Berita Internasional
Beranda » Berita » KTT BRICS: Indonesia Dorong Kerja Sama Ekonomi di Tengah Kecaman Terhadap Serangan Militer ke Iran

KTT BRICS: Indonesia Dorong Kerja Sama Ekonomi di Tengah Kecaman Terhadap Serangan Militer ke Iran

KTT BRICS mengutuk serangan ke Iran
KTT BRICS 2025 mengutuk serangan militer ke Iran. Presiden Prabowo mengusulkan kerja sama ekonomi selatan-selatan untuk memperkuat negara berkembang ( foto dok.setneg.go.id)

SURAU.CO. Para pemimpin dunia yang tergabung dalam BRICS berkumpul di Rio de Janeiro, Brasil. Mereka menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada 6-7 Juli 2025. Pertemuan ini menghasilkan beberapa sikap tegas. BRICS mengutuk serangan militer terhadap Iran. Mereka juga menyambut usulan penting dari Indonesia untuk memperkuat negara berkembang.

Presiden RI Prabowo Subianto hadir untuk pertama kalinya sebagai anggota penuh. Kehadirannya menandai babak baru bagi peran Indonesia di panggung global. Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva bahkan memberikan Berbagai khusus untuknya. Dalam KTT ini, Indonesia menunjukkan strategi inisiasi. tik, Presiden Prabowo Subianto  mengusulkan pembentukan kerja sama ekonomi selatan-selatan (Pakta Ekonomi Selatan-Selatan). Gagasan ini bertujuan memberdayakan negara-negara di belahan bumi bagian selatan (Global Selatan).

BRICS Kutuk Keras Serangan Militer ke Iran

Salah satu hasil utama KTT adalah Deklarasi Rio de Janeiro. Deklarasi ini memuat sikap tegas para pemimpin BRICS. Mereka mengutuk keras serangan militer yang menargetkan Iran. Serangan yang terjadi sejak 13 Juni 2025 dianggap sebagai pelanggaran berat. “Kami mengutuk serangan militer terhadap Republik Islam Iran sejak 13 Juni 2025, yang merupakan pelanggaran hukum internasional dan Piagam PBB, serta menyatakan bahwa eskalasi serius situasi keamanan di Timur Tengah yang terjadi setelahnya,” kata deklarasi tersebut.

Konflik ini memicu eskalasi keamanan di Timur Tengah. Para pemimpin BRICS menyoroti pentingnya melindungi fasilitas nuklir. Mereka juga menekankan keselamatan warga sipil. BRICS khawatir atas serangan terhadap “infrastruktur sipil dan fasilitas nuklir damai yang berada di bawah pengawasan penuh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).”

Serangan Israel melaporkan sedikitnya 935 orang. Sementara itu, 5.332 orang lainnya mengalami luka-luka. Sebagai balasannya, Iran meluncurkan rudal yang mengirimkan 29 orang di pihak Israel. Konflik berakhir setelah Amerika Serikat memediasi gencatan senjata pada 24 Juni. Para pemimpin BRICS mendorong solusi pengetahuan. “Kami juga mengumumkan agar Dewan Keamanan PBB segera mengkonfirmasi persoalan ini,” tegas mereka dalam deklarasi.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Indonesia Gagas Kerja Sama Ekonomi Selatan-Selatan

Di tengah pembahasan isu geopolitik, Presiden Prabowo Subianto  dalam KTT BRICS mengusulkan pembentukan kerja sama ekonomi selatan-selatan (Pakta Ekonomi Selatan-Selatan). Gagasan ini bertujuan memberdayakan negara-negara di belahan bumi bagian selatan (Global Selatan).

Wakil Menteri Luar Negeri, Arrmanatha Christiawan Nasir, menjelaskan usulan tersebut. “Bapak Presiden sempat mengusulkan South-South Economic Compact, yang tujuannya adalah agar negara-negara BRICS menjadi motor untuk memberikan akses lebih luas kepada negara-negara global selatan untuk perdagangan, untuk juga lebih mengintegrasikan perekonomiannya menjadi bagian dari rantai pasokan,” katanya.

Usulan ini mendapat perhatian serius. Indonesia ingin BRICS menjadi penggerak utama. Tujuannya agar negara berkembang memiliki akses pasar yang lebih luas. Mereka juga diharapkan bisa terintegrasi dalam rantai pasok global. Inisiatif ini memperkuat posisi tawar negara-negara berkembang.

Peran Baru BRICS dan Penguatan Multilateralisme

KTT BRICS Ke-17 ini menegaskan kembali komitmen BRICS. Mereka sepakat untuk memimpin negara Global Selatan. Tujuannya adalah memperkuat kembali sistem multilateralisme. Sistem ini diyakini semakin terpengaruh oleh kepentingan negara-negara maju. BRICS ingin menyatukan suara negara berkembang. “Diharapkan BRICS bisa bersatu, menyatukan negara-negara global selatan, untuk terus mengingatkan bahwa hukum internasional, sistem multilateral yang kuat itu dibutuhkan oleh negara-negara berkembang,” ujar Wamenlu Arrmanatha.

Kelompok BRICS saat ini menjadi simbol kekuatan ekonomi baru sebagai penyeimbang dominasi negara Barat dalam tatanan ekonomi dunia. Indonesia resmi bergabung dengan BRICS pada 6 Januari 2025. Hal ini  menandai langkah strategis untuk memperluas pengaruh dalam ekonomi global dan mendiversifikasi mitra strategisnya. Perjalanan menuju anggota baru bukanlah hal mudah, karena Indonesia harus mampu memanfaatkan peluang, mengatasi risiko, dan menghadapi dinamika politik serta ekonomi yang muncul dalam lingkup BRICS

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Blok BRICS awalnya merupakan konsep ekonomi dari Jim O’Neill pada tahun 2001. Ia memperkirakan Brasil, Rusia, India, dan China (BRIC) akan mendominasi ekonomi. Kelompok ini kemudian resmi terbentuk pada tahun 2009. Afrika Selatan bergabung pada tahun 2010, mengubah nama menjadi BRICS. Kini, BRICS telah menjadi blok geopolitik yang kuat. Kelompok ini mencakup 40 persen populasi dunia. Mereka juga mencakup perekonomian global. Indonesia resmi menjadi anggota penuh pada 6 Januari 2025. Langkah ini merupakan manuver strategi untuk memperkuat pengaruh Indonesia pada tatanan dunia.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement