SURAU.CO – Seringkali, kita berpikir bahwa beramal adalah tugas orang kaya. Kita membayangkan berbagi hanya bisa dilakukan saat memiliki kelebihan harta. Namun, Islam datang dengan perspektif yang jauh lebih dalam. Justru, beramal di tengah keterbatasan adalah sebuah puncak pembuktian. Ia menjadi cermin sejati dari kekuatan iman dan ketulusan seorang hamba. Saat tangan memberi meskipun diri sendiri sedang membutuhkan, di situlah nilai sebuah amal menjadi luar biasa di hadapan Allah SWT. Dengan demikian, artikel ini akan membahas tentang keutamaan beramal di saat sulit.
Menggali Keutamaan Beramal di Saat Sulit: Puncak Keikhlasan dan Bukti Iman
Tindakan ini bukan lagi sekadar kewajiban sosial. Sebaliknya, ia berubah menjadi ujian spiritual yang paling murni. Allah ingin melihat siapa di antara hamba-Nya yang benar-benar yakin. Yakin bahwa memberi tidak akan mengurangi. Yakin bahwa janji Allah lebih pasti daripada rasa takut akan kekurangan. Oleh karena itu, memahami keutamaan beramal di saat sulit akan membuka mata hati kita tentang makna pengorbanan yang sesungguhnya.
Amal Sejati: Bukan Tentang Jumlah, Melainkan Ketulusan Hati
Allah SWT, Sang Maha Kaya, tidak pernah membutuhkan harta kita. Apa pun yang kita berikan tidak akan menambah atau mengurangi kekayaan-Nya. Lantas, apa yang Allah nilai dari amal kita? Jawabannya adalah niat dan keikhlasan. Hati yang tulus saat memberi adalah esensi dari ibadah itu sendiri. Sebuah pemberian kecil dari orang yang kekurangan, namun didasari niat murni, bisa jauh lebih berat timbangannya daripada infak besar yang disertai riya’ atau kesombongan.
Al-Qur’an secara tegas menjelaskan prinsip ini. Setiap perbuatan, sekecil apa pun, tidak akan pernah luput dari perhitungan-Nya. Allah berfirman:
“Barang siapa yang melakukan kebaikan seberat zarrah (debu), niscaya dia akan melihat (balasannya).” (QS. Az-Zalzalah: 7)
Ayat ini memberikan sebuah pesan kuat. Kata zarrah sering diartikan sebagai partikel debu terkecil yang tak kasat mata. Ini menunjukkan bahwa tidak ada kebaikan yang sia-sia. Jika amal sekecil debu saja akan mendapat balasan, bayangkan nilai amal yang dilakukan dengan pengorbanan besar di saat diri sedang berjuang. Tentunya, balasannya akan jauh lebih agung.
Teladan Agung dari Generasi Terbaik
Sejarah Islam kaya dengan kisah-kisah inspiratif. Para sahabat Rasulullah ﷺ adalah contoh nyata bagaimana beramal di saat sulit menjadi sebuah karakter. Mereka tidak menunggu lapang untuk berbagi. Salah satu kisah yang terkenal adalah tentang seorang sahabat. Ia hanya memiliki segenggam kurma untuk menyambung hidup. Namun, ketika seruan jihad datang, ia memberikan segenggam kurma itu untuk perjuangan di jalan Allah.
Amal ini mungkin terlihat kecil di mata manusia. Akan tetapi, di mata Rasulullah ﷺ dan di sisi Allah, ia sangatlah besar. Mengapa? Karena sahabat itu memberikan hampir seluruh yang ia miliki. Pengorbanannya total. Rasulullah ﷺ kemudian menjelaskan bagaimana Allah memuliakan sedekah yang tulus, meskipun kecil. Beliau bersabda:
“Orang yang memberi sedekah satu butir kurma dari hasil usaha yang halal—dan Allah hanya menerima yang halal—maka Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya, lalu Dia akan memeliharanya untuk orang itu seperti salah seorang dari kalian memelihara anak kuda atau anak unta, hingga sedekah itu menjadi sebesar gunung.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini memberikan analogi yang indah. Allah tidak hanya menerima, tetapi juga “memelihara” dan “menumbuhkan” sedekah itu. Dari sebutir kurma, ia bisa tumbuh menjadi sebesar gunung. Ini adalah gambaran betapa Allah sangat menghargai ketulusan di balik sebuah pemberian.
Janji Keberkahan dan Balasan Berlipat Ganda
Logika manusia seringkali berkata, “Jika aku memberi, hartaku akan berkurang.” Namun, logika ilahi justru sebaliknya. Memberi adalah cara mengundang keberkahan dan kelipatan rezeki. Allah menjanjikan sebuah “investasi” yang keuntungannya tidak akan pernah bisa ditandingi oleh bisnis duniawi mana pun.
Dalam firman-Nya, Allah memberikan perumpamaan yang sangat jelas:
“Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Mari kita hitung janji matematis dari Allah ini. Satu kebaikan dibalas dengan tujuh bulir. Kemudian, setiap bulir berisi seratus biji. Artinya, satu kebaikan berpotensi dilipatgandakan hingga 700 kali lipat. Janji ini berlaku umum. Namun, ia akan terasa lebih dahsyat bagi mereka yang beramal di tengah kesempitan. Pengorbanan mereka menjadi bukti takwa yang mengundang pertolongan dan balasan yang lebih besar lagi dari Allah.
Perang Melawan Ego dan Bisikan Keraguan
Salah satu rintangan terbesar untuk beramal di saat sulit datang dari dalam diri sendiri. Ada rasa takut akan kemiskinan, egoisme yang berbisik, “Pikirkan dirimu dulu.”, begitu pula keraguan yang ditanamkan oleh setan. Mampu menaklukkan semua perasaan negatif ini adalah sebuah kemenangan spiritual yang luar biasa.
Berbagi dalam kekurangan adalah latihan untuk memperkuat tawakal. Anda secara aktif menyatakan kepada diri sendiri dan kepada Allah, “Ya Allah, aku lebih percaya pada janji-Mu daripada pada ketakutanku.” Sikap inilah yang akan melapangkan hati dan melapangkan rezeki.
Rasulullah ﷺ memberikan jaminan untuk mematahkan keraguan ini. Beliau bersabda dengan tegas:
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.” (HR. Muslim)
Hadis ini bukan sekadar kalimat motivasi. Ia adalah sebuah kepastian dari lisan manusia paling jujur. Harta mungkin berkurang secara nominal di dompet. Akan tetapi, Allah akan menggantinya melalui pintu lain. Bisa jadi dalam bentuk kesehatan, kemudahan urusan, ketenangan batin, atau bahkan rezeki materi yang datang dari arah tak terduga.
Memulai Kebaikan dari Apa yang Kita Punya
Jadi, jangan pernah menunggu kaya untuk mulai beramal. Kebaikan tidak melulu soal uang. Anda bisa memulai dari hal-hal kecil yang Anda miliki saat ini. Bagikan senyuman tulus kepada orang lain. Tawarkan tenaga untuk membantu tetangga yang kesusahan. Berikan sebagian makanan Anda kepada yang lebih membutuhkan. Setiap tindakan ini, jika didasari keikhlasan, adalah amal besar di sisi Allah.
Tindakan kecil yang konsisten jauh lebih baik daripada menunggu sebuah tindakan besar yang tidak pernah terjadi. Mulailah hari ini, dari apa pun yang ada di genggaman Anda.
Pinjaman Terbaik untuk Pahala Abadi
Pada akhirnya, Islam mengajarkan kita sebuah kebenaran agung. Amal terbaik lahir dari rahim pengorbanan. Berbagi di tengah keterbatasan adalah bukti cinta dan keyakinan tanpa syarat kepada Sang Pencipta. Ini adalah cara kita “meminjamkan” kepada Allah, dan Allah adalah peminjam yang akan mengembalikan dengan balasan terbaik.
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-laki maupun perempuan, dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (balasannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang mulia.” (QS. Al-Hadid: 18)
DindaAM
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
