Kisah
Beranda » Berita » Kisah Ibnu Thulun Mendidik Anaknya Belajar tentang Prioritas

Kisah Ibnu Thulun Mendidik Anaknya Belajar tentang Prioritas

Ilustrasi

SURAU.CO – Sejarah mencatat banyak metode pendidikan unik dari para pemimpin besar. Salah satunya adalah kisah Ibnu Thulun mendidik anaknya, Abbas. Kisah ini sarat akan makna tentang pentingnya sebuah prioritas dalam hidup. Ahmad bin Thulun -nama lengkap Ibnu Thulun-, pendiri Dinasti Thuluniyah di Mesir, tidak hanya dikenal sebagai pemimpin yang tegas. Ia juga seorang ayah yang sangat bijaksana. Ia merancang sebuah pelajaran khusus untuk putranya. Pelajaran ini tidak disampaikan melalui lisan, tetapi melalui sebuah pengalaman langsung yang tak terlupakan.

Kisah ini dituturkan oleh Abdullah bin Al-Qasim. Ia bekerja sebagai sekretaris untuk Abbas, putra Ibnu Thulun. Pengalamannya menjadi saksi mata dari metode pendidikan sang raja.

Panggilan Misterius di Tengah Malam

Semuanya berawal pada suatu malam yang ganjil. Abdullah bin Al-Qasim menerima sebuah panggilan mendadak. Perintah itu datang langsung dari Raja Ahmad bin Thulun. Waktu panggilan yang tidak biasa membuatnya sangat cemas. Berbagai pikiran buruk melintas di benaknya. Rasa takut pun menyelimuti hatinya.

Tak lama kemudian, seorang pengawal datang menjemputnya. Mereka berjalan dalam senyap menembus kegelapan malam. Perjalanan itu berakhir di sebuah rumah yang sangat gelap. Suasananya terasa begitu mencekam dan misterius. Sang pengawal lalu memintanya untuk memberi salam. Salam itu ditujukan kepada Raja Ahmad bin Thoulon yang berada di dalam.

Abdullah bin Al-Qasim pun mengucapkan salam dengan suara gemetar. Dari dalam ruangan yang gelap gulita, sang raja menjawab. Ahmad bin Thulun lalu melontarkan pertanyaan aneh.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

“Untuk apa sebaiknya rumah ini?” tanya sang Raja.

Abdullah berpikir sejenak dalam kebingungan. Ia mencoba memberikan jawaban terbaik yang ia bisa. “Untuk berfikir, karena tidak ada sesuatu yang menarik untuk dilihat,” jawabnya.

Jawaban itu ternyata memuaskan sang raja. Ahmad bin Thulun memuji kecerdasan sekretaris putranya itu.

Perintah Aneh untuk Sang Putra

Setelah itu, raja memberikan perintah utamanya. Perintah itulah yang menjadi inti dari panggilan malam itu.

Ahmad bin Thulun berkata, “Bagus, sekarang pergilah menemui anakku, Abbas lalu katakan kepadanya, “Ayahmu meminta agar sekarang Anda datang menemuinya dan berpesan agar jangan makan apa pun hingga datang dan makan bersamanya.”

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

Abdullah bin Al-Qasim segera menyanggupi tugas tersebut. “Kami laksanakan perintah Baginda,” jawabnya patuh. Ia lalu bergegas pergi dari rumah gelap itu. Tujuannya adalah menemui Abbas dan menyampaikan pesan dari ayahnya.

Ujian Kesabaran dan Rasa Lapar

Abdullah segera menemui Abbas bin Thulun. Ia menyampaikan pesan sang ayah kata demi kata. Abbas dikenal sebagai pribadi yang tidak tahan lapar. Mendengar perintah ayahnya, ia menjadi sedikit resah. Ia berniat untuk menyantap makanan ringan terlebih dahulu. Ia ingin mengganjal perutnya sebelum bertemu sang ayah.

Namun, Abdullah bin Al-Qasim dengan tegas melarangnya. Ia mengingatkan kembali pesan spesifik dari raja. Abbas tidak boleh makan apa pun sebelum bertemu ayahnya. Akhirnya, Abbas menuruti perintah itu dengan berat hati. Ia berangkat dalam keadaan perut kosong untuk memenuhi panggilan ayahnya.

Setibanya di sana, ia langsung duduk di hadapan sang ayah. Ahmad bin Thulun sengaja mengajaknya berbicara panjang lebar. Ia membahas berbagai topik yang tidak mendesak. Semua itu ia lakukan untuk mengulur waktu. Tujuannya agar rasa lapar di perut Abbas semakin menjadi-jadi. Abbas pun harus menahan gejolak di perutnya dengan sabar.

Hidangan Sederhana dan Pelajaran Pertama

Setelah waktu berlalu cukup lama, makanan akhirnya dihidangkan. Namun, hidangan yang tersaji sangat jauh dari ekspektasi. Tidak ada makanan mewah seperti biasanya. Di hadapan Abbas hanya ada roti tawar dan sayur kol rebus. Sebuah menu yang sangat sederhana untuk seorang pangeran.

Penaklukan Thabaristan: Merebut Negeri Kapak Persia di Masa Utsmaniyah

Karena rasa lapar yang sudah di puncak, Abbas tidak berpikir panjang. Ia langsung menyantap hidangan sederhana itu dengan lahap. Ia makan hingga perutnya terasa sangat kenyang. Sementara itu, ayahnya hanya duduk tenang. Ahmad bin Thulun menyandarkan kakinya santai dan tidak menyentuh makanan sedikit pun. Ia hanya mengamati putranya makan.

Setelah memastikan Abbas benar-benar kenyang, sang ayah memberi perintah. Ia meminta pelayan mengangkat hidangan sederhana itu. Tak lama, hidangan baru pun datang. Kali ini, meja dipenuhi aneka makanan yang luar biasa lezat. Ada ayam panggang, angsa bakar, kambing guling, dan berbagai hidangan mewah lainnya.

Ahmad bin Thulun mulai menyantap hidangan mewah itu. Makanan lezat itu juga disajikan untuk Abbas. Namun, apa daya, perut Abbas sudah terisi penuh. Ia tidak sanggup lagi menyantap makanan lezat di hadapannya. Ia hanya bisa memandang ayahnya menikmati pesta itu.

Makna di Balik Ujian

Setelah ayahnya selesai makan, barulah momen puncak itu tiba. Ahmad bin Thulun menatap putranya dan menjelaskan semuanya. Ia mengungkap tujuan dari skenario yang ia rancang malam itu.

“Aku sebenarnya ingin memberimu pelajaran hari ini dengan mengujimu. Janganlah hasratmu ditujukan pada persoalan persoalan kecil sementara yang besar engkau abaikan. Janganlah disibukkan oleh hal-hal yang nilainya kecil sehingga tidak terdapat pada dirimu jasa untuk hal-hal yang besar nilainya,” jelasnya.

Pelajaran itu sangat menusuk dan mendalam. Kol rebus melambangkan urusan-urusan kecil dan sepele dalam hidup. Sedangkan hidangan mewah adalah tujuan-tujuan besar dan penting. Ibnu Thulun mengajarkan bahwa jika kita terlalu sibuk memuaskan diri dengan hal-hal kecil, kita akan kehilangan kapasitas. Kita tidak akan punya ruang tersisa untuk meraih hal-hal besar dan mulia. Kisah Ibnu Thulun mendidik anaknya ini menjadi bukti nyata metode parenting yang visioner. Ia tidak hanya memberi nasihat, tetapi menciptakan sebuah pengalaman abadi. (Tri)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement