Opinion
Beranda » Berita » Selalu Rendah Hati, Hidup Bahagia

Selalu Rendah Hati, Hidup Bahagia

Selalu Rendah Hati, Hidup Bahagia

“Selalu Rendah Hati, Hidup Bahagia”

Rendah hati adalah salah satu sifat mulia yang seringkali menjadi kunci kebahagiaan sejati dalam hidup. Dalam Islam, kerendahan hati bukanlah kelemahan, melainkan kemuliaan akhlak. Ia mencerminkan kebersihan hati, kejernihan pikiran, dan kekuatan jiwa yang tidak silau oleh dunia, tidak sombong dengan kelebihan, dan tidak merendahkan orang lain yang berbeda kedudukannya.

Teladan Terbaik

Nabi Muhammad ﷺ adalah teladan terbaik dalam hal ini. Meski menjadi manusia paling mulia, beliau tetap hidup sederhana, melayani keluarganya, dan bersikap lembut kepada orang miskin, anak-anak, bahkan kepada musuh yang pernah menyakitinya. Ini menunjukkan bahwa kemuliaan seseorang bukan pada jabatan, kekayaan, atau status sosial, melainkan pada kerendahan hatinya di hadapan Allah dan sesama manusia.

Allah ﷻ berfirman:

> “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.” (QS. Asy-Syu’ara: 215)

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

Ayat ini menunjukkan bahwa kerendahan hati adalah bentuk kasih sayang, penghormatan, dan keterbukaan kepada orang lain, tanpa merasa lebih unggul atau lebih benar sendiri.

Seseorang yang rendah hati akan mudah menerima nasihat, tidak mudah tersinggung, tidak iri pada keberhasilan orang lain, serta selalu merasa cukup dan bersyukur atas apa yang dimiliki. Ia tidak mengejar pujian manusia, karena tahu bahwa yang terpenting adalah ridha Allah. Hatinya tenang, pikirannya lapang, hidupnya bahagia.

Sebaliknya, orang yang tinggi hati biasanya sulit bahagia. Ia sibuk membandingkan diri, mudah tersinggung, haus pengakuan, dan lelah menjaga pencitraan. Hatinya sempit, hidupnya gelisah.

Pakaian Hidup

Maka, jadikanlah kerendahan hati sebagai pakaian hidup. Karena orang yang rendah hati akan selalu dicintai manusia dan dimuliakan Allah.

Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

> “Barangsiapa yang merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan mengangkat derajatnya.”
(HR. Muslim)

🌿 Rendah hati bukan berarti kita tidak memiliki kelebihan, tapi kita tidak membanggakan kelebihan itu di hadapan orang lain.

🌻 Rendah hati bukan tentang menilai diri rendah, tapi tentang tidak meninggikan diri. Hidup ini singkat. Maka, lebih indah jika diisi dengan ketulusan, bukan kesombongan. Dengan merendahkan hati, kita justru ditinggikan oleh Allah dan diberi kebahagiaan yang hakiki. Mari kita tanamkan dalam diri: “Aku bukan siapa-siapa tanpa rahmat Allah. Maka, tidak ada alasan untuk sombong. Yang ada hanyalah bersyukur, memperbaiki diri, dan merendahkan hati.” Semoga Allah ﷻ menjadikan kita hamba yang rendah hati dan bahagia dunia akhirat. Aamiin.

 


 

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

“Sedih Hati Jangan Membawa Gundah”
Refleksi Singkat dengan Sentuhan Jiwa

Setiap insan pasti pernah merasakan sedih. Hati yang luka, kecewa, kehilangan, atau bahkan harapan yang tak menjadi nyata—semuanya membuat dada terasa sempit dan jiwa gundah gulana. Namun, wahai jiwa yang sedang bersedih, izinkan hati tetap tenang walau sedang berduka. Karena sedih itu wajar, tapi jangan biarkan ia menyeretmu pada keputusasaan.

Dalam Islam, kesedihan bukan aib. Bahkan Nabi Muhammad ﷺ pun pernah bersedih. Saat kehilangan pamannya Abu Thalib dan istrinya Khadijah—dua pendukung utama dakwah beliau—tahun itu disebut ‘Aamul Huzn, tahun kesedihan. Namun, apa yang dilakukan Rasul? Ia tetap berdiri, tetap berjalan, tetap menyeru umat dengan penuh kasih.

Allah Ta’ala berfirman:

> “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40)

Ayat ini turun saat Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar berada di gua Tsur, dikejar oleh kaum musyrikin. Situasi mencekam, penuh ketakutan. Namun tetap, Allah mengajarkan: jangan bersedih. Kenapa? Karena bersama Allah, tak ada alasan untuk berputus asa.

Sedih itu sinyal hati sedang butuh dekapan Ilahi.
Tapi gundah yang berkepanjangan adalah isyarat bahwa kita lupa akan janji-Nya: “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6)

Bila sedih datang, jangan dibungkam. Tapi jangan pula dituruti sepenuhnya. Biarlah ia menjadi jembatan untuk kita bersimpuh lebih dalam dalam doa. Jadikan sedih sebagai jalan kembali pada Allah.

Tips Saat Hati Sedih agar Tak Terjebak Gundah:

  1. Berzikir:
    “Alaa bidzikrillahi tathma’innul quluub” – Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang (QS. Ar-Ra’d: 28)
  2. Curhatlah dalam doa, bukan di status media sosial.
    Allah Maha Mendengar, bahkan keluhan paling lirih pun Ia dengar dan jawab.
  3. Carilah pelipur lara dalam Al-Qur’an.
    Setiap ayat adalah pelita dalam kegelapan.

  4. Temui orang shalih, atau teman yang paham agama.
    Nasihatnya bisa menjadi oase dalam gurun kesedihanmu.

  5. Berbuat baiklah walau sedang sedih.
    Karena amal shalih adalah vitamin bagi jiwa yang lelah.

Penutup

Wahai jiwa yang sedang bersedih… Jangan larut dalam gundah yang membelenggu. Karena seberat apapun bebanmu,
Masih ada Allah yang Maha Kuasa untuk meringankannya.
Masih ada sujud, tempat kita mencurahkan segalanya,
Tanpa biaya, tanpa syarat, tanpa ditolak. Sedih boleh, tapi jangan berlarut. Menangis boleh, tapi jangan berputus asa.
Bangkitlah, karena hatimu kuat—dan Allah bersamamu. 📿 Semoga Allah tenangkan hati kita semua… Aamiin. (Tengku Iskandar)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement