Sosok
Beranda » Berita » Gerakan Literasi dari Kamar Tidur: Teladan Bupati Chaidir Syam untuk Keluarga Maros

Gerakan Literasi dari Kamar Tidur: Teladan Bupati Chaidir Syam untuk Keluarga Maros

Gerakan Literasi dari Kamar Tidur: Teladan Bupati Chaidir Syam untuk Keluarga Maros

Gerakan Literasi dari Kamar Tidur: Teladan Bupati Chaidir Syam untuk Keluarga Maros.

Dalam hiruk-pikuk perayaan Hari Jadi ke-66 Kabupaten Maros pada 4 Juli 2025, terselip sebuah pesan lembut namun sangat dalam dari Bupati Maros, Chaidir Syam: bacakanlah buku anak sebelum tidur. Pesan ini bukan sekadar romantisme orang tua terhadap anak, tetapi merupakan strategi literasi dini yang efektif dan membumi—dimulai dari ruang paling privat, yaitu kamar tidur anak-anak.

Pesan tersebut disampaikan dalam momen puncak peringatan hari jadi Kabupaten Maros yang sarat makna budaya dan semangat pembangunan. Chaidir Syam bersama Wakil Bupati Maros Mu’tasim Mansyur menghadirkan pendekatan holistik dalam membangun Maros: bukan hanya infrastruktur dan ekonomi, tapi juga membangun karakter warganya sejak usia dini, lewat gerakan membaca.

Buku Anak Sebelum Tidur: Literasi Berbasis Keluarga

Gerakan “Membacakan Buku Anak Sebelum Tidur” bukanlah ide baru secara global, tetapi menjadi luar biasa ketika seorang pemimpin daerah mengangkatnya sebagai gerakan sosial daerah. Chaidir Syam mendorong Bunda PAUD, Bunda Literasi, guru-guru, dan orang tua untuk menjadikan waktu tidur sebagai momen literasi keluarga.

Mengapa waktu tidur?

Karena saat itulah anak berada dalam kondisi emosional paling tenang dan terbuka untuk menerima cerita, pesan moral, dan nilai-nilai kehidupan. Ketika orang tua membacakan cerita, terbangunlah ikatan emosi yang kuat antara anak dan orang tua. Tidak hanya meningkatkan kecerdasan linguistik anak, tetapi juga membentuk karakter dan kebiasaan baik sejak dini.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Membangun Literasi dari Rumah

Chaidir Syam, yang juga menjadi tokoh inspiratif dalam program TGM (Tingkat Kegemaran Membaca) di Provinsi Sulawesi Selatan, menekankan pentingnya keterlibatan keluarga dalam pendidikan anak. Ia menyebut bahwa keluarga adalah madrasah pertama dan utama, terutama untuk anak usia dini.

Gerakan ini sangat relevan di tengah maraknya krisis literasi nasional. Menurut hasil TGM Provinsi Sulsel tahun 2024, Kabupaten Maros menempati peringkat tinggi dengan skor 90,94 pada kategori “Minat Baca”, mengungguli rata-rata provinsi. Ini bukan hasil instan, melainkan buah dari kerja kolaboratif berbagai pihak: pemerintah, pendidik, tenaga kesehatan, dan masyarakat umum.

Sinergi Lintas Sektor: Pendidikan, Kesehatan, dan Literasi

Apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Maros tidak berjalan sendiri. Dalam artikel tersebut, Bachtiar Adnan Kusuma menyoroti bahwa gerakan literasi ini juga didukung oleh tenaga kesehatan seperti bidan dan dokter Puskesmas. Mereka turut memberikan edukasi tentang pentingnya membacakan buku anak sebelum tidur saat pelayanan kesehatan.

Mereka tidak hanya memberikan resep obat, tetapi juga “resep literasi” berupa anjuran kepada orang tua agar membacakan cerita kepada anaknya sebelum tidur. Ini pendekatan yang sangat progresif dan menjanjikan.

Menumbuhkan Kecintaan Membaca, Bukan Sekadar Menumpuk Buku

Terlalu sering kita mendengar imbauan untuk gemar membaca, namun seringkali terbatas pada pengadaan buku atau pembangunan perpustakaan. Tapi Chaidir Syam memulai dari pondasi yang paling sederhana: rumah.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Ia tidak berbicara soal perpustakaan besar atau proyek-proyek besar, melainkan tentang bagaimana orang tua memilih buku anak yang tepat, membacakan secara rutin, dan menciptakan suasana cinta membaca di rumah.

Ini mengingatkan kita pada gagasan tokoh literasi dunia seperti Jim Trelease dan Mem Fox, yang menyatakan bahwa “membacakan cerita kepada anak adalah investasi jangka panjang dalam pendidikan dan karakter anak.”

Kisah Teladan dari Ruang Keluarga

Chaidir Syam tidak hanya berbicara, tapi juga memberi contoh langsung. Ia kerap membacakan cerita kepada anaknya sebelum tidur. Ia juga mendorong masyarakat Maros untuk menjadikan membaca sebagai budaya harian, bukan sekadar kegiatan simbolik saat Hari Buku Nasional atau Hari Anak.

Dalam artikel tersebut, penulis menggambarkan bagaimana buku bukan hanya benda mati di rak, tapi jendela yang menghubungkan anak-anak Maros dengan dunia imajinasi dan nilai-nilai kehidupan.

Menjawab Tantangan Zaman dengan Literasi Emosional

Di era digital seperti sekarang, di mana anak-anak lebih mudah terpapar layar daripada lembaran kertas, gerakan ini sangat strategis. Ketika anak dibacakan cerita oleh orang tuanya, ia belajar mendengarkan, berimajinasi, dan membangun kedekatan emosional.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Ini menjadi semacam pelindung dari “brain rot” akibat konten digital yang tidak terkurasi. Sebab, literasi tidak hanya soal membaca teks, tetapi juga memahami konteks dan membangun karakter.

Maros: Role Model Gerakan Literasi Keluarga di Indonesia

Apa yang dilakukan Kabupaten Maros di bawah kepemimpinan Chaidir Syam layak menjadi role model nasional. Pemerintah daerah lain dapat belajar bahwa membangun manusia tidak harus selalu lewat proyek besar, tapi bisa dimulai dari langkah kecil namun berdampak besar—seperti membacakan buku kepada anak sebelum tidur.

Jika setiap rumah tangga di Indonesia menjadikan waktu tidur sebagai momen literasi, bukan tidak mungkin kita mencetak generasi pembelajar sejati. Anak-anak yang cerdas, berakhlak, dan dekat dengan keluarganya. Inilah pondasi peradaban Islam dan bangsa yang kuat.

Penutup

Membaca adalah ibadah ketika diniatkan untuk kebaikan. Maka membacakan buku kepada anak sebelum tidur, dengan kasih sayang dan ketulusan, bukan hanya bentuk cinta orang tua, tapi juga bentuk dakwah sunyi yang tak terdengar tapi terasa dalam jiwa anak-anak kita.

Terima kasih kepada Bupati Maros, Chaidir Syam, atas teladannya. Semoga Maros menjadi titik awal kebangkitan budaya literasi keluarga di Indonesia. (🖋 Tengku Iskandar adalah pemerhati dakwah keluarga, aktivis literasi Islam, dan penulis konten keislaman berbasis keagamaan)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement