Pendidikan
Beranda » Berita » Taman Pendidikan Al-Qur’an Tempat Bersemainya Metode Pembelajaran Al Quran

Taman Pendidikan Al-Qur’an Tempat Bersemainya Metode Pembelajaran Al Quran

Taman pendidikan Al Quran pusat bersemaianya metode pengajaran al Quran
Mengenal Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ), lembaga penting untuk belajar baca tulis Al-Qur'an bagi anak-anak di Indonesia.

SURAU.CO. Di Indonesia, suara anak-anak mengaji Al-Qur’an di sore hari adalah pemandangan umum. Mereka belajar di sebuah lembaga informal yang sangat vital yaitu Taman Pendidikan Al-Qur’an atau TPQ. Keberadaan TPQ atau TPA ini menyebar luas di hampir seluruh penjuru negeri. Maka tidak salah kalau lembaga ini menjadi jawaban atas kebutuhan mendasar umat Islam. Yakni, kemampuan membaca dan menulis kitab suci Al-Qur’an.

TPQ merancang pembelajarannya secara khusus untuk anak-anak. Tujuannya agar mereka dapat belajar Al-Qur’an dengan mudah dan menyenangkan. Metode yang digunakan melengkapi kekurangan metode pengajaran tradisional. Hal ini mendorong anak atau santri untuk mengembangkan diri. Mereka tidak hanya belajar membaca dan menulis. Mereka juga mulai memahami kandungan Al-Qur’an. Dengan demikian, Taman Pendidikan Al-Qur’an menjadi langkah awal yang sangat strategis dalam pendidikan agama.

Apa Sebenarnya Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ)?

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) merupakan lembaga pendidikan non-formal Islam. Lembaga ini memiliki fokus yang sangat spesifik. TPQ membidik anak-anak pada rentang usia 7 hingga 12 tahun. Usia ini setara dengan jenjang Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI). Tujuan utamanya sangat mulia. Yaitu, menyiapkan anak didik menjadi generasi Qur’ani.

Generasi Qur’ani adalah generasi yang mencintai Al-Qur’an. Mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai bacaan utama. Lebih dari itu, mereka juga menjadikannya pandangan hidup. Meskipun bersifat informal, TPQ mendapat binaan dari pemerintah. Departemen Agama melalui Direktorat Penerangan Agama Islam turut membina lembaga ini. Namun, penyelenggaraan sehari-harinya berada di tangan masyarakat. Banyak orang menyebut TPQ sebagai bentuk baru pengajian anak-anak. Pengelolaan TPQ kini jauh lebih profesional. Lembaga ini menggunakan berbagai metode praktis untuk mengajar. Hal ini mempercepat kemampuan anak dalam membaca Al-Qur’an.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Empat Target Utama Pendidikan di TPQ

Secara operasional, TPQ memiliki target yang jelas bagi setiap santrinya. Dalam kurun waktu belajar sekitar satu tahun, seorang anak diharapkan memiliki empat kemampuan inti. pertama adalah membaca Al Quran dengan benar. Dalam TPQ pada santri belajar membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid. Mereka diajarkan pengucapan huruf yang tepat. Mereka juga belajar panjang pendek bacaan dan hukum-hukum lainnya. Tujuannya agar bacaan mereka tartil dan fasih.

Kedua  selain belajar membaca Al Quran, anak-anak santri juga dibiasakan untuk melaksanakan salat dengan baik. Mereka menghafal bacaan salat dan memahami gerakannya. Lingkungan belajar yang islami mendukung pembiasaan baik ini. Ketiga, yaitu menghafal surat-surat pendek. Ini materi tambahan yang penting yaitu hafalan. Santri ditargetkan untuk menghafal beberapa surah pendek dari Juz ‘Amma. Mereka juga menghafal ayat-ayat pilihan. Selain itu, mereka juga belajar doa-doa untuk kegiatan sehari-hari.  Dan keempat menulis huruf hijaiyah. Kemampuan dasar lainnya adalah menulis huruf hijaiyah. Santri belajar cara menyambung huruf. Mereka berlatih menulis ayat-ayat Al-Qur’an. Ini melengkapi kemampuan literasi Qur’an mereka.

Sistem Operasional TPQ yang Fleksibel

TPQ berfungsi sebagai penunjang pendidikan agama di sekolah formal. Oleh karena itu, jadwal kegiatannya sangat fleksibel. Pembelajaran umumnya diselenggarakan pada siang atau sore hari. Ini dilakukan di luar jam sekolah formal seperti TK, SD, atau MI. Sistemnya yang luwes membuat TPQ bisa menerima santri kapan saja. Selama tenaga pengajar dan ruang kelas tersedia, pendaftaran selalu terbuka. Awal tahun ajaran tidak terikat ketat seperti sekolah formal.

Pola belajar yang umum adalah masuk tiga kali seminggu. Setiap pertemuan berlangsung selama 60 menit. Dengan pola ini, TPQ sering kali memanfaatkan fasilitas gedung sekolah lain. Misalnya, gedung TK atau SD pada sore hari. Setiap akhir semester, santri akan menerima rapor. Ini menjadi penanda kemajuan belajar mereka. Bagi santri yang telah lulus jilid VI metode Iqra, ada momen spesial. Mereka dianggap mampu membaca Al-Qur’an dengan benar. Mereka tidak hanya mendapat rapor, tetapi juga ijazah. Kelulusan ini dirayakan dalam sebuah upacara wisuda. Wisuda menjadi forum silaturahmi antara pengelola, ustadz/ustadzah, dan wali santri.

Sejarah Panjang Perkembangan TPQ

Lahirnya TPQ tidak terjadi begitu saja. Gerakan ini muncul dari sebuah keprihatinan mendalam. Kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an adalah indikator penting. Ia menunjukkan kualitas keberagamaan seorang Muslim. Namun, fakta di lapangan menunjukkan masih banyak umat Islam Indonesia yang buta aksara Al-Qur’an.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Upaya mendidik anak-anak mengaji sudah ada sejak lama. Akan tetapi, hasilnya dirasa belum memadai dan menyeluruh. Beberapa ahli melihat penyebabnya ada pada metode belajar. Metode yang ada dianggap kurang tepat. Selain itu, kurangnya tenaga pengajar yang bermutu juga menjadi masalah.

Menjawab tantangan ini, pemerintah mengambil langkah konkret. Melalui Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ), Departemen Agama menyiapkan landasan gerakan. Hasilnya adalah lahirnya Surat Keputusan Bersama (SKB) dua menteri. Yaitu Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama No. 128 dan No. 48 Tahun 1982. SKB ini berfokus pada usaha peningkatan kemampuan baca tulis huruf Al-Qur’an.

Lahirnya Berbagai Metode Cepat Belajar Al-Qur’an

Dorongan dari pemerintah mendapat sambutan luas dari masyarakat. Banyak ulama dan praktisi pendidikan tergerak. Mereka berlomba-lomba menciptakan metode belajar Al-Qur’an yang cepat dan efektif. Hingga kini, tercatat tidak kurang dari 20 metode telah lahir di Indonesia. Beberapa yang terkenal antara lain: adalah Hattaiyah di Riau. Kemudian ada Metode al-Barqi di Surabaya dan Metode Qira’ati di Semarang. Selain itu juga ada  Metode al-Banjari di Banjarmasin dan Metode Iqra di Yogyakarta Dari sekian banyak metode, metode Iqra akhirnya paling banyak digunakan. Metode ini ditemukan oleh K.H. As’ad Humam dari Yogyakarta. Menurut banyak penggunanya, metode Iqra lebih mudah dipelajari. Hasilnya pun terbukti lebih cepat terlihat pada anak-anak.

Gerakan TPQ semakin masif berkat peran berbagai organisasi. Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) menjadi salah satu motor penggerak utama. Dalam Musyawarah Nasional ke-5 tahun 1989, BKPRMI memprogramkan pendirian TPQ di seluruh Nusantara. Kemudian, pada tahun 1990, diadakan lokakarya nasional di Banjarmasin. Acara ini mengesahkan buku pedoman untuk pembinaan TKA-TPA. Buku ini mengukuhkan penggunaan metode Iqra sebagai standar. Sejak saat itu, Lembaga Pembina Pengembangan Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (LPPTKA) BKPRMI di seluruh Indonesia menggunakan pedoman tersebut.

Jumlahnya Mencapai 190.000

Pemerintah terus mendukung gerakan ini. Instruksi Menteri Agama dan Dirjen Bimas Islam terbit untuk mempercepat program ini. LPTQ tingkat nasional juga aktif memasukkan materi metode Iqra dalam berbagai penataran. Gerakan Taman Pendidikan Al-Qur’an pun menjadi program yang terstruktur dan menyebar dari pusat hingga ke tingkat desa, sering kali masuk dalam program PKK. TPQ telah terbukti menjadi pilar penting. Ia menjaga tradisi literasi Al-Qur’an dan membentuk karakter generasi muda Indonesia.

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Pada tahun 2024, belum ada data resmi mengenai jumlah pasti Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) yang ada di seluruh Indonesia. Namun, berdasarkan Data informasi dari Kementerian Agama, pada tahun 2023 terdapat 190.000 lembaga pendidikan Al-Quran yang sudah terdaftar.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement