Fiqih
Beranda » Berita » Jempolmu Harimaumu: Menjaga Etika Komentar di Media Sosial

Jempolmu Harimaumu: Menjaga Etika Komentar di Media Sosial

Jempolmu Harimaumu

SURAU.CO – Di era digital ini, media sosial telah menjelma menjadi ruang publik baru tempat kita berinteraksi setiap hari. Salah satu aktivitas paling umum di dalamnya adalah menulis komentar. Kolom komentar menjadi arena bagi kita untuk berekspresi secara bebas. Namun, kemudahan ini datang dengan tanggung jawab yang sangat besar. Pepatah lama “mulutmu harimaumu” kini telah berevolusi menjadi “jempolmu harimaumu.”

Setiap huruf yang kita ketik di dunia maya memiliki dampak nyata. Ia bisa membawa kebaikan, namun bisa juga menyebar keburukan. Bagi seorang Muslim, jejak digital adalah cerminan akhlak. Tanggung jawab menjaga lisan di dunia nyata kini beralih ke ujung jari-jemari kita. Oleh karena itu, Islam memberikan panduan yang sangat jelas untuk mengatur cara kita berinteraksi di ruang digital.

Jejak Digital Kita: Tanggung Jawab di Hadapan Allah

Banyak orang mungkin mengira bahwa tulisan di dunia maya berbeda dengan ucapan langsung. Padahal, dalam pandangan Islam, keduanya memiliki kedudukan yang setara. Jari yang mengetik komentar memikul tanggung jawab yang sama persis dengan lisan. Sebab, setiap kata yang kita tulis akan dicatat oleh malaikat Raqib dan ‘Atid tanpa ada yang terlewat sedikit pun.

Allah SWT menegaskan hal ini secara langsung dalam firman-Nya:

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf: 18)

Ziarah Makam Hari Jum’at, Apa Hukumnya?

Ayat ini berlaku untuk ucapan lisan maupun tulisan. Jejak digital kita bersifat permanen dan akan menjadi saksi di hari pertanggungjawaban kelak. Karena itu, kesadaran ini seharusnya membuat kita jauh lebih berhati-hati sebelum menekan tombol “kirim”.

Prinsip Emas: Berkata Baik atau Lebih Baik Diam

Untuk membantu kita, Rasulullah SAW memberikan sebuah prinsip emas yang sangat relevan di era digital. Beliau bersabda:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini berfungsi sebagai filter terbaik untuk setiap komentar. Sebelum menulis, mari kita bertanya pada diri sendiri: Apakah komentar ini membawa kebaikan? Apakah isinya bermanfaat dan tidak menyakiti? Jika jawabannya “tidak”, maka pilihan terbaik adalah diam. Diam di sini berarti tidak ikut berkomentar dan cukup melanjutkan aktivitas lain. Tindakan sederhana ini adalah bentuk kebijaksanaan yang sering kita lupakan.

Waspadai Jebakan Dosa di Kolom Komentar

Tanpa kita sadari, kolom komentar bisa menjadi ladang dosa jika kita tidak waspada. Beberapa dosa lisan kini telah bertransformasi menjadi dosa digital yang berbahaya.

Tidak Shalat Jum’at Karena Hujan; Apa Hukumnya?

  • Ghibah (Menggunjing): Kita sering tergoda mengomentari aib seseorang, mulai dari gaya hidup hingga penampilan fisiknya. Ini adalah bentuk ghibah digital.

  • Fitnah (Slander): Menyebarkan informasi buruk tentang seseorang yang belum tentu benar. Komentar berisi tuduhan tanpa bukti adalah fitnah yang dosanya sangat besar.

  • Namimah (Adu Domba): Menulis komentar provokatif yang sengaja memancing pertengkaran agar suasana menjadi panas. Perbuatan ini sangat dibenci Allah.

  • Menghakimi: Dengan mudah kita memberi label “sesat” atau “munafik” pada orang lain, padahal hanya Allah yang berhak menilai isi hati seseorang.

Tabayyun: Perisai Utama Melawan Hoaks

Untuk melindungi diri dari dosa-dosa tersebut, Islam menawarkan sebuah perisai ampuh, yaitu tabayyunTabayyun berarti memeriksa atau mengklarifikasi sebuah berita sebelum memercayainya. Kita tidak boleh langsung menelan mentah-mentah informasi yang kita lihat, apalagi ikut menyebarkannya melalui komentar.

Bencana Alam Dari Perspektif Islam: Ujian atau Peringatan Allah?

Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti.” (QS. Al-Hujurat: 6)

Oleh karena itu, sebelum mengomentari sebuah isu panas, luangkan waktu sejenak untuk mencari kebenarannya. Dengan demikian, tindakan tabayyun akan melindungi kita dari dosa dan penyesalan di kemudian hari.

Mengubah Komentar Menjadi Ladang Amal Jariyah

Namun, di sisi lain, kolom komentar juga bisa menjadi ladang pahala yang subur. Setiap komentar yang baik adalah bentuk sedekah yang bisa menjadi amal jariyah dengan pahala yang terus mengalir.

Gunakanlah ruang ini untuk menebar hal-hal positif. Misalnya, berikan nasihat dengan bahasa yang lembut, bagikan ilmu yang bermanfaat, atau doakan kebaikan untuk orang lain. Anda juga bisa menjadi penengah yang menyejukkan saat ada perdebatan. Pada akhirnya, setiap komentar positif yang kita tinggalkan akan menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat sekaligus menjadi investasi berharga untuk akhirat kita. Mari gunakan lisan digital kita dengan penuh kebijaksanaan.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement