Opinion
Beranda » Berita » Menggali Makna Yaum (يوم): Bukan Sekadar Hari dalam Al-Quran

Menggali Makna Yaum (يوم): Bukan Sekadar Hari dalam Al-Quran

Tahukah kamu bahwa dalam Al-Qur'an, kata 'Yaum' tak sekadar berarti hari? Mengapa Allah menyebut 'Yaumul Hisab', 'Yaumul Qiyamah', dan 'Yaumul Din'? Apa pesan tersembunyi di balik setiap hari yang disebut-Nya?

SURAU.CO – Banyak orang memahami kata “Yaum” (يوم) hanya sebagai hari. Pemahaman ini tentu tidak salah. Al-Quran sering menggunakan kata ini untuk merujuk pada hari dalam artian 24 jam. Misalnya, kita mengenal istilah Yaumul Jumu’ah (Hari Jumat). Namun, Al-Quran memiliki kedalaman bahasa yang luar biasa. Kitab suci ini menggunakan kata “Yaum” dengan makna yang jauh lebih luas.

Kata ini ternyata juga merujuk pada sebuah periode atau masa yang sangat panjang. Konteks ayat menjadi kunci untuk membuka makna sesungguhnya. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari lebih dalam bagaimana Al-Quran menyajikan konsep ini. Dengan demikian, kita dapat menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan ayat-ayat-Nya.

Yaum sebagai Periode Panjang dalam Proses Penciptaan

Salah satu bukti paling jelas mengenai fleksibilitas makna “Yaum” terdapat dalam ayat-ayat penciptaan. Allah SWT menjelaskan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Perhatikan firman Allah dalam Surat Al-A’raf ayat 54.

“Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa (Ayyam), lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. Al-A’raf: 54).

Kata yang digunakan adalah “Ayyam”, bentuk jamak dari “Yaum”. Jika kita memaknainya sebagai enam hari biasa, tentu akan timbul pertanyaan. Konsep hari 24 jam bergantung pada rotasi bumi dan keberadaan matahari. Padahal, bumi dan matahari itu sendiri adalah bagian dari ciptaan yang sedang dibicarakan. Jadi, mustahil “Yaum” di sini berarti hari seperti yang kita kenal.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Para ulama tafsir sepakat bahwa “Yaum” dalam konteks ini berarti sebuah fase atau periode waktu. Panjang pastinya hanya Allah yang tahu. Ini menunjukkan sebuah proses bertahap yang agung. Hal ini juga sejalan dengan penemuan sains modern. Ilmu pengetahuan mengungkap bahwa alam semesta terbentuk melalui proses miliaran tahun. Akibatnya, pemahaman “Yaum” sebagai periode panjang justru memperkuat keselarasan antara Al-Quran dan sains.

Yaum dalam Konteks Hari Akhir: Sebuah Ukuran Relatif

Selanjutnya, Al-Quran juga menggunakan “Yaum” untuk menggambarkan peristiwa di akhirat. Di sini, makna “Yaum” menjadi sangat relatif dan luar biasa panjang dibandingkan ukuran duniawi. Konteks ini menegaskan bahwa waktu di sisi Allah sangat berbeda dengan waktu manusia.

Contoh yang sangat gamblang bisa kita temukan dalam Surat Al-Ma’arij ayat 4. Ayat ini memberikan perbandingan yang spesifik.

“Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari (Yaum) yang setara dengan lima puluh ribu tahun.” (QS. Al-Ma’arij: 4).

Ayat ini secara eksplisit menyatakan bahwa satu “Yaum” dalam konteks urusan akhirat setara dengan 50.000 tahun di dunia. Ini adalah bukti tak terbantahkan bahwa kata “Yaum” tidak kaku. Maknanya sangat bergantung pada konteks kalimat (siyaqul kalam). Oleh karena itu, kita tidak bisa memukul rata semua kata “Yaum” dengan satu makna tunggal.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Pemahaman ini membuka wawasan kita tentang kebesaran Allah. Waktu, yang bagi manusia terasa mutlak, sesungguhnya adalah ciptaan yang relatif di hadapan Sang Khaliq.

Pentingnya Memahami Konteks Bahasa Al-Quran

Kekayaan bahasa Arab dalam Al-Quran menuntut kita untuk berhati-hati. Setiap kata bisa memiliki beragam makna sesuai konteksnya. Kata “Yaum” adalah contoh sempurna dari kaidah ini. Memaksakan satu arti pada sebuah kata justru dapat menyimpangkan makna ayat.

Dengan memahami bahwa “Yaum” bisa berarti hari literal dan juga periode panjang, kita akan lebih bijak. Kita dapat menghargai keagungan proses penciptaan alam semesta. Selain itu, kita juga bisa merenungkan betapa dahsyatnya peristiwa di Hari Kiamat kelak.

Jadi, ketika kita membaca Al-Quran dan menemukan kata “Yaum”, berhentilah sejenak. Lihatlah konteks ayatnya secara menyeluruh. Apakah ayat itu berbicara tentang aktivitas harian di dunia? Ataukah ia sedang mengisahkan peristiwa agung seperti penciptaan atau kehidupan setelah mati? Jawaban atas pertanyaan itu akan menuntun kita pada makna “Yaum” yang paling tepat. Inilah salah satu kunci untuk merasakan kedalaman pesan ilahi.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement