena tak punya kendali diri. Maka Islam menempatkan pengendalian emosi sebagai tangga awal menuju akhlak mulia.

5. Emosi Positif Juga Perlu Dikendalikan

Bukan hanya marah atau benci yang harus dikendalikan, tapi juga senang, cinta, kagum, dan bahagia. Berlebihan dalam mencintai bisa berubah menjadi fanatisme buta. Terlalu senang bisa membuat lalai.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:

“Cintailah kekasihmu sekadarnya saja, bisa jadi suatu hari dia menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah musuhmu sekadarnya saja, bisa jadi suatu hari dia menjadi kekasihmu.”

Islam mengajarkan seimbang dalam segala hal, termasuk emosi.

6. Latihan Mengendalikan Emosi

Beberapa latihan praktis dalam kehidupan sehari-hari:

Muroqobah (merasa diawasi Allah) setiap saat
Menulis jurnal emosi: mengidentifikasi sebab dan reaksi
Menunda respon: tarik napas, hitung 10 detik sebelum bicara
Evaluasi harian (muhasabah): adakah ucapan atau perbuatan yang disesali hari ini?
Perbanyak istighfar: emosi sering bersumber dari hati yang kotor

7. Buah Manis dari Pengendalian Emosi

Disukai banyak orang
Didoakan malaikat
Diberikan kelapangan hati
Dipercaya dalam kepemimpinan
Dicintai Allah SWT

> “Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134)

Inilah orang-orang yang tangguh di hadapan manusia dan mulia di sisi Allah.

8. Penutup: Emosi Bukan untuk Ditekan, Tapi Dikelola

Mengendalikan emosi bukan berarti mematikan rasa. Tapi mengarahkan emosi dengan bijak. Marah boleh, tapi pada tempat dan cara yang benar. Sedih boleh, tapi jangan sampai kufur nikmat. Bahagia boleh, tapi jangan lalai.

Kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri. Jika kita tak mampu mengendalikan emosi, bagaimana bisa memimpin orang lain?

> “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.”
(QS. Asy-Syams: 9–10)

Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba yang mampu mengendalikan emosi, menjadi pribadi yang tenang, bijak, dan kuat — bukan di mata manusia, tapi di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement