Turutan Iqra’: Pilar Pendidikan Al-Qur’an Anak Sejak Dini
SURAU.CO. Dalam konteks pembelajaran Al-Quran, kemajuan teknologi sering kali menjadi tantangan, karena anak-anak cenderung lebih tertarik pada hiburan digital daripada mendalami nilai-nilai spiritual dan pembelajaran agama. Namun pendidikan agama Islam harus mampu memainkan peran krusial dalam membentuk karakter siswa di era digital dengan mengajarkan nilai-nilai moral dan etika Islam, mengembangkan etika digital pada siswa, dan membangun kesadaran spiritual dalam penggunaan teknologi. Anak-anak di era digital sudah terpapar pada gadget, media sosial, dan konten digital yang mengalihkan perhatian mereka dari pembelajaran konvensional, termasuk belajar Al-Quran. Maka ini menjadi tantangan dalam pembelajaran Al-Quran. Bagaimana cara memperbarui metode pembelajaran Al-Quran tradisional agar lebih menarik bagi anak-anak di era digital.
Belajar Al-quran itu hendaklah dari semenjak kecil. Saat membaca Al-Quran, kita harus menerapkan ilmu tajwid agar pelafalan huruf tepat dan sesuai. Ilmu ini memberikan pedoman khusus untuk melafalkan huruf dengan tepat dan memperhatikan hubungan antarhuruf. Penggunaan metode yang tepat secara signifikan akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Metode Baghdadiyah atau Turutan dalam Belajar Membaca Al-Quran
Banyak orang Indonesia menggunakan metode Baghdadiyah untuk belajar membaca Al-Quran, karena metode ini sangat populer dan banyak digunakan. Metode ini disebut demikian karena dikembangkan oleh Syekh Hasan Al-Baghdadi, seorang ulama asal Surabaya, Indonesia. Metode ini dikembangkan dari metode yang lahir di Bagdad, yang tercatat sebagai metode membaca Al-Quran tertua di Indonesia. Meski tidak diketahui pasti kapan dan siapa yang menulisnya.
Menurut sumber yang lain metode Baghdadya adalah praktek menggunakan tahaji (menulis) surat-surat Al-Quran. Misalnya “Alif Fatah A, Alif Qasra I, Alif Tamar U, A, I, U” adalah contoh bacaannya. Metode Baghdadiyah, yang juga dikenal sebagai “turutan”, disajikan dalam satu jilid buku yang biasa disebut Al-Quran kecil atau turutan. Hanya sayangnya belum ada seorangpun yang mampu mengungkapkan sejarah penemuan, perkembangan dan metode pembelajarannya sampai saat ini.
Dengan metode Baghdadiyah, siswa belajar membaca secara bertahap, mulai dari huruf hijaiyah, penerapan tajwid, hingga membaca Al-Quran dengan lancar dan benar. Penggunaan modul pengajaran yang sistematis dan terstruktur merupakan salah satu ciri pendekatan baghdadiyah. Penyusun membuat modul tersebut dengan tahapan yang sistematis agar lebih mudah mempelajari Al-Quran.
Era Digital belajar Al-Quran
Penggunaan metode konvensional di era digital sering kali membuat siswa bosan dan kurang menarik. Kondisi ini menuntut adanya inovasi dalam metode pembelajaran yang mampu mengintegrasikan teknologi atau setidaknya menyesuaikan diri dengan cara belajar yang lebih menarik bagi anak-anak. Inovasi tersebut tidak hanya bertujuan untuk mempertahankan minat siswa, tetapi juga untuk meningkatkan pemahaman dan aplikasi nilai-nilai Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dalam menghadapi arus teknologi yang tidak terelakkan, pendidikan Al-Quran tidak hanya penting untuk mengajarkan teks-teks religius, tetapi juga untuk membangun karakter dan moral yang kokoh pada generasi muda, sehingga mereka mampu menghadapi tantangan zaman dengan penuh keyakinan dan integritas. Dengan mengeksplorasi metode pembelajaran Al-Quran yang kreatif dan kontekstual, kita dapat menciptakan generasi yang cakap secara intelektual, berakhlak mulia, dan mampu memanfaatkan teknologi secara bijak.
Inovasi metode pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi diharapkan dapat menjadi solusi signifikan, tidak hanya dalam membudayakan membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Tetapi juga dalam menangkal dampak negatif teknologi pada perkembangan anak. Pemanfaatan teknologi secara positif, mampu mengubah paradigma bahwa teknologi hanya digunakan untuk hiburan. Integrasi antara metode turutan dalam belajar membaca Al-Quran dengan teknologi memberikan keeimbangan yang diperlukan dalam membangun kompetensi intelektual sekaligus spritualitas.
Turutan dan Digital
Dengan metode turutan siswa akan lebih bisa memahami huruf per-huruf dalam Al-Quran dan mengetahui tajwid dan bunyi harakat dengan benar. Selain itu siswa akan mengetahui bunyi asli dari setiap huruf hijaiyah yang ada. Guru memulai pembelajaran kitab turutan dengan pengenalan huruf hijaiyah dengan membacakan huruf hijaiyah terlebih dahulu, lalu siswa menirukannya. Setelah lancar dalam membedakan huruf hijaiyah dan harakat yang ada, siswa mulai mengeja dari satu kata ke kata yang lainnya. Setelah lancar mengeja kata per kata, para siswa kemudian melanjutkan membaca langsung satu kalimat tanpa mengeja lagi.
Kita dapat memanfaatkan teknologi untuk mengadaptasi metode turutan dalam belajar Al-Quran di era digital. Dengan metode turutan pembelajaran bertahap dari huruf hijaiyah hingga membaca Al-Quran secara tartil menjadi lebih menarik dan interaktif. Pemanfaatan aplikasi belajar Al-Quran, video pembelajaran, dan platform interaktif dapat menjadi solusi untuk mempermudah dan mempercepat proses pembelajaran.
Kita dapat melakukan adaptasi digital dalam belajar membaca Al-Quran dengan metode turutan melalui beberapa cara, seperti:
- Aplikasi Belajar Al-Quran:Kembangkan atau gunakan aplikasi belajar Al-Quran yang sudah ada yang menyediakan materi belajar Al-Quran secara bertahap, lengkap dengan pengucapan yang benar (tajwid), latihan interaktif, dan evaluasi.
- Video Pembelajaran:Buat video tutorial yang menarik tentang cara membaca huruf hijaiyah, hukum tajwid, dan cara membaca ayat-ayat Al-Quran dengan benar.
- Platform Interaktif:Gunakan platform yang memungkinkan interaksi antara guru dan siswa, serta antar siswa, untuk belajar bersama dan saling memotivasi.
- E-book: Kita dapat menyajikan materi belajar dalam format e-book yang sederhana, mudah diakses, dan dilengkapi dengan fitur pencarian dan penanda halaman.
- Permainan Edukatif:Integrasikan permainan edukatif yang berkaitan dengan materi Al-Quran untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar.
- Evaluasi Berbasis Digital:Gunakan sistem evaluasi online untuk memantau perkembangan siswa secara berkala dan memberikan umpan balik yang cepat.
Kelebihan dan Kelemahan Turutan
Beberapa kelebihan metode Baghdadi dan dengan kitab turutan yaitu:
1) Struktur metode yang lebih jelas: Pembelajaran menggunakan metode ini memilliki kelebihan pada struktur yang jelas dan teratur, sehingga akan memudahkan anak dalam memahaminya.
2) Adanya pendekatan praktis: Pada metode ini terdapat pendekatan yang praktis, anak akan langsung menerapkan apa yang mereka dapatkan sehingga mereka akan lebih mudah memahami ilmu yang ada.
3) Meningkatkan kefasihan: Sudah jelas dengan metode turutan ini akan meningkatkan kefasihan membaca karena dengan menggunakan metode ini siswa akan mempelajari dari huruf ke-huruf.
4) Penguatan terhadap memori siswa: Penggunaan metode turutan ini dapat menguatkan memori siswa karena dalam pembelajarannya menggunakan teknik repetisi atau pengulangan.
5) Membangun sikap disiplin: Penggunaan metode ini secara tidak langsung akan menumbuhkan sikap disiplin dari para siswa.
Namun tetap ada kelemahan metode Baghdadi dan dengan kitab turutan yaitu:
1) Tekanan untuk menghafal. Kelemahan pertama penggunaan metode ini yaitu akan memberikan tekanan kepada siswa untuk menghafalkan huruf-huruf atau tajwid pada Al-Quran.
2) Kesulitan bagi siswa yang kurang fokus. Metode ini memerlukan tingkat fokus yang cukup tinggi, maka dari itu bagi siswa yang kurang fokus akan cenderung kesulitan dalam memahami materi.
3) Membutuhkan waktu yang lebih lama. Pembelajaran dengan metode ini cenderung akan memakan waktu yang lebih lama dari metode yang lain.
4) Kemampuan siswa yang bervariasi. Kemampuan siswa yang beragam akan mempengaruhi proses dan hasil belajar dari para siswa.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
